6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola yang
mengakibatkan kecelakaan. 7.
Pendidikan. 8.
Latihan-latihan. 9.
Penggairahan dan pendekatan lain agar bersikap selamat. 10.
Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
11. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Menurut Bennet dan Rumondang Silalahi 1985, sasaran utama setiap perusahaan adalah mengurangi biaya yang harus ditanggung
sebagai akibat kecelakaan kerja. Inilah sebabnya setiap perusahaan harus menyusun kerangka tindakan untuk mencegah kecelakaan.
Kerangka tindakan ini harus mencakup : 1.
Pengendalian teknis engineering control termasuk sistem ventilasi, penerangan, dan perlengkapan K3.
2. Penyempurnaan ergonomis
3. Pengawasan atas kebiasan kerja
4. Penyesuaian kecepatan arus produksi dengan kemampuan optimum
para karyawan 5.
Peningkatan mekanisasi yang tepat guna 6.
Penyesuaian volume produksi dengan jam proses yang optimum 7.
Pembentukan Panitia K3 di bawah seorang manajer K3 yang profesional
2.2. Penyakit Kerja
2.2.1. Umum
Menurut Bennet dan Rumondang Silalahi 1985, Penyakit akibat kerja, dapat timbul setelah seorang karyawan yang tadinya terbukti
sehat memulai pekerjaannya. Memang tidak seluruh pekerjaan menimbulkan penyakit yang jelas adalah ada pekerjaan yang
menyebabkan beberapa macam penyakit, dan ada pula yang
mencetuskannya. Baik penyebab maupun pencetus dapat dicegah sedini mungkin.
2.2.2. Faktor-faktor Penyakit Kerja
Menurut Bennet dan Rumondang Silalahi 1985, faktor-faktor penyebab beberapa penyakit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Golongan fisik :
a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian atau pekak
sementara atau permanen. b.
Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan hyperprexia, heat stroke,
dan heat cramps. c.
Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radio aktif yang menyebabkan kelainan pada kulit, mata, bahkan susunan darah.
d. Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian permanen.
e. Penerangan yang kurang baik menyebabkan kelainan pada
mata atau indera penglihatan. 2.
Golongan kimia : a.
Debu dan serbuk yang menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan.
b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.
c. Gas, misalnya keracunan karbon monoksida, hidrogen sulfide,
dan lain-lain. d.
Uap yang menyebabkan keracunan atau penyakit kulit. e.
Cairan beracun. 3.
Golongan biologis a.
Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi. b.
Penyakit anthrax semacam infeksi dari hewan atau brucella pada karyawan penyamak kulit.
4. Golongan fisiologis
a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan
mekanisme tubuh manusia. b.
Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik. c.
Cara bekerja yang membosankan atau meletihkan.
5. Golongan psikologis
a. Proses kerja yang rutin dan membosankan.
b. Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut.
c. Suasana kerja yang serba kurang aman.
2.2.3. Pencegahan Penyakit Kerja
Menurut Bennet dan Rumondang Silalahi 1985, langkah- langkah ke arah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari :
1. Kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja.
Manajemen harus sadar bahwa peningkatan produktivitas kerja sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan prestasi kerja. Kedua hal
ini tidak terlepas dari tenaga kerja yang sehat, selamat, dan sejahtera. Jadi, peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kerja
harus dilengkapi oleh lingkungan yang sehat. 2.
Pengaturan tata cara pencegahan Tata cara pencegahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Substitusi
Bahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang
lebih aman. b.
Isolasi Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan
larutan yang menimbulkan gas berbahaya. c.
Ventilasi penyedotan Kipas penghisap atau exhaust fan pada tempat-tempat tertentu
dipasang agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara yang bersih.
d. Ventilasi umum
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan
ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara.
e. Alat pelindung
Alat-alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker,
respirator alat pernafasan, kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, dan sebagainya.
f. Pemeriksaan kesehatan pra-karya
Sebagaimana diterangkan di atas, setiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan
khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing. g.
Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan ini perlu untuk mengindera sedini mungkin
apakah faktor-faktor penyebab penyakit di atas sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.
h. Pemeriksaan kesehatan khusus
Karyawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke klinik
spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus. Langkah seperti ini sangat membantu karyawan itu sendiri maupun manajemen.
i. Penerangan pra-karya
Sebelum karyawan bekerja ia harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah seperti ini biasanya menimbulkan rasa berhati-hati dan meningkatkan
kewaspadaan. j.
Pendidikan K3 Setiap penyelia, mandor, anggota panitia pembina K3, petugas
K3, dan ahlinya harus menjalani pendidikan K3 secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik
karyawan dalam praktek manufaktur yang baik Good Manufacturing Practice
dan kesehatan kerja itu sendiri.
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3