Dua Unsur Nyawa dan Roh Gui Shen

16 | SMASMK kelas X “Firman Tuhan itulah dinamai Watak Sejai Xing, hidupberbuat mengikui Watak Sejai itulah dinamai menempuh Jalan Suci, bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai agama.” Zhongyong. Bab Utama Pasal 1 Keempat benih kebajikan inilah yang menjadi kemampuan luhur bagi manusia untuk berbuat bajik, sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk mempertahankan dan menggemilangkan benih-benih kebajikan itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Keempat benih kebajikan itu ada dalam diri seiap manusia dan menjadi sifat dasar manusia. • Rasa hai berbelas kasihan dan idak tega itulah benih dari cinta kasih. • Rasa hai malu dan idak suka itulah benih dari kebenaran. • Rasa hormat dan rendah hai itulah benih dari kesusilaan. • Rasa hai menyalahkan dan membenarkan itulah benih dari kebijaksanaan. » Siapa yang idak merasa ibakasihan melihat orang lain menderita. » Siapa yang idak malu melakukan perbuatan yang idak berlandaskan kebenaran, dan siapa yang suka jika diperlakukan idak benar. » Siapa yang idak mengeri bahwa kepada orang yang lebih tua harus menaruh hormat, mengalah dan merendah hai. » Siapa yang idak dapat membedakan bahwa sesuatu itu pantas atau idak pantas untuk dilakukan. Mengzi berkata: “Rasa hai kasihan dan idak tega iap orang mempunyai; rasa hai malu dan idak suka, iap orang mempunyai; rasa hai hormat dan mengindahkan, iap orang mempunyai; rasa hai membenarkan dan menyalahkan, iap orang mempunyai. Adapun rasa hai berbelas kasihan dan idak tega itu menunjukkan adanya benih cinta kasih. Rasa malu dan idak suka menunjukkan adanya benih menjunjung kebenaran. Rasa hai hormat dan mengindahkan menunjukkan adanya benih kesusilaan. Rasa hai menyalahkan dan membenarkan menunjukkan adanya benih kebijaksanaan. Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukanlah hal-hal yang dimaksudkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Akan tetapi, sering manusia idak mau mawas diri. Maka dikatakan, carilah dan engkau akan mendapatkan. Sia-siakanlah dan engkau akan kehilangan …” “Sifat orang memang berbeda-beda, mungkin berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan idak terhitung. Akan tetapi, itu idak dapat dicarikan alasan kepada Watak Sejainya.” “Mengapa kukatakan iap orang mempunyai perasaan idak tega akan sesama manusia? Kini bila ada seorang anak kecil yang hampir terjerumus ke dalam perigi, niscaya dari lubuk hainya imbul rasa terkejut dan belas kasihan. Ini bukan karena dalam hainya ada keinginan untuk dapat berhubungan dengan orang tua anak itu,