merasa optimis bahwa lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak siswa. Pelopor aliran ini adalah John Locke.
c. Aliran Konvergensi
Purwanto 2011:60 berpendapat bahwa pada hukum konvergensi terdapat dua aliran, yakni aliran yang lebih menekankan pada pengaruh pembawaan dari
pada pengaruh lingkungan, dan sebaliknya yang menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikak .
Secara umum bahwa aliran konvergensi berpendapat terbentuknya kepribadian anak ditentukan oleh faktor bakat dan lingkungan. Aliran
konvergensi merupakan perpaduangabungan antara aliran nativisme dengan aliran empirisme, oleh karena itu pendidik perlu mengetahui faktor bawaan anak
dan memberikan pengaruh yang sesuai dengan bakat yang dimiliki anak tersebut. Aliran konvergensi memaknai bahwa sebaik apapun faktor bakat anak tidak
akan berkembang baik tanpa adanya pengaruh dari lingkungan. Sebaliknya, sebaik apapun pengaruh lingkungan tanpa didukung oleh faktor bakatbawaan yang baik
hasilnya tidak akan optimal. Jahja 2004:8 Pelopor aliran ini adalah William Stern.
2.2.2 Faktor-Faktor Pendidikan
Jahja 2004:14-15 mengungkapkan bahwa faktor pendidikan terdiri atas siswa, pendidik, lingkungan pendidikan, tujuan pendidikan, dan alat pendidikan.
a. SiswaPeserta Didik
Aziz 2012:73 mendifinisikan siswa adalah orang yang sedang belajar atau menuntut ilmu dalam bimbingan seseorang atau beberapa orang guru. Lebih
lanjut beliau menyatakan bahwa siapa saja yang datang kepada seorang guru untuk menuntut ilmu, maka dia layak disebut siswa.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 4 menyatakan siswa adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Siswa merupakan individu yang
sedang tumbuh dan berkembang. Pada tiap individu dalam proses tumbuh dan perkembangannya selalu memerlukan bantuan orang lain, yaitu pendidik.
Pendidik diharapkan dapat membimbing pertumbuhan dan perkembangan kepribadian siswa tersebut sesuai dengan tahap perkembanganya.
Pengaruh yang diberikan oleh pendidik selalu ditujukan untuk membentuk pribadi siswa. Pendidikan selalu menanamkan nilai-nilai moral, budi pekerti,
etika, astetika, dan karakter. Sehingga setelah dewasa, siswa akan menjadi insan yang berguna bagi dirinya sendiri, nusa, bangsa, negara dan agama.
b. PendidikGuru
Pendidik sering pula disebut dengan istilah guru yang menggambarkan sebuah sosok yang patut digugu dan ditiru. Aziz 2012:19 bahwa guru berasal
dari bahasa sanskerta, kata “guru” adalah gabungan dari kata gu dan ru. Gu berarti kegelapa, kejumudan, atau kekelaman, sedangkan ru artinya melepaskan,
menyingkirkan atau membebaskan. Jadi, guru adalah manusia yang berjuang terus menerus dan secara gradual, untuk melepaskan manusia dari kegelapan.
Jahja 2004:14 mendifinisikan pendidik adalah orang yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam suatu situasi pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Lebih lanjut bahwa pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab, sehat jasmani rohani, mampu berdiri sendiri, dan mampu menanggung resiko dari segala perbuatannya.
Selain memiliki sikap tersebut di atas, seorang pendidik harus memiliki sikap jujur, sabar, susila, ahli, terampil, terbuka, adil, luas cakrawala
pandangannya serta penuh kasih sayang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifiksi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
c. Lingkungan Pendidikan
Jahya 2004:14 mendifinisikan lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri siswa dan di dalam semesta ini. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial, lingkungan juga dapat berupa lingkungan yang dapat dilihat dan diamati,
dapat juga berupa lingkungan abstrak. Lingkungan pendidikan meliputi 3 tiga macam lingkungan, yakni
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan dalam 3 macam lingkungan tersebut sering diistilahkan dengan
pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 11 menyetakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Daulay 2007:13 menyatakan
pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan
Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah
Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dan Marasah Aliyah Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi berbentuk
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersetruktur
dan berjenjang. Daulay 2007:14 menyebutkan satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 13 menyatakan bahwa pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan.
Daulay 2007:14 mendifinisikan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
d. Tujuan Pendidikan
Secara hirarki dan luasnya, tujuan pendidikan terbagi menjadi empat, yakni tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional. Jahja 2004:15 menyebutkan bahwa tujuan merupakan tolak ukur bagi seluruh kegiatan pendidikan, penetapan materi, metode pembelajaran, dan
evaluasi yang akan dilakukan.
Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku secara nasional sebagaimana tertuang dalam undang-
undang sistem pendidikan nasional. Tujuan institusional adalah tujuan yang ditetapkan oleh masing-masing institusi lembaga pendidikan itu sendiri. Tujuan
institusional hendaknya merupakan penjabaran dari tujuan nasional, dengan kata lain bahwa tujuan institusional diturunkan dari tujuan nasional pendidikan.
Sedangkan tujuan kurikuler adalah tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing mata pelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Sebagaimana tujuan
institusional, tujuan kurikuler harus mengacu kepada tujuan institusional dan tujuan nasional pendidikan. Secara rinci tujuan pendidikan dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2.1 Tujuan Pendidikan
e. Alat Sarana Pendidikan