Struktur Pemerintahan Garamata : Sebuah Gerakan Nativistik Di Dataran Tinggi Karo

masyarakat Karo terhadap Belanda adalah faktor lain yang menyebabkan Kristen sulit berkembang di Karo Walaupun agama Kristen akhirnya diterima oleh orang-orang Karo, namun sampai akhir hayatnya Garamata tetap mempertahankan kepercayaannya. Bahkan setelah Indonesia merdeka religi pemena tetap sebagai keyakinan mayoritas orang-orang Karo, sebaliknya agama Kristen masih sangat sulit untuk merubah kepercayaan orang-orang Karo, namun sudah mulai berpengaruh dan merubah keyakinan walaupun awalnya oleh sekelompok minoritas. Secara evolutif akhirnya eksistensi pemena menjadi minoritas dan bahkan hilang sebagai sebuah kepercayaan.

4.3 Struktur Pemerintahan

Setelah berhasil mematahkan perlawanan Garamata, Belanda akhirnya menguasai wilayah Dataran Tinggi Karo. Wilayah-wilayah Karo ini menyatakan takluk kepada pemerintahan Belanda. Kemudian Belanda dalam melaksanakan politik pasifikasinya dan untuk menguasai daerah-daerah tertentu, Belanda menata pemerintahan dan struktur politik lokal dengan selalu menanamkan kemungkinan-kemungkinan perpecahan atau devide et impera dari sudut kultural, historis, politis, geopolitik dan lain-lain. 33 Hal yang sedemikian rupa juga dilakukan terhadap orang Karo. Tanah Karo yang pada awalnya sangat luas, dibagi-bagi kedalam beberapa bagian dan sebagian dimasukkan kedalam wilayah lain. Orang Karo yang tinggal disekitaran Simalungun dimasukkan ke dalam kawasan 33 Wara Sinuhaji. Op.Cit. hal. 55-56 Universitas Sumatera Utara Simalungun. Orang Karo yang mendiami wilayah Tigalingga dimasukkan ke wilayah Tapanuli serta yang pada awalnya bermukim di Langkat serta-merta masuk ke kawasan Langkat. Penataan pemerintahan dan politik lokal yang dilakukan oleh Belanda merupakan langkah yang dirasa tepat untuk semakin melemahkan orang Karo. Pada awalnya pada setiap desa yang memimpin adalah pengulu ataupun sibayak yang didasarkan atas merga pembuka desa. Namun setelah kalah dan orang-orang Karo menyatakan diri tunduk, Belanda kemudian menyatakan bahwa di Dataran Tinggi Karo hanya ada lima sibayak yang membawahi masing-masing landshcap. Adapun kelima sibayak yang membawahi landschap tersebut adalah : 1. Landschap Suka berada di bawah kekuasaan sibayak Suka 2. Landschap Lingga berada di bawah kekuasaan sibayak Lingga 3. Landschap Barusjahe di bawah kekuasaan sibayak Barusjahe 4. Landschap Sarinembah di bawah kekuasaan sibayak Sarinembah 5. Landschap Kutabuluh di bawah kekuasaan sibayak Kutabuluh. Kelima Landschap ini masih juga dibagi kedalam beberapa urung. Adapun pembagiannya adalah sebagai beriku: Landschap Suka terdiri dari empat urung, yaitu : a. Urung suka bekedudukan di Suka b. Urung Sukapiring berkedudukan di Seberaya c. Urung Ajinembah berkedudukan di Ajinembah d. Urung Tongging berkedudukan di Tongging Landschap Barusjahe terdiri dari dua urung, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Urung si enem kuta berkedudukan di Sukanalu b. Urung si pitu kuta berkedudukan di Barusjahe Landschap Kutabuluh terdiri dari dua urung, yaitu: a. Urung Namohaji berkedudukan di Kutabuloh b. Urung Liang Melas berkedudukan di Mardinding Landschap Sarinembah terdiri dari empat urung, yaitu : a. Urung sepuluh pitu kuta berkedudukan di Sarinembah b. Urung Perbesi berkedudukan di Simbelang c. Urung Juhar berkedudukan di Juhar d. Urung Kutabangun berkedudukan di Kutabangun Landschap Lingga terdiri dari lima urung, yaitu : a. Urung Sepulu dua kuta berkedudukan di Kabanjahe b. Urung telu kuru berkedudukan di Lingga c. Urung Tiga Pancur berkedudukan di Tiga Pancur d. Urung empat teran berkedudukan di Lingga e. Urung Tiganderket berkedudukan di Tiganderket. 34 Pemerintahan di Dataran Tinggi Karo dibuat Belanda terstruktur dari atas sampai ke bawah. Dari landschap, urung, kuta sampai kesain. Setiap urung terdiri dari beberapa kuta, lalu beberapa kuta masih terdiri pula dari beberapa kesain. Urung, dan Kuta, masing-masing dipimpin oleh raja urung dan pengulu. Sementara dalam posisi tertinggi ada sibayak yang memimpin sebuah landschap. 34 Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin. Op.Cit. hal. 16-17 Universitas Sumatera Utara Pengangkatan kelima sibayak ini dilakukan oleh Belanda dengan melegitimasi pengaruh Aceh dalam budaya Karo. Setiap sibayak diuji kelayakannya menjadi sibayak melalui proses menunggang kerbau nanggalutu, apabila kerbau merunduk, maka itulah sibayak yang pantas memimpin, dan pada para sibayak menunggang kerbau nanggalutu, hanya terpilih empat sibayak, yakni sibayak Suka, Lingga, Barusjahe dan Sarinembah. 35 Satu hal yang menujukkan bahwa memang struktur pemerintahan yang dibuat oleh Belanda bertujuan memecah belah adalah dengan menempatkan dua orang dalam satu jabatan, aturan bermainnya adalah siapa dari antara mereka yang meninggal dunia lebih dahulu, maka yang lain akan menduduki jabatan tersebut terus menerus sampai keturunannya kelak. Hal ini menimbulkan rivalitas antara sesama mereka yang pada hakekatnya sesungguhnya masing bersaudara atau sembuyak. Pada saat penataan pemerintahan dilaksanakan, inilah dibuat sebagai dasar legitimasi keempat sibayak ini, lalu ditambah sibayak Kutabuloh yang dianggap potensial melakukan perlawanan, akhirnya juga diangkat menjadi salah satu sibayak. Dengan demikian, setelah orang- orang Karo takluk, pemerintahan dikendalikan oleh lima sibayak sebagai boneka pemerintah Belanda. Dengan membuat pemerintahan yang terstruktur seperti ini maka pemerintahan yang dahulunya berdasarkan adat dan marga simanteki kuta lambat laun menjadi memudar. Inilah yang sebenarnya memang menjadi tujuan dari Belanda sendiri. 36 Terlihat jelas apa yang ditakuti oleh Garamata pada awal kedatangan Belanda dahulu pada akhirnya terjadi juga. Sistem pemerintahan yang dahulunya diatur secara adat, diganti dan 35 Darwin Prints dan Darwan Prints, Sejarah dan Kebudayaan Karo, CV.Yrama, hal. 191 36 Wara Sinuhaji. Op.Cit. hal. 58 Universitas Sumatera Utara menggeser nilai adat itu sendiri dalam pemerintahan. Rasa persaudaraan yang dimiliki dahulu juga akhirnya memudar seiring diberlakukannya sistem pemerintahan baru oleh Belanda. Persaingan merebut tampuk pemerintahan antara sesama saudara semakin jelas terlihat, sehingga hubungan kekerabatan satu sama lainnya di antara keluarga sibayak potensial pecah dan menjadi renggang.

4.4 Pendidikan dan Ekonomi