Manajemen Sekolah Guru LANDASAN TEORI

merasakan adanya ketidakadilan mengenai kompensasi dan prosedur yang diterapkan kesesama pegawai. Kedua, lemahnya sistem pengendalian internal di instansi akan memberikan kesempatan Opportunity kepada individu untuk melakukan kecurangan, dengan lemahnya pengandalian maka peraturan tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya sehingga akan terjadi kecurangan yang berulang-ulang. Ketiga, pendalihan akan dilakukan individu yang berbuat curang Razionalization. Dalam posisi tertentu pelaku menganggap kecurangan yang dilakukan adalah hal yang biasa. Kecurangan telah terjadi secara turun- temurun sehingga pelaku tidak lagi berorientasi kepada visi dan misi instansi melainkan kepada kepentingan pribadi maupun kelompok.

b. Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah masing-masing bidang, dan administrasi sekolah TU. Manajemen sekolah merupakan pengguna anggaran kedua setelah pegawai dinas pendidikan. Manajemen sekolah bertanggungjawab dalam pengelolaan dana pendidikan dari pemerintah. Potensi kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajemen sekolah seperti melakukan pungutan kepada murid, membuat skema pembelian, penyimpangan bantuan terhadap dana guru, dan penggunaan asset-aset sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan. Potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sekolah berdasarkan fraud triangle dapat dilihat dari tiga segi kemungkinan. Pertama, manajemen melakukan kecurangan karena adanya tekanan pressure secara ekonomi untuk menaikan nilai aset instansinya. Tekanan secara ekonomi akan memperkuat motif manajemen sekolah dalam menaikan anggaran meskipun didalamnya terdapat anggaran yang tidak penting. Namun apabila anggaran yang diajukan tidak disetujui, maka sekolah berswadaya dengan menggunakan dana lain seperti bantuan terhadap guru maupun melakukan pungutan kepada siswanya. Kedua, lemahnya sistem pengendalian internal di sekolah akan memberikan kesempatan Opportunity kepada individu untuk melakukan kecurangan, seperti menyalahgunakan aset sekolah. Penyalahgunaan tersebut diketahui tetapi dibiarkan saja oleh pegawai lain sehingga peraturan yang dibuat sebelumnya menjadi tidak berfungsi. Ketiga, pendalihan akan dilakukan manajemen yang berbuat curang Razionalization. Dalam posisi tertentu, pelaku menganggap kecurangan yang dilakukan adalah hal yang biasa. Hal ini merupakan kecurangan pada masa lampau yang berakibat dimasa sekarang.

c. Guru

Guru adalah petugas pengajar yang menangani murid secara langsung dilapangan. Sehingga guru adalah yang pertama mengetahui setiap perkembangan murid. Potensi kecurangan yang dilakukan guru seperti sering tidak mengajar, menyelesaikan jam belajar murid tidak sesuai kurikulum, melakukan penilaian hasil ulangan murid dengan tidak sesuai, dan mengurangi jam belajar murid di sekolah. Potensi kecurangan yang dilakukan oleh guru berdasarkan fraud triangle dapat dilihat dari tiga segi kemungkinan. Pertama, guru melakukan kecurangan karena adanya tekanan pressure secara ekonomi sehingga guru tidak sepenuh hati dalam mengajar. Tekanan secara ekonomi akan memperkuat motif guru dalam melakukan kecurangan setelah merasakan adanya ketidakadilan mengenai kompensasi dan prosedur yang diterapkan kesesama guru. Kedua, lemahnya sistem pengendalian internal di sekolah akan memberikan kesempatan Opportunity kepada guru untuk melakukan kecurangan dengan mengurangi jam belajar murid, dengan lemahnya pengandalian maka peraturan dikurikulum tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Ketiga, pendalihan akan dilakukan guru yang berbuat curang Razionalization. Dalam posisi tertentu guru menganggap kecurangan yang dilakukan adalah hal yang biasa. Murid akan dipulangkan awal dengan dalih adanya fasilitas yang kurang memadai disekolah. Kecurangan telah terjadi secara turun-temurun sehingga pelaku tidak lagi berorientasi kurikulum pendidikan melainkan kepada kepentingan pribadi.

d. Murid