Sistem Kepercayaan Garamata : Sebuah Gerakan Nativistik Di Dataran Tinggi Karo

3.Kalimbubu Kalimbubu adalah posisi yang paling dihormati dalam sistem kekerabatan orang Karo, bahkan kalimbubu itu disebutkan juga sebagai Dibata ni Idah Tuhan Yang Terlihat. Kalimbubu inilah yang juga terkait dengan apa yang ada dalam kepercayaan suku Karo yang kita kenal dengan sebagai pemena. Kalimbubu mempunyai pengertian yang sangat luas dan terbagi atas beberapa kelompok namun secara umum boleh kita artikan sebagai keluarga yang anak perempuannya akan diambil anak beru menjadi menantu dirumahnya. Adapun beberapa kelompok kalimbubu adalah sebagai berikut : kalimbubu simada dareh, kalimbubu iperdemui, kalimbubu bapa, kalimbubu nini, kalimbubu tua, dan puang kalimbubu. Kemudian tutur si waluh. Tutur si waluh sendiri masih sangat berkaitan dengan adanya lima marga tersebut. tutur si waluh terdiri dari sembuyak, senina, separibanen, sipemeren, anak beru, anak beru menteri, kalimbubu dan puang kalimbubu.

2.3 Sistem Kepercayaan

Jauh sebelum kedatangan agama-agama modern saat ini, masyarakat Karo telah memiliki religi sebagai sebuah kepercayaan. Adapun sistem kepercayaan tersebut dikenal dengan nama pemena atau perbegu. Pemena adalah budaya dalam bentuk kepercayaan sebaliknya kepercayaan adalah yang segala aspeknya terdiri dari budaya. Secara etimologis pemena berarti yang pertama. Sesuai dengan namanya pemena itu sendiri adalah sebuah kepercayaan yang pertama sekali ada dan dikenal oleh orang-orang Karo. Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan pemena, bahwa religi ini sering dikaitan dengan agama Hindu, namun terlepas dari itu semua, pada kehidupan masyarakat Karo pemena diterima dan diyakini penuh sebagai sebuah kepercayaan pada masyarakat Karo. Tidak pernah jelas kapan tepatnya aliran kepercayaan pemena masuk ke tengah-tengah kehidupan suku Karo serta belum pernah ditemukan bukti yang akurat menyebutkan bahwa aliran kepercayaan pemena ini dibawa oleh siapa, namun yang jelas bahwa pemena pernah menjadi kepercayaan suku Karo sebelum agama samawi atau Islam dan Nasrani berpengaruh dan merubah total kepercayaan mereka. Kepercayaan pemena merupakan kepercayaan yang meyakini adanya kekuatan diluar kekuatan manusia, walau tidak terlihat namun bisa dirasakan. Kekuatan tersebut berasal dari begu kuta dan begu jabu, bukan kepada Tuhan. Begu Kuta adalah roh-roh dari orang yang sudah meninggal di kampung yang ditempati masyarakat tersebut. Sedangkan Begu Jabu adalah roh- roh dari keluarga kita yang sudah meninggal dunia. Roh dari orang yang sudah meninggal tersebut dipercayai akan menjaga manusia yang masih hidup dalam melakoni perjalanan kehidupannya. Kekuatan terbesar diyakini berasal dari roh manusia yang meninggal karena suatu kejadian, tanpa melalui proses sakit terlebih dahulu. Dalam bahasa Karo roh ini disebut dengan begu mate sada wari. Manusia yang masih hidup, apabila ingin berhubungan dengan kekuatan roh-roh tersebut haruslah melalui seorang dukun, yang dikenal dengan sebutan Guru Sibaso. Melalui Guru Sibaso dilakukan ritual perumah begu memanggil roh orang yang sudah meninggal. Perumah begu biasa dilakukan saat sehari setelah seseorang meninggal dunia atau bisa juga dilakukan pada saat-saat tertentu kalau memang dibutuhkan. Universitas Sumatera Utara Roh dari orang yang meninggal dipercaya masih hidup, dekat dengan manusia yang hidup, walaupun di alam yang sudah berbeda. Berawal dari kepercayaan ini, maka pada setiap perkampungan orang Karo, ada dibuat semacam tempat untuk meletakkan sesaji sebagai persembahan. Tradisi ini dalam masyarakat Karo dikenal dengan nama ercibal. Tempat untuk memberi sesaji yang dibuat pada setiap perkampungan itu dinamai pajuh-pajuhen. Pajuh- pajuhen biasanya dilakukan di bawah pohon beringin, dan dalam masyarakat Karo dikenal dengan nama batang jabi-jabi. Alasan mengapa pohon beringin dijadikan sebagai tempat pajuh- pajuhen, karena pohon beringin disimbolkan sebagai kehidupan bahagia setelah kematian yang belakangan dikenal penganutnya sebagai surga. Akarnya sebagai tempat duduk menyandar kundul-kundul, daunnya sebagai tempat jolah-jolah ayunan. Simbol lain yang memakai tumbuhan adalah penyimbolan tentang kehidupan yang sangat menyiksa setelah kematian yang belakangan dikenal dengan sebutan neraka. Penyimbolan neraka dalam konteks kepercayaan ini memakai simbol pohon jeruk purut rimo mukur. Dan bentuk lain dari adanya kepercayan orang-orang Karo akan kehidupan roh yang sudah meninggal adalah dengan membawakan makanan ke kuburan orang yang sudah meninggal, terutama pada hari keempat setelah seseorang meninggal dunia. Sementara kaitan pemena dengan sistem kekerabatan dalam suku Karo tersebut bisa terlihat dalam penempatan kalimbubu sebagai Tuhan yang dapat dilihat. Perlakuan istimewa tersebut dapat kita lihat saat seorang bayi lahir, maka harus dilakukan proses potong rambut yang dilakukan oleh kalimbubu dalam hal ini adalah mama paman. Tradisi potong rambut oleh pamannya dimaksudkan agar si bayi tersebut dapat berkat dari pamannya, bukan dari Tuhan seperti yang diyakini agama modern saat ini. Terlihat jelas bahwa dalam pemena siapa yang diposisikan seperti Tuhan. Universitas Sumatera Utara Tradisi lain terlihat adalah saat musim panen tiba. Sebagai contoh, bila ada sebuah keluarga mempunyai tanaman padi, maka saat padi tersebut sudah dipanen, maka padi yang telah menjadi beras harus terlebih dahulu dibawa kerumah kalimbubu beserta lauknya yang biasanya adalah ayam. Tradisi ini juga dimaksudkan agar pada saat menanam padi berikutnya padi akan berbuah banyak karena diberkati oleh kalimbubu atau dalam bahasa karo dikenal dengan sebutan tuah kalimbubu.

2.4 Sistem Pemerintahan dan Sistem Kepemilikan Tanah Pra-Kolonial