82   | SMASMK kelas X
Talang di Kota Cirebon-Jawa Barat adalah juga merupakan salah satu Kongzi Miao tempat ibadah Khonghucu, semua itu juga merupakan peninggalan sejarah yang
telah berusia tua. Kelenteng lain yang bernuansa Dao Po Gong
antara lain: di Bogor didirikan pada zaman VOC dan banyak tempat lain di seluruh Nusantara mulai dari Aceh hingga ke
NTT. Akhir  abad  ke-19  di  seluruh  Pulau  Jawa  terdapat  217  sekolah  berbahasa
Mandarin, jumlah murid tercatat sebanyak 4.452 siswa, guru-gurunya direkrut dari Negeri  Zhongguo.  Kurikulum  yang  digunakan  mengikui  sistem  tradisional  yakni
menghafalkan ajaran Khonghucu. Mereka adalah anak-anak pedagang dan tokoh masyarakat  seperi  Kapitan dan Lieutnant Cina. Siswa-siswa tersebut menempuh
ujian di ibu kota Kerajaan Qing untuk menjadi seorang Junzi. Komunitas dagang Zhonghoa sudah sangat berkembang jauh sebelum kedatangan VOC. Jaringan
Zhonghoa  sudah  melipui  Manila,  Malaka,  Saigon,  dan  Bangkok.  Jadi  sejak  awal perkembangan komunitas Zhonghoa sudah sangat luas.
3. Lembaga Agama Khonghucu di Indonesia
Dimulai  dari  didirikannya  Kong  Jiao  Hui  di  Sala-Jawa  Tengah  pada  tahun  1918 sebagai Lembaga Tinggi Agama Khonghucu MATAKIN.
Tahun 1923 dilaksanakan kongres pertama Kong Jiao Zong Hui Lembaga Pusat Agama Khonghucu di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih Kota Bandung
sebagai  pusat.  Pada  tanggal  25  Desember  1924  diadakan  kongres  kedua  di  Kota Bandung-Jawa Barat, yang antara lain membahas mengenai Tata Upacara Agama
Khonghucu agar ada keseragaman dalam melaksanakan ibadah keagamaannya di seluruh Indonesia.
Pada  tanggal  11-12  Desember  1924  diadakan  konferensi  antar  tokoh-tokoh Agama Khonghucu di Sala, untuk membahas kemungkinan ditegakkannya kembali
lembaga  Agama  Khonghucu  secara  nasional  setelah  idak  adanya  kegiatan  karena pecahnya Perang Dunia Kedua dan masuknya tentara Jepang ke Indonesia.
Pada  tanggal  16  April  1955  berlangsung  konferensi  di  Sala,  dan  disepakai dibentuknya kembali Lembaga Teringgi Agama Khonghucu dengan memakai nama:
Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia PKCHI yang diketuai oleh Dr. Sardjono, yang
kemudian mengadakan Kongres ke I pada tanggal 6-7 Juli 1956 di Solo, Kongres ke II  tanggal  6-9  Juli  1957  di  Bandung,  Kongres  ke  III  tanggal  5-7  Juli  1959  di  Bogor,
Kongres ke IV tanggal 14-16 Juli 1961 di Solo, pada Kongres tersebut nama PKCHI digani  menjadi  LASKI  Lembaga  Sang  Kongzi  Indonesia.  Tahun  1963  nama  LASKI
diubah menjadi GAPAKSI Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia. Tahun  1964  namanya  diubah  kembali  menjadi  Gabungan  Perhimpunan  Agama
Khonghucu se-Indonesia, disingkat tetap GAPAKSI. Tahun 1965 Presiden Soekarno mengeluarkan Pepres No.IPn.Ps1965 yang menetapkan Agama Khonghucu sebagai
salah-satu  agama  yang  diakui  kehadirannya  di  Indonesia.  Pada  tahun  1967  untuk kesekian kalinya nama perhimpunan diubah menjadi MATAKIN Majelis Tinggi Agama
Khonghucu Indonesia. Dalam Kongres MATAKIN VI Pada tanggal 23-27 Agustus 1967 di Solo, pejabat
presiden Republik Indonesia Letnan Jenderal TNI Soeharto pada saat itu telah