Nilai tahanan polarisasi konsentrasi Rp

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 50.0 70.0 90.0 110.0 130.0 150.0 Tekanan Transmembran kPa T a hanan M em b ar a n k P a m 2 h l -1 Rp Rm Rf Rt Pada tekanan transmembran rendah nilai tahanan didominasi oleh tahanan fouling, sedangkan pada tekanan transmembran tinggi nilai tahanan didominasi oleh tahanan polarisasi konsentrasi. Besarnya nilai tekanan transmembran pada perubahan daerah dominasi antara tahanan fouling dan tahanan polarisasi ditentukan oleh nilai laju alir umpan yang digunakan. Semakin tinggi laju alir umpan, nilai tekanan transmembran transisi akan semakin tinggi. Pada laju alir 2,97 m s -1 dominasi nilai tahanan fouling terjadi pada tekanan kurang dari 27,6 kPa sedangkan diatas nilai tersebut tahanan didominasi oleh tahanan polarisasi konsentrasi. Besarnya nilai tekanan transmembran transisi pada laju alir umpan 3,47 dan 3,97 masing-masing terjadi pada tekanan 37 dan 40 kPa Lampiran 13 Gambar 30 Perubahan nilai komponen tahanan membran menurut fungsi tekanan transmembran pada laju alir umpan 2,97 m s -1 Tahanan membran internal Rm nilainya sangat kecil dibandingkan dengan nilai tahanan lainnya. Nilai tahanan ini memiliki kontribusi 4,93 - 8,69 dari nilai total tahanan membran.

4.8 Prediksi Fluks dengan Model Tahanan Seri

Kendala utama dalam penggunaan proses membran adalah menurunnya fluks permeat yang disebabkan oleh dua faktor yaitu fouling dan polarisasi konsentrasi. Fouling dan polarisasi konsentrasi dapat membentuk lapisan tertentu sehingga akan mengurangi fluks permeat. Salah satu bentuk model yang dapat menjelaskan tentang fenomena fouling dan polarisasi konsentrasi adalah model tahanan seri resistance in series model. Model ini menggunakan prinsip terbentuknya lapisan baru pada proses membran yang akan menimbulkan nilai tahanan tertentu dan berkontribusi terhadap nilai total tahanan membran. Melalui subtitusi nilai-nilai yang diperoleh pada Tabel 13 kedalam persamaan 15, maka besarnya nilai fluks J pada laju alir umpan 2,97, 3,47 dan 3,47 masing-masing dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan 19, 20 dan 21. Hasil prediksi nilai fluks dengan menggunakan persamaaan 19-21 secara grafis disajikan pada Gambar 31, sedangkan besarnya perbedaan antara nilai prediksi dengan fluks sebenarnya disajikan pada Tabel 14. Keakuratan nilai prediksi model secara keseluruhan dihitung dari perbedaan antara data hasil eksperimen dengan nilai prediksi. Pada penelitian ini pendekatan keakuratan model diukur dengan nilai Mean Squared Deviation Error MSDE. Berdasarkan pendekatan tersebut terlihat bahwa nilai MSE untuk hasil pemodelan pada kondisi laju alir 2,97, 3,47 dan 3,97 m s -1 masing-masing 1,86, 3,45 dan 2,11. ΔP J = 0,1863 + 0,067 ΔP 19 ΔP J = 0,2292 + 0,061 ΔP 20 ΔP J = 0,2309 + 0,058 ΔP 21