4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Rumput Laut
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu spesies penghasil karaginan dari kelas Rhodophyceae. Rumput laut ini dalam keadaan kering
berwarna merah agak kecoklatan dan terdapat bercak-bercak putih Gambar 16. Warna merah disebabkan oleh adanya kandungan pigmen fikosianin dan fikoeritin
yang dapat membentuk warna merah, sedangkan warna bercak putih timbul karena garam-garam yang terbawa pada saat pemanenan dan tidak semuanya
dapat dihilangkan dengan proses pencucian.
Gambar 16 Rumput laut Kappaphycus alvarezii kering Pada Gambar 17 disajikan karakteristik fisika-kimia rumput laut kering
tersebut. Kadar air rumput laut 25,86 ± 0,51 , nilai ini masih memenuhi standar rumput laut kering yang disyaratkan SNI 01-2690-1998 yaitu maksimum
35 . Kadar air dalam rumput laut akan bepengaruh terhadap mutu karaginan yang dihasilkan dan proses kecepatan penurunan mutu produk. Kadar air yang
tinggi dapat menyebabkan kekuatan gel, viskositas dan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa menjadi turun Anggadireja 1985. Selain hal tersebut,
kadar air yang tinggi akan menyebabkan umur simpan rumput laut menjadi semakin pendek.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Kadar Air Kadar Abu
Kadar Selulosa P
re sen
ta se
Gambar 17 Karakterstik, kadar air, kadar abu dan kadar selulosa rumput laut kering Kappaphycus alvarezii
Kadar abu rumput laut mencapai 39,69 ± 0,21 dan merupakan parameter paling tinggi diantara parameter lainnya yang diukur. Nilai kadar abu yang tinggi
diduga berasal dari garam yang berasal dari mineral air laut dan pasir laut. Adanya pasir pada rumput laut dapat berasal dari dua sumber, yaitu pasir yang
menempel pada subtrat dan yang terbawa pada saat penjemuran. Kadar abu dalam rumput laut dapat di kurangi dengan melakukan pencucian terlebih dahulu
sebelum dikeringkan. Pencucian dan perendaman sebelum proses ekstraksi dapat membantu dalam menurunkan kadar abu pada karaginan.
Kadar selulosa rumput laut 6,55 ± 0,07 , nilai tersebut hampir mendekati yang dilaporkan Bixler 1996 yaitu 8 . Kadar selulosa dalam rumput laut ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan E. spinosum yang hanya 3,01 dan lebih rendah jika dibandingkan dengan Hypnea spp yang mencapai 11,43 Soegiarto
dan Sulistijo 1985. Selulosa dalam karaginan diusahakan serendah mungkin, karena bahan ini dapat menyebabkan karaginan menjadi berwarna kecoklatan.
4.2 Karakteristik Ekstrak dan Filtrat Rumput Laut
Karakterisasi dilakukan terhadap ekstrak dan filtrat hasil filtrasi yang diperoleh dengan penyaringan beberapa ukuran pori filter yang berbeda sebagai
prefiltrasi. Parameter yang diamati meliputi warna ekstrak dan filtrat, kadar selulosa, viskositas dan rendemen. Proses prefiltrasi pada penelitian ini dilakukan
untuk meningkatkan kinerja proses membran yaitu mengurangi intensitas polarisasi konsentrasi dan fouling serta dapat memperbaiki kualitas produk akhir.
Proses prefiltrasi dilakukan melalui sistem dead-end dengan menggunakan ukuran pori 350 mesh, 1 mikron dan 0,3 mikron.
4.2.1 Warna
Ukuran pori filter yang digunakan untuk menyaring ekstrak rumput laut berpengaruh signifikan terhadap warna filtrat yang dihasilkan. Ekstrak rumput
laut sebelum mendapat perlakuan filtrasi berwarna coklat-keruh dan masih terlihat serat-serat kasarnya. Setelah melewati filter 350 mesh, 1 mikron dan 0,3 mikron
serat-serat kasar tersebut hilang dan warna filtrat menjadi semakin lebih jernih Gambar 18. Munculnya warna coklat atau keruh pada ekstrak dan filtrat diduga
disebabkan oleh masih adanya selulosa, pigmen fikoeritin, pigmen fikosianin, serta adanya konversi D-glukosa menjadi 5-hidroksilmetil furfural yang terbentuk
selama proses pemanasan Susanto dan Saneto, 1994.
4.1.2 Kadar selulosa
Gambar 18 Pengaruh ukuran pori filter terhadap warna ekstrak dan filtrat ekstrak rumput laut. Dari kiri ke kanan adalah ekstrak, penyaringan 350
mesh, penyaringan 1 mikron dan penyaringan 0,3 mikron