Peranan Pustakawan Dalam Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan. Departemen Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

(1)

PERANAN PUSTAKAWAN DALAM PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA INJILI DONESIA (STTII)

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

IDA WARDANI KUMALA P.S 120723047

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN ORSINALITAS

Karya ini adalah karya orisinil dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat dan gagasan penulis dengan pendapat dan gagasan yang bukan berasal dari penulis mencantumkan tanda kutip.

Medan, Juni 2014 Penulis,

Ida Wardani Kumala P. Sinuraya NIM : 120723047


(3)

ABSTRAK

Sinuraya, Ida Wardani. Kumala.P.S, 2014. Peranan Pustakawan Dalam Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan. Departemen Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peranan pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan dan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan perpustakaan Sekolah Tinggi Injili Indonesia (STTII) Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara kepada pustakawan yaitu kepala perpustakaan, pustakawan di bagian pelayanan dan referensi dan pustakawan di bagian pengadaan dan pengolahan.

Berdasarkan wawancara yang telah decoding, peneliti mengasilkan 3 kategori yaitu: fungsi-fungsi manajemen/pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi, kegiatan rutin perpustakaan perguruan tinggi, dan peranan pustakawan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning) sudah melakukan perencanaan untuk jangka panjang yaitu dengan memperluas bangunam perpustakaan, perpustakaan yang sejuk, tenang dan nyaman,perencanaan untuk pengadaan dan perencanaan untuk pengolahan bahan pustaka. Fungsi yang kedua yaitu pengorganisasian (organizing) pembagian tugas di bagi menjadi kepala perpustakaan, pustakawan bagian pengadaan dan pengolahan, pustakawan bagian layanan dan referensi. Perpustakaan STTII Medan telah memiliki prosedur. Pengisian jabatan (staffing) tidak melakukan perekrutan sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ilmunya tidak melakukan wawancara dalam pemilihan sumber daya manusia serta pegawai belum pernah di berikan pelatihan dalam hal pengembangan staff. Fungi kepemimpinan dan Motivasi, kepemimpinan (directing) bersifat kekeluargaan dan tidak memberikan jarak antara atasan dan bawahan dan pimpinan memberikan motivasi kepada staff lainnya, fungsi pengawasan (controlling) di perpustakaan STTII Medan dilihat dari daftar absen setelah itu di akhir semester di evaluasi tentang kinerjanya.

Pengadaan bahan pustaka dilakukan pemilihan, adapun yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka yaitu dosen dan pustakawan dibagian pengadaan. Cara pengadaan bahan pustaka dilakukan dengan pembelian atau langganan, sumbangan atau hadiah, wajib simpan terbitan perguruan tinggi, dan titipan. Kegiatan pengatalogan deskriptif berpedoman pada Anglo American Catalouging Rules 2nd Edition (AACR2), dan kegiatan pengatalogan subjek menggunakan pedoman Library Congress Subject Heading (LCSH), namun untuk pengklasifikasian bahan pustaka belum menggunakan sistem DDC hanya menggunakan klasifikasi artifisial. Dan perpustakaan STTII Medan tidak membuat kelengkapan koleksi serta tidak melakukan pemeliharaan koleksi.

Sistem layanan perpustakaan menggunakan sistem pelayanan tertutup (Closed Access) ), pengguna perpustakaan yang akan meminjam buku terlebih dahulu mendaftar menjadi anggota perpustakaan. Dan perpustakaan STTII Medan memberikan sanksi berupa denda bila buku terlambat


(4)

dikembalikan ke perpustakaan. Pelayanan referensi yang tersedia yaitu kamus dan ensiklopedia serta pelayanan terbitan berseri yang ada yaitu jurnal dan majalah dan pustakawan yang bekerja di STTII Medan belum dapat melakukan perannya sebagai administrator dan supervisor.

Kata Kunci:


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PERANAN PUSTAKAWAN DALAM PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI INJILI INDONESIA MEDAN. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima masukan dan bantuan dari pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib, selaku dosen pembimbing I penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, serta arahan dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom, selaku dosen pembimbing II penulis yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd, selaku ketua Departemen Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staff pengajar Departemen Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh informan dan staff perpustakaan STTII Medan yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam memperoleh informasi.


(6)

7. Teristimewa untuk Ayahanda T.Sinuraya dan Ibunda S. Sebayang yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil serta kepercayaan yang besar kepada penulis dalam menyeselasikan perkuliahan skripsi ini. Juga kepada kedua kakak penulis Martina dan Mustika atas bantuan dan dukungannya.

8. Teman-teman seperjuangan yang mendukung terkaksananya skripsi ini, Meuthia, kak Ribta, Kristi, Ziqra, Lidya, Nerly terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skrispi ini masih belum sempurna seperti yang diharapkan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan memperkaya khasanah ilmu perpustakaan dan informasi Indonesia.

Medan, 20 April 2014 Penulis

Ida Wardani Kumala P S 120723047


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 8

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 8

2.1.1 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 9

2.1. 2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 10

2.1. 3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 11

2.2 Tenaga Pengelola ... 12

2.2.1 Pustakawan ... 12

2.2.2 Peranan Pustakawan ... 15

2.3 Pengelolaan/Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 17

2.3.1 Prinsip Manajemen ... 18

2.3.2 FungsiManjemen/Pengelolaan ... 19

2.3.2.1 Perencanaan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 19

2.3.2.2 Pengorganisasian Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 23

2.3.2.3 Pengisian Jabatan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 26

2.3.2.4 Fungsi Memimpin, Motivasi ... 27

2.3.2.5 Fungsi Pengawasan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 29

2.4 Kegiatan Rutin Perpustakaan ... 30

2.4.1 Pemilihan Bahan Pustaka ... 30

2.4.1.1 Pengadaan Bahan Pustaka ... 33

2.4.1.1.1 Pembelian ... 35

2.4.1.1.2 Sumbangan/Hadiah ... 36

2.4.1.1.3 Tukar-Menukar ... 37

2.4.1.1.4 Wajib Simpan Terbitan Perguruan Tinggi ... 39

2.4.1.1.5 Titipan ... 39

2.4.1.2 Inventarisasi ... 39

2.4.2 Pengolahan Bahan Pustaka ... 41

2.4.2.1 Katalogisasi Deskriptif ... 42

2.4.2.2 Katalogisasi Subjek ... 44

2.4.2.3 Pembuatan Kelengkapan Koleksi ... 47

2.4.3 Pelayanan ... 48

2.4.3.1 Pelayanan Sirkulasi ... 49

2.4.3.2 Pelayanan Referensi ... 51

2.4.3.3 Pelayanan Audiovisual ... 52


(8)

2.4.3.5 Pelayanan Bimbingan Pengguna ... 54

2.4.4 Pemeliharaan Bahan Pustaka ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1 Jenis Penelitian ... 57

3.2 Lokasi Penelitian ... 57

3.3 Mengidentifikasi Informan ... 57

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5 Jenis Sumber Data ... 57

3.6 Instrumen Penelitian ... 58

3.7 Keabsahan Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Karakteristik Informan ... 60

4.2 Kategori ... 61

4.2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen/Pengelolaan Perpustakaan ... 61

4.2.2 Kegiatan Rutin Perpustakaaan Perguruan Tinggi ... 66

4.2.3 Pelayanan Perpustakaan ... 71

4.2.4 Peranan Pustakawan ... 76

4.3 Rangkuman Hasil Pustakawan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 85


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Informan ... 60 Tabel II Rangkuman Hasil Perpustakaan ... 79 Tabel III Indikator Pertanyaan ... 89


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Perguruan Tinggi... 24

Gambar 2. Daftar buku pesanan ... 35

Gambar 3. Daftar prosedur penerimaan bahan pustaka ... 91

Gambar 4. Daftar Sistem peminjaman dengan komputer ... 92


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Gambaran Umum Perpustakaan STTII Medan ... 94 Lampiran II : Pedoman Wawancara ... 97 Lampiran III : Hasil Wawancara ... 98


(12)

ABSTRAK

Sinuraya, Ida Wardani. Kumala.P.S, 2014. Peranan Pustakawan Dalam Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan. Departemen Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peranan pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan dan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan perpustakaan Sekolah Tinggi Injili Indonesia (STTII) Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara kepada pustakawan yaitu kepala perpustakaan, pustakawan di bagian pelayanan dan referensi dan pustakawan di bagian pengadaan dan pengolahan.

Berdasarkan wawancara yang telah decoding, peneliti mengasilkan 3 kategori yaitu: fungsi-fungsi manajemen/pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi, kegiatan rutin perpustakaan perguruan tinggi, dan peranan pustakawan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning) sudah melakukan perencanaan untuk jangka panjang yaitu dengan memperluas bangunam perpustakaan, perpustakaan yang sejuk, tenang dan nyaman,perencanaan untuk pengadaan dan perencanaan untuk pengolahan bahan pustaka. Fungsi yang kedua yaitu pengorganisasian (organizing) pembagian tugas di bagi menjadi kepala perpustakaan, pustakawan bagian pengadaan dan pengolahan, pustakawan bagian layanan dan referensi. Perpustakaan STTII Medan telah memiliki prosedur. Pengisian jabatan (staffing) tidak melakukan perekrutan sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ilmunya tidak melakukan wawancara dalam pemilihan sumber daya manusia serta pegawai belum pernah di berikan pelatihan dalam hal pengembangan staff. Fungi kepemimpinan dan Motivasi, kepemimpinan (directing) bersifat kekeluargaan dan tidak memberikan jarak antara atasan dan bawahan dan pimpinan memberikan motivasi kepada staff lainnya, fungsi pengawasan (controlling) di perpustakaan STTII Medan dilihat dari daftar absen setelah itu di akhir semester di evaluasi tentang kinerjanya.

Pengadaan bahan pustaka dilakukan pemilihan, adapun yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka yaitu dosen dan pustakawan dibagian pengadaan. Cara pengadaan bahan pustaka dilakukan dengan pembelian atau langganan, sumbangan atau hadiah, wajib simpan terbitan perguruan tinggi, dan titipan. Kegiatan pengatalogan deskriptif berpedoman pada Anglo American Catalouging Rules 2nd Edition (AACR2), dan kegiatan pengatalogan subjek menggunakan pedoman Library Congress Subject Heading (LCSH), namun untuk pengklasifikasian bahan pustaka belum menggunakan sistem DDC hanya menggunakan klasifikasi artifisial. Dan perpustakaan STTII Medan tidak membuat kelengkapan koleksi serta tidak melakukan pemeliharaan koleksi.

Sistem layanan perpustakaan menggunakan sistem pelayanan tertutup (Closed Access) ), pengguna perpustakaan yang akan meminjam buku terlebih dahulu mendaftar menjadi anggota perpustakaan. Dan perpustakaan STTII Medan memberikan sanksi berupa denda bila buku terlambat


(13)

dikembalikan ke perpustakaan. Pelayanan referensi yang tersedia yaitu kamus dan ensiklopedia serta pelayanan terbitan berseri yang ada yaitu jurnal dan majalah dan pustakawan yang bekerja di STTII Medan belum dapat melakukan perannya sebagai administrator dan supervisor.

Kata Kunci:


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan merupakan suatu pusat informasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna. Selain itu perpustakaan adalah tempat mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan memelihara bahan pustaka baik tercetak maupun non cetak yang dikelola dan diatur untuk dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan sebagai sumber informasi, studi dan rekreasi. Ada empat (4) jenis perpustakaan, yaitu: perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan umum, dan perpustakaan khusus. Adapun yang termasuk dalam perguruan tinggi meliputi universitas, insitut, sekolah tinggi, akademik, dan politeknik.

Menurut Syahrial Pamuntjak (2005, 5) bahwa “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perguruan Universitas, perpustakaan Fakultas, perpustakaan akademis dan Perpustakaan Sekolah Tinggi”. Perpustakaan Perguruan Tinggi sering disebut sebagai jantungnya Universitas, karena perpustakaan tidak hanya merupakan unsur pendukung dalam program akademis, tetapi aktif dalam kegiatan di perguruan tinggi, kegiatan riset dan pelayanan masyarakat. Perpustakaan Perguruan Tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program Perguruan Tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Agar tujuannya dapat tercapai, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik.

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 1 menyatakan bahwa ”Pustakawan adalah adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang di peroleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan layanan perpustakaan”.


(15)

Pustakawan merupakan suatu komponen penting dalam mencapai keberhasilan layanan perpustakaan, oleh karena itu staf perpustakaan (pustakawan) harus memadai dari segi jumlah dan kualifikasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dan program yang dikembangkan di perpustakaan perguruan tinggi. Pustakawan perpustakaan perguruan tinggi idealnya lulusan perguruan tinggi (S1) Ilmu Perpustakaan, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh pustakawan harus mengerti tentang pengatalogan, pengindeksan, pengklasifikasian koleksi, dan juga harus mempunyai nilai tambah karena informasi terus berkembang, dimana peran pustakawan itu sendiri adalah mendukung pelaksanaan yang diemban oleh Perguruan Tinggi tempatnya bernaung. Pengelolaan atau manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif untuk mencapai sasaran. Dalam manajemen terdapat suatu proses penggunaan dan pemanfatan semua sumber daya yang dilakukan oleh pimpinan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, untuk mencapai target yang diharapkan maka perpustakaan harus dikelola secara baik.

Pengelolaan perpustakaan merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengadaan koleksi, pengolahan bahan perpustakaan, pelayanan perpustakaan dan fasilitas perpustakaan. Pemilihan bahan pustaka merupakan awal dari pembinaan koleksi. Pembinaan koleksi harus direncanakan sebaik-baiknya agar layanan yang diberikan oleh perpustakaan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan. Pengolahan bahan perpustakaan harus dilakukan oleh pustakawan yang memiliki keahlian khusus karena dengan melakukan pengolahan bahan pustaka secara benar akan memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang mereka perlukan dan temu kembali informasi menjadi lebih mudah. Koleksi perpustakaan harus digunakan secara optimal untuk mendukung proses belajar mengajar, pendayagunaan dilakukan melalui layanan perpustakaan kepada para pengguna yaitu civitas akademika perpustakaan. Pelayanan pengguna yang dilaksanakan oleh suatu perpustakaan pada umumnya meliputi layanan sirkulasi, layanan rujukan, layanan majalah, layanan pandang dengar, kualitas layanan menjadi ukuran bermanfaatnya suatu perpustakaan bagi penggunanya.


(16)

Untuk mencapai tujuan tersebut, perpustakaan perguruan tinggi perlu menerapkan fungsi-fungsi manajemen atau pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Griffin (2004, 6) “fungsi-fungsi manajemen (pengelolaan) meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan/penentuan staff (staffing), memimpin (directing), pengendalian (controlling)”.

Perencanaan merupakan langkah awal sebelum dimulainya setiap pekerjaan, demikian juga suatu organisasi termasuk perpustakaan. Perpustakaan harus menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan harus melakukannya, dan siapa yang akan melakukannya. Menurut Saleh (1995, 7) proses perencanaan ada empat (4) faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Waktu

Kita sering mendengar istilah rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Kedua rencana tersebut menggunakan elemen waktu sebagai batasanya.

2. Pengumpulan dan Analisis Data

Semua perencanaan harus berdasarkan pada data. Semakin akurat data yang digunakan dalam perencanaan maka semakin bagus perencanaan yang dibuat.

3. Tingkatan Perencanaan

Seluruh penanggung jawab di dalam struktur organisasi perpustakaan dari kepala,kepala bidang, kepala subbidang sampai ke unit terkecil. 4. Kelenturan atau flelsibilitas

Kelenturan merupakan faktor yang cukup penting untuk diperhitungkan dalam membuat suatu perencanaan.

Pengorganisasian atau organizing merupakan fungsi kedua dari manajemen yang harus diperhatikan oleh perpustakaan perguruan tinggi. Pengorganisasian dalam perpustakaan adalah pengaturan personalia untuk tercapainya tujuan organisasi. Di dalamnya mencakup pengelompokan aktivitas yang diperlukan serta pengalokasian atau pembagian aktivitas kepada setiap personil dalam perpustakaan.

Pengisian jabatan atau Staffing merupakan faktor yang penting bagi setiap organisasi, termasuk perpustakaan. Oleh karena itu pemilihan dan penempatan


(17)

tenaga kerja yang baik dan produktif sangat menguntungkan suatu intitusi sperti perpustakaan. Pengisian jabatan atau staffing adalah pengisian jabatan dalam struktur organisasi dengan cara mengidentifikasikan kebutuhan tenaga kerja, mendaftar tenaga kerja yang ada, merekrut, memilih, menempatkan, promosi, menilai, member imbalan dan melatih orang yang diperlukan.

Memimpin atau directing merupaka fungsi manajemen yang harus ada dalam suatu organisasi, karena fungsi memimpin ini merupakan fungsi pimpinan dalam mempengaruhi bawahannya atau merupakan pengelolaan sumber daya manusianya. Disamping itu mempengaruhi bawahan dalam hal melaksanakan pekerjaan, juga dapat memberikan motivasi atau mendorong bawahannya agar dapat berkembang dalam pekerjaanya.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi manajemen yang terakhir. Menurut Saleh (1995, 128) “Pengawasan atau controlling merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi pada sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar, menentukan apakah ada penyimpangan serta menetapkan bagaimana cara memperbaiki penyimpangan tersebut”.

Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) merupakan salah satu perpustakaan perguruan tinggi. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ternyata pustakawan yang bekerja di STTII bukan seorang lulusan Perguruan tinggi jurusan Perpustakaan selain itu pustakawan juga tidak pernah mengikuti pendidikan informal yang berhubungan dengan perpustakaan sehingga pustakawan yang bekerja di STTII Medan kurang mengerti dengan cara pengklasifikasian buku dengan sistem Dewey Decimal Classification (DDC) dan pada akhirnya buku-buku yang ada di rak buku tidak disusun berdasarkan displin ilmu, selain itu pengatalogan yang ada di STTII Medan juga tidak ada, dimana katalog perpustakaan merupakan sarana temu kembali, akibatnya penguna sulit mencari informasi yang disediakan perpustakaan. Dalam hal ini katalog sangat dibutuhkan, merupakan kunci untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dalam koleksi perpustakaan.


(18)

Pustakawan yang bekerja di Perpustakaan STTII Medan berusaha meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan dan pelayanannya hanya sebatas pada pelayanan pengguna yang meliputi layanan peminjaman, mencarikan informasi.

Pada saat observasi awal penulis menemukan beberapa masalah yang ada di perpustakaan STTII Medan yaitu pengadaan koleksi yang belum berjalan dengan baik, ini dikarenakan pengadaan yang ada di STTII tidak sesuai dengan kebutuhan setiap program studi yang ada di STTII, bukan hanya itu saja peneliti juga melihat adanya masalah pengolahan koleksi, dimana koleksi yang ada di rak perpustakaan tersebut tidak diberi kode atau ciri berdasarkan disiplin ilmunya ini dapat membuat pelayanannya kurang efektif dan efisien, dari segi pelayanan, pustakawan yang bekerja di Perpustakaan STTII berjumlah lima (5) orang, adapun jumlah koleksi perpustakaan yang belum di klasifikasi adalah 1900 judul buku sedangkan buku yang sudah memiliki klasifikasi berjumlah 50 judul buku. Perpustakaan STTII Medan menggunakan sistem Closed Access, dimana pengguna tidak dapat langsung mencari buku yang mereka butuhkan di rak, pengguna harus terlebih dahulu menuliskan di kertas yang telah tersedia buku apa saja yang mereka butuhkan setelah itu kertas tersebut akan diserahkan kepada petugas perpustakaan untuk mencari buku yang mereka butuhkan. Hal ini kurang efektif dan efisien dari segi waktu karena pengguna harus menunggu lagi dari staf, untuk mengetahui apakah Sekolah Tinggi buku yang mereka cari itu tersedia, ini merupakan kebijaksanaan atasannya mereka berasumsi kalau pemakai yang mencari langsung buku itu ke rak buku-buku itu akan tidak tersusun dengan rapi lagi. Hal ini ditandai dengan adanya pustakawan yang kurang memahami kegiatan rutin yang ada di perpustakaan.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik meneliti lebih mendalam dengan menetapkan judul penelitian “Peranan Pustakawan dalam Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan”.


(19)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana peranan pustakawan dalam pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan Perpustakaan Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dapat menunjang penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan pustakawan dalam pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII), untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan.

2. Peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.

3. Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua kalangan pembaca

4. Penulis, melalui penelitian ini penulis dapat meningatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang peranan pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan.


(20)

1.5 Rung Lingkup

Penelitian ini akan membahas mengenai peranan pustakawan dalam pengelolaan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STTII) Medan, penelitian ini meliputi fungsi manajemen, pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, pelayanan perpustakaan, dan peranan pustakawan.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan memerlukan sarana pembelajaran, perpustakaan merupakan salah satunya. Hasan dalam Hardi (2005, 14) menyatakan bahwa perpustakaan adalah suatu pusat pembelajaran (learning center) yang berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang meningkatkan kualitas kehidupan dengan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal yang berada pada level teratas sudah sepatutnya memiliki perpustakaan, karena perpustakaan berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi serta banyak memberikan kontribusi dalam peneyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (1994, 3) dinyatakan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah:

Suatu unit pelaksana teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.

Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang mempunyai kegiatan di bidang informasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pelestarian budaya bangsa yang menciptakan masyarakat yang cerdas lahir dan batin.

Menurut Sutarno (2003, 35) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah “Perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga dalam melaksanakan tujuannya dan memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai Tri Dharma Perguruan Tinggi”, sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 4) “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah


(22)

perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan merupakan unit yang menunjang perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Syahrial-Pamuntjak (2005, 5) bahwa “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perguruan Universitas, perpustakaan Fakultas, Perpustakaan akademis dan Perpustakaan Sekolah Tinggi”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustkaan yang didirikan oleh perguruan tinggi sebagai penunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum organisasi yang berada di bawah naungan suatu lembaga induk memiliki fungsi dan tujuan yang mendukung terlaksananya fungsi dan tujuan lembaga induknya. Demikian juga halnya perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai tujuan dan fungsi yang disesuaikan dengan tujuan dan fungsi yang disesuaikan dengan tujuan dan fungsi perguruan tinggi tempatnya bernaung.

Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan. Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Memenuhi keperluan Informasi masyarakat perguran tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

Sedangkan Menurut Hasugian (2009, 80) “Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian


(23)

dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi”.

Selain pendapat di atas dalam Buku Pedoman Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan tinggi (1999, 4) dinyatakan bahwa “Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat”

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah mendukung kinerja dari perguruan tinggi dalam menyelengarakan pendidikan dengan menyediakan sumber-sumber informasi ilmiah di perpustakaan tersebut dan selalu melayani pengguna (mahasiswa) selama menjalankan pendidikan di perguruan tinggi.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi juga mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan informasi. Adapun fungsi perpustakan perguruan tinggi dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 3) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengakajian ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk perpustakaan.


(24)

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan juga selayaknya membantu melakukan publikasi karya yang di hasilkan oleh perguruan tinggi yakni sivitas akademik dan sivitas non akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang di hasilkan oleh perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Sedangkan Menurut Sutarno (2003, 37) “Perpustakaan berfungsi untuk sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan sekaligus rekreasi yang sehat disela-sela kegiatan belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi untuk mendukung kegiatan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar, materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran dan riset penelitian, serta sarana untuk menyimpan dan publikasi seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tinggi.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Untuk dapat mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang sudah ditetapkan, perpustakaan harus dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 3) dinyatakan bahwa “Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan adminsitrasi perpustakaan”. Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 5) dinyatakan bahwa “Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah menyusun kebijakan dan melaksanakan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah dan merawat bahan pustaka serta mendayagunakannya baik bagi civitas akademika maupun masyarakat luar kampus.”


(25)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan, mengolah dan merawat bahan pustaka serta mendayagunakannya baik bagi sivitas akademika maupun masyarakat luar kampus.

2.2. Tenaga Pengelola

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 25) dinyatakan bahwa staf perpustakaan dewasa ini sebaiknya terdiri atas pustakawan, asisten pustakawan, tenaga administrasi, dan tenaga fungsional lainya sebagai berikut:

1. Asisten pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan tingkat diploma dalam bidang Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi (Pusdokinfo) dengan tugas melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan.

2. Tenaga fungsional lain dengan pendidikan kejuruan atau keahlian tingkat kesarjanaan dengan tugas melaksanakan pekerjaan penunjang keprofesian seperti pranata komputer dan kearsipan.

3. Tenaga administrasi dengan tugas melaksanakan kegiatan kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, perlengkapan, penjilidan, perlistrikan, grafika, dan lain-lain.

Dari uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa agar perpustakaan dapat terselenggara dengan baik, maka perlu dikelola oleh petugas yang benar-benar memiliki kompetensi dalam bidangnya. Pustakawan minimal berpendidikan minimal S1 ilmu perpustakaan, sehingga mereka akan memiliki kapasitas sebagai pengelola perpustakaan yang handal. Tenaga fungsional lain misalnya pranata komputer sangat diperlukan oleh perpustakaan masa kini. Koleksi perpustakaan masa kini tidak hanya bahan-bahan tercetak saja dan tidak hanya yang terdapat dalam gedung/ruang perpustakaan saja, tetapi koleksi perpustakaan saat ini tidak mengenal batas tempat waktu dan ruang. Tenaga fungsional pranata komputer sangat diperlukan untuk memperlancar proses layanan di perpustakaan.

2.2.1 Pustakawan

Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka” dengan demikian penambahan “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat


(26)

dengan pustaka atau bahan pustaka. Bahan pustaka dapat berupa buku, majalah, surat kabar, dan multimedia.

Menurut Hasugian (2009, 137) menyatakan bahwa “Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian pelayanan atau jasa pengguna perpustakaan sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya dari pendidikan”.

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 1 menyatakan bahwa, “Pustakawan adalah sesorang yang memiliki kompetensi yang di peroleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan layanan perpustakaan”.

Sedangkan menurut Sulistyo Basuki (1993, 159) “Pustakawan adalah tenaga professional yang dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung dengan dunia buku”.

Dengan situasi demikian sudahlah layak bila pustakawan menganjurkan masyarakat untuk giat membaca, selanjutnya pustakawan dituntut untuk giat membaca demi kepentingan professi, ilmu maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan atau kepustakawanan.

Ilmu perpustakaan berarti batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi, dalam bentuk apapun juga, yang berkaitan dengan tujuan, objek, tujuan dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, dan tata susunan dan teknik yang digunakan dalam melakukan kinerja (unjuk kerja) jasa perpustakaan. Kepustakawanan merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata susunan, pelestarian, dan pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan, penyempurnaan malar (berkesinambungan) dan perluasan jasa perpustakaan.

Sedangkan menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan pustakawan Indonesia (AD ART IPI), Pasal 1, “Pustakawan adalah pegawai yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan pada unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik di instansi pemerintah maupun swasta”.


(27)

Dalam pasal 1 AD ART IPI tersebut lebih dijelaskan dengan tegas bahwa pustakawan yang dimaksud tidak terbatas pada pegawai perpustakaan pemerintah, akan tetapi juga pegawai perpustakaan yang bekerja di lembaga/intansi swasta.

Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa “Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga iduknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”. Pustakawan adalah seorang yang bekarya secara professional di bidang perpustakaan dan informasi.

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pustakawan adalah profesi bagi orang yang bekerja di perpustakaan dan pusat informasi, profesi pustakawan tidak membedakan antara pustakawan pemerintah (PNS) atau pustakawan swasta (Non-PNS).

Untuk dapat disebut sebagai pustakawan harus memenuhi beberapa persyaratan. Pustakawan Indonesia yang ideal harus memiliki beberapa persyaratan. Menurut Suhernik (2006, 73) ada beberapa persyaratan antara lain sebagai berikut :

1. Aspek Professional

Pustakawan Indonesia berpendidikan formal ilmu pengetahuan. Pustakawan juga dituntut gemar membaca, trampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi ke depan, mampu menyerap ilmu lain, objektif (berorientasi pada data) generalis di satu sisi, tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu di pihak lain, berwawasan lingkungan, mentaati etika profesi pustakawan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian dan penyuluhan.

2. Aspek Kepribadian dan Perilaku

Pustakawan Indonesia harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral Pancasila, mempunyai tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas yang tinggi terhadap profesi, luwes, komunikatif dan bersikap suka melayani, ramah dan simpatik, terbuka terhadap kritik dan saran, selalu siaga dan tanggap kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, berdisiplin tinggi dan menjunjung tinggi etika pustakawan Indonesia.


(28)

Sedangkan Yusuf (1996, 43) menyatakan bahwa persyaratan yang harus dimiliki pustakawan adalah :

1. Persyaratan Sikap Mental

Pustakawan Perpustakaan Umum harus mempunyai jiwa pengabdian terhadap tugas-tugas dan fungsi-fungsi Perpustakaan Umum sebagai sarana penunjang pendidikan formal dan non formal serta senantiasa bersedia membantu, membimbing dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara terbuka dan suka rela sehingga tujuan Perpustakaan Umum dapat tercapai.

2. Persyaratan Pengetahuan

Seorang pustakawan Perpustakaan Umum harus berpengetahuan dan berwawasan luas agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari masyarakat. Pustakawan harus selalu menambah pengetahuannya dengan memanfaatkan koleksi yang tersedia di perpustakaan dan mengikuti pendidikan, seminar, ceramah dan kegiatan yang mendukung tugas di perpustakaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pustakawan, memiliki beberapa persyaratan yang harus di penuhi, seperti keprofesionalan, kepribadian dan prilaku, sikap mental serta harus mempunyai pengetahuan yang luas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menjadi seorang pustakawan, memiliki beberapa persyaratan yang harus di penuhi, seperti keprofesionalan, kepribadian dan prilaku, sikap mental serta harus mempunyai pengetahuan yang luas.

2.2.2 Peranan Pustakawan.

Perpustakaan bukanlah suatu tempat penyimpanan informasi yang bekerja secara otomatis yang kemudian membuka layanan kepada pemakainya, suatu hal yang sangat menentukan dalam peningkatan kualitas layanan adalah sumber daya manusia yang terdapat di perpustakaan, dalam hal ini pustakawan dan staff perpustakaan. Pengertian peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 854) “Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh sesorang dalam suatu peristiwa yang dibebankan kepadanya”.

Menurut Rachman (2006, 57) pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda) yang dapat disingkat dengan akronim EMAS dengan rincian sebagai berikut:


(29)

1. Edukator, Sebagai seorang pustakawan pendidik, pustakawan juga harus memahami prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu: “ing ngarsa sung tolada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

a). Ing ngarsa sung tulada, artinya harus mampu lewat sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya sebagai pola anutan dan ikutan orang-orang yang dilayaninya.

b). Ing madya mangun karsa artinya pustakawan harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dilayaninya.

c). Tut wuri handayani artinya pustakawan harus mampu mendorong orang-orang yang dilayaninya agar berani berjalan dan bertanggung jawab.

2. Manajer, pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik.

3. Administrator, sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Supervisor, sebagai supervisor pustakawan harus: a). Dapat melaksanakan pembinaaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja dan kebersamaan. b). Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya. c). Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, objektif dalam melaksanakan tugasnya. d). Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu menigkatkan kinerja unit organisasinya.

Sedangkan Abbas yang dikutip oleh Kusumah (2001, 1) mengemukakan bahwa peran pustakawan adalah :

1. Pustakawan sebagai gerbang ke masa depan dan masa lalu. 2. Pustakawan sebagai pengajar.

3. Pustakawan sebagai manajer knowledge.

4. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi.

5. Pustakawan sebagai penyokong untuk pengembangan kebijakan informasi.

6. Pustakawan sebagai komunitas partner.

7. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi.

8. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi. 9. Pustakawan sebagai teknisi.


(30)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan memiliki banyak peran, yaitu sebagai edukator, manager, pustakawan juga berperan sebagai pengayak sumber informasi, sebagai teknisi dan sebagai konsultan informasi untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna perpustakaan.

2.3Pengelolaan/Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi.

Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen yang berarti pula pengaturan atau pengurusan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (2006, 60). Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu. Menurut Sutarno (2006, 20) “Manajemen Perpustakaan adalah pengelolaan perpustakaan yang didasarkan kepada teori dan prinsip-prinsip manajemen”.

Selanjutnya Griffin (1990, 6) mendefiniskan manajemen sebagai berikut: “Management is the process of planning decision of making, organizing, leading, controlling and organization human, financial, physical and information resource to archieve, organizational goals in an efficient and effective manner”.

Pendapat di atas dapat di artikan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efiensi dan efektif.

Sedangkan Stoner (1994, 7) menyatakan bahwa ” manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati”.

Berdasarkan definisi manajemen di atas secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu


(31)

kegiatan pengelolaan, kemudian pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat, dengan evaluasi, dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah individu atau kelompok memperoleh dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efisien dan efektif untu mencapai tujuan.

2.3.1Prinsip Manajemen/Pengelolaan

Prinsip manajemen merupakan generalisasi berdasarkan pengalaman serta analisis mengenai studi kasus, prinsip ini berlaku secara universal artinya dapat diterapkan di mana saja, dan tidak bersifat kaku.

Menurut Fayol yang disitir oleh Sulsityo-Basuki (1993, 187) prinsip manajemen dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Pembagian kerja

Pembagian kerja ditentukan antara lain oleh kecakapan dan keterampilan seseorang, jumlah pengunjung perpustakaan, keperluan pemakai, besar kecilnya koleksi serta jenis perpustakaan.

2. Wewenang

Mereka yang memiliki wewenang berarti memiliki tanggung jawab, berbagai tugas dalam perpustakaan dilakukan oleh banyak orang namun tanggung jawab ada pada pustakawan.

3. Disiplin

Demi kepentingan jalanya perpustakaan maka harus ada kepatuhan, kerajinan, daya serta hormat pada tugas dan tangung jawab yang diberikan.

4. Kesatuan Perintah

Seseorang karyawan hanya menerima perintah dari seorang atasan. 5. Kesatuan arah

Dengan adanya satu pimpinan dan satu sasaran maka tugas staf dapat disasarkan untuk mencapai tujuan.

6. Koordinasi

Koordinasi merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan tugas perpustakaan, bila koordinasi kacau maka hasil yang diperoleh adalah kekacauan.

7. Lini dan Staf

Karyawan yang ditempatkan di posisi lini adalah karyawan pengambil keputusan. Para pengambil keputusan memiliki wewenang dan perintah. Posisi staf merupakan posisi yang tidak membawa wewenang.


(32)

8. Akuntabilitas

Bila perpustakaan akan berjalan lancar dan efisien, pemimpin perpustakaan harus menentukan ukuran kualitas dan kuantitas unjuk kerja atau kinerja (performance)

2.3.2 Fungsi Manajemen/Pengelolaan Perpustakaan

Fungsi adalah apa atau sesuatu yang harus dijalankan untuk memenuhi maksud atau mencapai tujuan. Menurut Griffin (2004, 6), fungsi-fungsi manajemen (pengelolaan) meliputi: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penyusunan/Penentuan Staff (Staffing), Pengarahan (Motivating), Pengendalian (Controling). Sedangkan menurut Siagian (2005, 33) “fungsi manajemen meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan penilaian”.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa fungsi-fungsi manajemen (pengelolaan) secara universal yaitu: perencanaan, pengorganisasian,penyusunan staff, pengarahan dan pengawasan.

2.3.2.1Perencanaan Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi (Planning)

Tidak berbeda dengan organisasi lain, penyelengaraan perpustakaan perguruan tinggi juga didasarkan pada perencanaan yang di buat.

Perencanaan menurut Siagian (2005, 60) adalah “keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan”.

Sedangkan Menurut Saleh (1995, 7) perencanaan adalah “kegiatan menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang harus dilakukan, bentuk organisasi dan personil, keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, dan siapa yang akan melakukannya”. Adapun tujuan Perencanaan menurut Griffin (2004, 14) yaitu menghemat waktu, menghemat biaya dan menghemat sarana dan prasarana.


(33)

Menurut Saleh (1995, 7) proses perencanaan ada empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Waktu

Kita sering mendengar istilah rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Kedua rencana tersebut menggunakan elemen waktu sebagai batasanya.

2. Pengumpulan dan Analisis Data

Semua perencanaan harus berdasarkan pada data. Semakin akurat data yang digunakan dalam perencanaan maka semakin bagus perencanaan yang dibuat, dan semakin pasti rencana tersebut dapat diimplementasikan ke dalam bentuk kegiatan.

3. Tingkatan Perencanaan

Seluruh penanggung jawab di dalam struktur organisasi perpustakaan dari kepala, kepala bidang, kepala sub bidang sampai ke unit terkecil, sebaiknya terlibat dalam proses perencanaan, sehingga seluruh penanggung jawab tersebut mempunyai tanggung jawab atas jalannya suatu perencanaan.

4. Kelenturan atau fleksibilitas

Kelenturan merupakan faktor yang cukup penting untuk diperhitungkan dalam membuat suatu perencanaan. Yang dimaksud dengan kelenturan perencanaan adalah perubahan rencana akibat terjadinya perubahan kebutuhan.

Perencanaan dapat dibagi kedalam beberapa jenis klasifikasi, sesuai dengan kandungan isi dari perencanaan tersebut serta untuk apa perencanaan itu dibuat. Menurut Harold Koonzt (1989, 34) “perencanaan dapat klasifikasikan menjadi: maksud atau misi, sasaran, strategi, prosedur dan aturan, kebijakan yang utama dan atau penunjang, program besar atau kecil dan program pendukung, serta anggaran”.

Perencanaan merupakan suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, dengan dan tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Adapun aspek perencanaan adalah:

1. Tindakan apa yang dilakukan?

2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? 3. Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? 4. Kapankah tindakan itu dilaksanakan?

5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?


(34)

Dengan demikian kunci keberhasilan dalam suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau terletak pada perencanaanya. Perencanaan merupakan suatu proses atau kegiatan pimpinan (manager) yang terus menerus, artinya setiap kali yang timbul sesuatu yang baru, perencanaan merupakan langkah awal setiap manajemen. Perencanaan merupakan kegiatan yang akan dilakukan di masa depan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula, sebuah perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat dilaksanakan dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah mencapai permulaan pekerjaan yang baik dari proses pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, perencanaan pada hakekatnya merupakan proses pemikiran yang sistematis, analisis, dan rasional untuk menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya, dan kapan kegiatan tersebut harus dilakukan.

Aktivitas-aktivitas pada perpustakaan perguruan tinggi, selalu dimulai dari perencanaan. Menurut Saleh (1995, 41) langkah-langkah di dalam perencanaan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Melihat ke masa depan, yaitu adanya kesempatan-kesempatan yang dapat dicapai dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

2. Merumuskan sasaran untuk perpustakaan dan unit-unit di bawahanya. 3. Menentukan premis yaitu meramalkan lingkungan pada saaat rencana

dilaksanakan, baik intern maupun ekstern.

4. Menentukan arah tindakan-tindakan alternatif yaitu menginvetarisasi tindakan-tindakan yang dapat/mungkin diambil untuk mencapai sasaran organisasi

5. Mengevaluasi tindakan-tindakan alternatif. Dalam hal ini kita lihat untung ruginya alternatif-alternatif tersebut dengan mengingat berbagai faktor dari sudut premis-premis serta tujuan.

6. Memilih salah satu alternatif, yaitu memutuskan alternative mana yang dapat diterima berdasarkan evaluasi tersebut.

7. Merumuskan rencana-rencana turunan. Pada langkah pemilihan alternative di atas biasanya perencanaan belum lengkap, maka dibuat rencana yang diturunkan/dijabarkan dari rencana pokok sehingga menjadi lengkap dan opersional.

8. Menganggarkan, yaitu mengisi rencana-rencana tersebut dengan angka-angka rupiah yang akan dicapai.


(35)

Dalam melakukan kegiatannya, perpustakaan perguruan tinggi perlu dilengkapi dengan sarana, antara lain sarana fisik yang berupa ruang atau gedung dan fasilitas perpustakaan. Menurut Saleh (1995, 42) hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan ruang (gedung) dan fasilias perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah pengguna yang harus dilayani yaitu mahasiwa, staf pengajar, peneliti dan lain-lain

2. Jenis dan variasi program yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi. Alasannya adalah semakin banyak program studi yang diselenggarakan suatu perpustakaan perguruan tinggi, maka semakin banyak pula koleksi, baik buku maupun jurnal serta koleksi lainnya, yang harus disediakan.

3. Tingkatan atau jenjang program yang diselenggrakan oleh perguruan tingginya.

4. Dari segi lokasi sebaiknya gedung perpustakaan berada di tengah-tengah kampus sehingga mudah dijangkau oleh semua pengguna perpustakaan. 5. Perlu pula diperhatikan variabel-variabel yang berhubungan dengan

layanan fungsional perpustakaan.

6. Untuk alasan keserasian maka disain gedung perpustakaan sebaiknya mengikuti bentuk arsitektur gedung-gedung yang berdekatan atau setidak-tidaknya disesuaikan dengan gedung-gedung yang berdekatan. 7. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian di dalam merencanakan gedung

dan tata ruang perpustakaan adalah penerangan sumber tenaga untuk perpustakaan, pengaturan ventilasi dan penyejukan faktor keamanan, dan lokasi perpustakaan yang memungkinkan perluasan di kemudian hari.

Luas suatu perpustakaan perguruan tinggi ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu komponen pemakai, komponen koleksi, dan komponen staf perpustakaan atau administrasi perpustakaan. Dalam Buku Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 126) membuat perhitungan kebutuhan luas gedung perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut:

1. 45% dari luas gedung diperuntuhkan bagi ruang koleksi 2. 25% dari luas gedung diperuntuhkan bagi ruang pengguna 3. 20% dari luas gedung diperuntuhkan bagi ruang staff 4. 10% dari luas gedung diperuntuhkan bagi keperluan lain.


(36)

Keberhasilan layanan perpustakaan selain ditentukan oleh komponen-komponen seperti staf yang berkualifikasi baik, koleksi yang memadai, gedung yang reprensentatif dan lain-lain, juga ditentukan oleh jumlah perabot dan peralatan yang memadai serta secara fungsional mendukung kegiatan perpustakaan. Perabot perpustakaan dalam pengertian ini adalah semua kelengkapan fisik berupa mebiler yang digunakan di perpustakaan. Sedangkan peralatan perpustakaan adalah semua perangkat peralatan yang ada di perpustakaan untk menunjang kelancaran tugas-tugas perpustakaan seperti alat-alat tulis, mesin ketik, komputer.

2.3.2.2Pengorganisasian Perpustakaan Perguruan Tinggi (Organizing)

Pengorganisasian atau organizing merupakan fungsi manajemen yang harus diperhatikan oleh perpustakaan perguruan tinggi. Dengan adanya pengorganisasian maka akan jelas siapa yang menjadi atasan siapa yang menjadi bawahan siapa yang memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap jalannya perpustakaan

Menurut Koontz dan O’Donnel yang dikutip oleh Hasibuan menyatakan (2007, 119)“The organization function of the manager involves the determination and enurmeration of the activites required to achieve the objective of the enterprise, the grouping of these activites, the assignment of such group of activation to a department headed by a manager and the delegation of authority carry the out

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa Fungsi Pengorganisasian manajer meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk tujuan-tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan wewenang untuk melaksanakannya. Dalam suatu organisasi dituntut adanya kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Organisasi merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, pengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk mencapai


(37)

tujuan tersebut maka perlu di pilih orang yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas oleh karena itu, perlu memilih dan menentukan orang yang akan dipercaya atau diposisikan dalam posisi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan dalam hal proses penarikan, penempatan, pemberian latihan dan pengembangan anggota-anggota organisasinya.

Menurut Hasibuan (2007, 120) “organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapau tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja”.

Sedangkan Saleh (1995, 60) menyatakan bahwa “organisasi adalah sebuah struktur yang mempunyai suatu sistem yang digunakan untuk membentuk aktivitas-aktivitas serta pelaksanaan program-program guna pencapaian tujuan organisasi

Struktur organisasi yang harus dirancang dalam perpustakaan perguruan Tinggi, yaitu:

1. Untuk memperjelas lingkungan sehingga semua orang tahu siapa yang harus melakukan dan siapa yang bertanggung jawab atas hasil

2. Untuk menghilangkan pengahalang dalam prestasi kerja yang disebabkan kebingungan dan ketidaktentuan pemberian tugas, dan

3. Untuk mengadakan jaringan komunikasi bagi pengambilan keputusan yang mencerminkan dan mendukung sasaran organisasi”.

Gambar 2. Struktur Organisasi minimal UPT Perpustaakan (buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi 1999, 8)

Kepala UPT

TATA USAHA 


(38)

Fungsi Pengorganisasian mempunyai Pembentukan Bagian dan Departementasi. Menurut Saleh (1995, 61) “Departementasi adalah aktivitas menyusun satuan-satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu

Cara Pembentukan bagian di perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan jumlah

Pembagian kelompok atau pembentukan bagian berdasarkan jumlah. 2. Berdasarkan Fungsi

Pada perpustakaan pembentukan bagian berdasarkan fungsi ini dilakukan pada bagian sirkulasi, bagian akusisi, bagian referensi/rujukan, bagian pengolahan bahan pustaka dan lain-lain.

3. Berdasarkan Batas Wilayah

Beberapa jenis perpustakaan dalam membentuk bagian menggunakan batas teritorial atau wilayah

4. Berdasarkan Produk

Departemenstasi berdasarkan produk lebih banyak digunakan pada organisasi industri.

5. Berdasarkan Pelanggan

Perpustakaan dapat menggunakan pelanggan atau kelompok pengguna dalam membentuk bagan.

6. Berdasarkan Proses atau Peralatan

Pembagian satuan organisasi atau departementasi berdasarkan proses atau peralatan.

7. Berdasarkan subjek

Departementasi berdasarkan subjek ini banyak digunakan oleh perpustakaan universitas.

8. Berdasarkan Bentuk Dokumen

Kadang-kadang perpustakaan perguruan menggunakan dokumen sebagai dasar pembentukan aktivitas, misalnya, unit audiovisual, unitmikrofis, bagian, bagian majalah, bagian tesis, skripsi, disertasi dan sebagainya.

Sedangkan A.F Stoner (1994, 295) ada beberapa unsur-unsur struktur organiasasi antara lain:

1. Spesialisasi aktivitas

Ini mengacu pada spesifikasi tugas-tugas perorangan dan kelompok kerja diseluruh organisasi (pembagian tugas) dan penyatuan tugas-tugas tersebut kedalam unit kerja.


(39)

2. Prosedur

Merupakan prosedur yang dipergunakan organisasi untuk menjamin kelayak-dugaan aktiivitas-aktivitasnya.

3. Koordinasi aktivitas

Prosedur yang mengintergrasi fungsi-fungsi sub unit dalam organisasi. 4. Sentralisasi dan desentralisasi pengambil keputusan.

Ini mengacu pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan. Pada sistem sentralisasi keputusan ditangan para manajer tingkat pusat, sedangkan pada sistem desentralisasi keputusan dibagi pada tingkat manajer tingkat pusat, sedangkan pada sistem desentralisasi keputusan dibagi pada tingkat manajer dibawahnya yaitu manajer menengah dan bawah.

5. Ukuran unit kerja

Ini mengacu pada jumlah karyawan dalam suatu kelompok. 2.3.2.3Pengisian Jabatan di Perpustakaan Perguruan Tinggi (Staffing)

Sumber daya manusia atau tenaga kerja mrupakan faktor yang penting bagi setiap organisasi, termasuk perpustakaan. Menurut Saleh (1995, 78) “Pengisian Jabatan atau Staffing adalah pengisian jabatan dalam strukutur organisasi dengan cara mengidentifikasikan kebutuhan tenaga kerja, mendaftar tenaga keja yang ada, merekrut, memilih, menempatkan, promosi, menilai, memberi imbalan dan melatih orang yang diperlukan”.

Sedangkan menurut Flippo (1995, 150) “pengisian jabatan atau staffing

sebagai fungsi manajemen merupakan tindak lanjut dari pengorganisasian yang berhubungan dengan pengadaan (recruitment), penempatan (placement), pelatihan (training) dan pengembangan karyawan (personal development)”.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengisian jabatan (staffing) adalah mengidentiifikasi kebutuhan tenaga kerja, mendaftar tenaga kerja, merekrut, penempatan, pelatihan dan pengembangan karyawan.

Menurut Saleh (1995, 78) ada beberapa langkah yang dilakukan dalam pengisian jabatan di perpustakaan perguruan tinggi yaitu:

1. Penyusunan rencana ketenagaan (SDM/Sumber Daya Manusia)

Kebutuhan sumber daya manusia selalu berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan jumlah pengguna perpustakaan yang bersangkutan.

2. Rekrutmen

Rekrutmen dimaksudkan untuk menyediakan calon karyawan yang cukup besar sehingga organisasi atau dalam hal ini perpustakaan dapat


(40)

menyeleksi calon karyawan/pegawai yang memenuhi syarat dan sesuai dengan kebutuhan.

3. Pemilihan/Seleksi dan Penempatan

Pemilihan atau seleksi didefinisikan sebagai aktivitas suatu organisasi (dalam hal ini perpustakaan) dengan cara menggunakan satu atau beberapa metode untuk menguji calon pegawai/pelamar. Metode tersebut berguna untuk menempatkan calon-calon yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan perpustakaan. Pada umumnya proses seleksi itu adalah sebagai berikut:

1. Pengisian formulir-formulir 2. Tes

3. Wawancara 4. Referens

4. Induksi dan Orientasi

Bagi karyawan yang baru masuk bekerja di suatu perpustakaan, biasanya yang bersangkutan belum tahu informasi dan situasi kerja di lingkungan barunya. Induksi dan orientasi diadakan untuk mengurangi rasa was-was dan gelisah pada pegawai baru, juga supaya pegawai baru dapat mengukur dirinya seberapa jauh ia dapat berprestasi dalam pekerjaan. 5. Pemindahan Staf

Pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan sering menjemukan, khususnya bila di tekuni dakam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pemimpin perpustakaan hendaknya memikirkan cara untuk menghindari kejenuhan staf yang ditugaskan pada bagia-bagian tertentu di perpustakaan.

6. Pengembangan Staff

Agar setiap petugas di perpustakaan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di luar lingkungan kerjanya, maka kepada setiap pegawai/pustakawan harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan cara mengikuti pelatihan

7. Penilaian

Pada akhirnya setiap pegawai/pustakawan akan mendapatkan giliran untuk dinilai.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pengisian jabatan di perpustakaan perguruan tinggi adalah penyusunan rencana ketenagaan (SDM/Sumber Daya Manusia), Rekrutmen, Pemilihan/seleksi dan penempatan, induksi dan orientasi, pemindahan staf, pengembangan staf, dan penilaian.

2.3.2.4Fungsi Memimpin, Motivasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Memimpin (directing) merupakan fungsi manajemen yang harus ada dalam suatu organisasi. Memimpin atau directing merupakan pelaksanaan atau


(41)

merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungsi manajemen sebelumnya yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pengisian staf. Memimpin adalah suatu fungsi manajemen yang cukup kompleks, tugasnya mempengaruhi karyawan agar mau melaksanankan tugas-tugas yang diberikan secara efisien dan efektif, sehingga tujuan intitusi/organisasi dapat tercapai.

Menurut Saleh (1995, 98) “tujuan utama fungsi memimpin adalah untuk menciptakan kerja sama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan anggota serta menumbuhkan perasaan untuk menyukai pekerjaan yang akan dilakukan”.

Motivasi merupakan peranan yang sangat penting bagi setiap unsur pimpinan juga motivasi merupakan suatu hal yang dirasakan sulit oleh para pemegang pimpinan. Dikatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan dan sebagainya. Koontz mengemukakan pengertian motivasi yang dikutip oleh Hasibuan (2007, 95) sebagai berikut : “Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan”.

Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang.

Menurut Terry (1985, 168) kepemimpinan adalah” hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.

Sedangkan Sutarno (2006, 145) menyatakan kepemimpinan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kepemimpinan organisasi, yang bersifat kaku karena bertujuan menegakkan ketertiban dan kedisiplinan organisasi.

2. Kepemimpinan personal, yang bersifat pendekatan kemanusian dalam menghadapi bawahan. Tujuannya ialah menciptakan kepercayaan bawahan terhadap atasan sehingga ada dukungan dati pegawai kepada pemimpinnya.


(42)

3. Kepemimpinan tim kerja kolektif, yaitu kepemipinan yang merupakan perpaduan keduanya, tujuannya menegakkan kerja sama atas dasar kesederajatan terhadap posisi dan tugas dengan prinsip displin kerja agar semua anggota kelompok menjaga mutu pekerjaan.

Komunikasi sangat menentukan proses manajemen, hal itu sangat wajar dan logis sebab manajemen hanya apat berjalan melalui pikiran dan kegiatan-kegiatan orang-orang. Untuk menjalin hubungan antara orang-orang yang baik harus ada bentuk-bentuk komunikasi yang efektif guna menciptakan hubungan yang kerjasama yang baik. Komunikasi mencakup seluruh aspek manajemen sehingga komunikasi merupakan salah satu inti kepemimpinan. Kemajuan suatu perpustakaan adalah hasil usaha bersama melalui komunikasi, tanpa komunikasi semua aktivitas organisasi akan kaku dan perpustakaan tidak berjalan optimal.

Menurut Sutarno (2006, 156) komunikasi mempunyai sifat yaitu:

1. Vertikal ke bawah antara pimpinan kepada staff (top down) yang berupa perintah, komando, intruksi, kebijakan, penjelasan dan informasi.

2. Vertikal ke atas (bottom up) antara staff dengan pimpinan misalnya laporan, informasi, saran, masukan atau usulan

3. Horizontal antara sesama pimpinan atau antara sesama staf.

4. Cross Comunication antara staf, pimpinan dengan staf pemimpin yang lain yang bersifat silang.

2.3.2.5Pengawasan (Controlling)

Fungsi pengawasan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi, peranan pengawasan penting di dalam proses manajemen karena akan menentukan apakah tujuan tercapai sesuai dengan harapan yang telah ditentukan.

“Pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya” Sutarno (2006, 155). Sedangkan Gitusudarno (1993, 93) menyatakan bahwa pengawasan adalah “suatu usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang dilakukan apakah kegiatan telah mencapai sasaran yang ditentukan”.

Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen yang dilaksanakan untuk mengetahui Sutarno (2006, 155)


(43)

1. Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya

2. Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan

3. Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan

4. Untuk meningkatkan efisien dan efektif organisasi Tujuan Pengawasan menurut Sutarno (2006, 155) adalah:

1. Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi

2. Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi

3. Mendapatkan efisiensi dan efektifitas.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang dilakukan apakah kegiatan telah mencapai sasaran yang ditentukan.

2.4 Kegiatan Rutin Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut F.Rahayunigsih dalam bukunya pengelolaan perpustakaan (2007, 12) menyatakan bahwa, kegiatan rutin perpustakaan sebagai berikut:

1. Pengadaan bahan pustaka, yang meliputi pemilihan, pemesanan, pembelian, dan inventarisasi bahan pustaka

2. Pengolahan koleksi, yang meliputi penentuan subjek, klasifikasi, penentuan tajuk, entri data, dan pemberian kelengkapan koleksi agar dapat dilayankan kepada pengguna perpustakaan

3. Layanan pengguna, yang meliputi layanan loker, layanan sirkulasi, layanan baca, layanan ruang baca, layanan terbitan berkala, layanan referensi, dan penelusuran informasi, layanan workstation, layanan fotokopi, layanan pendidikan pengguna

4. Pemeliharan koleksi, yang meliputi pelestarian, pengawetan dan perbaikan bahan pustaka

2.4.1Pemilihan Bahan Pustaka

Pemilihan bahan pustaka adalah proses mengkaji bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan serta menetapkan judul dan subjek bahan pustaka yang perlu diadakan, setelah meneliti judul-judul bahan pustaka melalui


(44)

katalog penerbit dan usul dari pengguna perpustakaan. Dalam pemilahan bahan pustaka perpustakaan tidak dapat mengumpulkan semua buku yang diterbitkan baik dalam jumlah besar maupun jenis koleksinya, karena pengadaan buku dibatasi oleh tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh perpustakaan. Dengan adanya keterbatasan tersebut maka penambahan koleksi harus diseleksi agar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 427) tujuan pemilihan bahan pustaka adalah “mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang, sehingga mampu melayani kebutuhan pengguna yang berubah dan tuntutan pengguna masa kini serta masa mendatang”.

Dalam pernyataan di atas jelas bahwa perpustakaan diharapkan dapat mengembangkan koleksinya secara baik dan seimbang agar tujuan pemilihan bahan pustaka tersebut dapat tercapai.

Salah satu prinsip pemilihan bahan pustaka adalah unsur kerjasama dengan berbagai pihak. Agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna maka pemilihan bahan pustaka dilakukan atas kerjasama dengan pihak-pihak tertentu. Adapun pihak-pihak tertentu menurut Siregar (2002, 12) adalah :

1. Pustakawan

2. Subjek spesialis/Pakar 3. Bagian Sirkulasi 4. Bagian Pengadaan 5. Pengguna

Untuk dapat melaksanakan pemilihan buku dengan mudah dan mengetahui informasi tentang buku secara lengkap hendaknya seorang pustakawan menggunakan alat bantu untuk memudahkan seleksi. Adapun alat pemilihan buku menurut Siregar (2002, 14) adalah “katalog penerbit, bibliografi nasional/daerah/ khusus, daftar buku beranotasi (dengan keterangan singkat), Book in print, tinjauan buku, majalah yang sering memuat resensi buku, abstrak, sari karangan, dan sasaran dari pengguna”.

Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 14), alat bantu pemilihan buku adalah sebagai berikut:


(45)

1. Bibliografi subjek khusus

2. Daftar tambahan koleksi (accession list) perpustakaan lain 3. Timbangan buku

4. Masukan dari pengguna perpustakaan.

Dari alat bantu pemilihan yang telah diuraikan di atas dapat diketahui keterangan mengenai buku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Untuk memperlancar setiap pekerjaan diperlukan suatu prosedur/tatalaksana pekerjaan, agar diketahui tahap-tahap pekerjaan yang harus dilakukan. Adapun prosedur pemilihan bahan pustaka bertujuan untuk mengatur mekanisme pemilihan bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan agar diperoleh hasil yang sesuai dengan masyarakat yang dilayaninya.

Siregar (2002, 16) menyatakan bahwa pemilihan bahan pustaka dilaksanakan dengan cara berikut:

1. Pemilihan buku dapat dilakukuan berdasarkan saran pengguna perpustakaan

2. Pemilihan buku dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu pemilihan buku, seperti katalog penerbit, bibliografi dan abstrak

3. Pemilihan buku dapat dilakukan dengan mengevaluasi bukunya secara langsung melalui contoh yang dikirm oleh penerbit untuk diperiksa oleh perpustakaan (desk copy)

4. Berdasarkan hasil pembicaraan atau diskusi tentang buku dari sekelompok atau media komunikasi.

Sedangkan dalam buku Pedoman Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 12) langkah-langkah yang ditempuh dalam pemilihan bahan pustaka adalah:

1. Inisiatif pemilihan dimulai oleh pemakai, baik atas kemauan sendiri atau atas permintaan pustakawan

2. Pengsusul menyusun daftar usulan dengan mengisi formulir dengan data bibliografi yang lengkap.

a. Data untuk buku terdiri dari pengarang, judul, edisi, tahun, penerbit, ISBN, jumlah yang dipesan, harga.

b. Data untuk majalah terdiri dari judul, alamat penerbit, ISSN (kalau ada), harga bilamana mulai berlanggan dan disertai pula persetujuan atasan si pengusul.

3. Daftar usulan dapat diserahkan langsung kepada pimpinan perpustakaan atau atasan pengontrol.


(46)

a. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi dari setiap bahan yang diusulkan dengan memakai alat bantu pemilihan.

b. Mencocokkan daftar usulan dengan koleksi yang ada melalui katalog perpustakaan, katalog majalah dan sebagainya.

c. Diteliti pula apakah ada yang sedang dalam pemesanan.

d. Apabila oleh anggaran, sehingga tidak semua usul dapat diterima, maka dibuatkan kartu desiderata yang akan dipertimbangkan, kemudian apabila tersedia dana, atu diusahakan dari sumber lain. e. Apabila ada bahan yang diusulkan yang sudah ada atau sedang dalam

pemesanan, perlu diputuskan apakah perlu ditambah atau tidak. Usul diterima bila dipesan merupakan edisi yang lebih baru dan edisi yang dimiliki perpustakaan.

f. Keputusan yang diambil, melalui pimpinan perpustakaan.

Apabila perpustakaan dapat mengikuti langkah-langkah di atas, sudah tentu bahan pustaka yang disediakan akan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan pelayanan di perpustakaan dapat ditingkatkan.

Menurut Sulistyo-Basuki yang disitir oleh Noerhayati (1987, 19) kebijakan pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Apakah sasaran khusus koleksi perpustakaan? 2. Siapa yang menyusun kebijakan?

3. Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? 4. Siapa yang akan memilih buku?

5. Siapa yang mengambil keputusan terakhir dalam pemilihan? 6. Apakah dasar alokasi dana bagi berbagai subjek?

7. Bagaimana kriteria pemilihan berbagai jenis media?

8. Bagaimanakah kriteria penerimaan dan penolakan bagi buku sumbangan berupa hadiah? Bagaiamana halnya kebijakan pertukaran buku?

9. Bagaimana prioritas pengadaan buku dalam kaitannya dengan dana yang tersedia?

10. Buku apa saja yang perlu disiang?

11. Bagaimana melayani minat dan subjek dari berbagai kelompok yang ada di perpustakaan?

2.4.1.1Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksi berakhir di pengadaan bahan pustaka.


(47)

Di perpustakaan perguruan tinggi pengadaaan bahan pustaka merupakan bagian teknis, hal ini disebabkan karena tugas utama dari perpustakaan adalah menyajikan dan menyebarluaskan informasi kepada seluruh civitas akademik di perustakaan perguruan tinggi. Untuk melakukan tugas tersebut maka perpustakaan hendaklah didukung oleh bahan pustaka yang tepat, lengkap dan selalu up to date

sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Menurut Sutarno (2007, 174) “Pengadaan atau akusisi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi”.

Sedangkan Soeatminah (1992, 71) mengemukakan bahwa “Pengadaaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan”.

Selain pendapat di atas Darmono (2001, 57) menyatakan bahwa “Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Semua kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan pengadaan bahan pustaka”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pengadaan bahan pustaka yang ada di perguruan tinggi harus sesuai dengan kebutuhan setiap program studi yang ada di perguruan tinggi tempat perpustakaan itu berada, sehingga koleksi tersebut dapat dipergunakan untuk membantu pengguna dalam proses belajar mengajar. Suatu perpustakaan perguruan tinggi akan dapat memenuhi fungsinya dengan baik bila jenis dan mutu bahan yang disediakan baik pula.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 38) dinyatakan bahwa pengadaan bahan pustaka dilaksanakan melalui:

1. Pembelian dan pelangganan 2. Hadiah

3. Pertukaran

4. Wajib simpan terbitan perguruan tinggi 5. Titipan


(1)

P : Apakah pengambilan keputusan di perpustakaan STTII Medan berada di sentralisasi atau desentralisasi

I2 : Pengambilan keputusan ada di tangan bapak (kepala pustakawan)

P : Apakah dalam pengisian jabatan, membuat susunan rencana ketenagaan sumber daya manusia?

I2 : Ya, kita membuat susunan rencana ketenagaan sumber daya

manusia/SDM

P : Apakah perpustakaan STTII Medan pernah melakukan perekrutan tenaga kerja

I2 : Enggak, perpustakaan STTII tidak melakukan perekrutan tenaga keja

yang sesuai dengan ilmu dan keterampilannya.

P : Apakah perpustakaan STTII Medan melakukan pemilihan/seleksi penempatan mulai dari pengisian formulir dan wawancara?

I2 : Tidak, tidak ada wawancara dalam pemilihan/seleksi

P : Apakah pustakawan STTII Medan pernah mengikuti pelatihan dalam pengembangan staff?

I2 : Gak pernah dek, pustakawan disini diberikan pendidikan ataupun

pelatihan guna pengembagang staff.

P : Bagaimana dengan hubungan pemimpin dengan staff lainnya?

I2 : hubungan dengan pimpinan dengan staff lainnya tidak memberikan jarak

antara atasan dan bawahan, sifat kepemimpinan tim kerja bersifat kolektif, yaitu kepemipinan yang merupakan perpaduan antara kepemimpinan organisasi dengan individu.

P : Apakah atasan memberikan motivasi kepada staff laiinya?

I2 : Bapak selalu memberikan motivasi kepada staff untuk menambah

semangat bekerja.

P : Bagaimana pengawasan yang dilakukan di perpustakaan STTII Medan? I2 : Pengawasan hanya dilakukan melalui daftar absen, setelah itu jika ada

yang kurang akan di evaluasi.


(2)

I2 : Iya, kita melakukan pemilihan untuk bahan pustaka

P : Siapa saja yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka?

I2 : yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka adalah dosen dan

pustakawan bagian pengadaan

P : Bagaimana cara pengadaan bahan pustaka di perpustakaan STTII Medan, apakah dari pembelian dan pelangganan, hadiah, dan wajib simpan terbitan perguruan tinggi dan titipan?

I2 : Cara pengadaan bahan pustaka yaitu dari pembelian dan pelangganan,

hadiah, wajib simpan terbitam perguruan tinggi dan titipan

P : Apa saja prosedur yang ditetapkan perpustakaan STTII Medan dalam penerimaan bahan pustaka?

I2 : Memeriksa secara teliti bahan perpustakaan yang diterima dan surat

pengantarnya, mencocokkan bahan perpustakaan yang diterima dengan arsip pesanan, menyisihkan dan mengembalikan bahan pustaka yang tidak sesuai dengan pesanan, cacat, disertai dengan permintaan penggantian, menandai tanda terima atau faktur dan mengembalikannya kepada pengirim, menandai kepemilikan bahan pustaka dan membubuhkan cap perpustakaan, membuat berita acara penerimaan.

P : Apakah dalam kegiatan pengatalogan, perpustakaan STTII Medan menggunakan pedoman untuk pengatalogan deskriptif? Seperti AACR, Standar deskripsi untuk monografi, dan peraturan katalogisasi Indonesia?. I2 : Pustakawan STTII Medan dalam pengatolgan deskrisptif menggunakan

pedoman AACR, dan peraturan katalogisasi Indonesia.

P : Apakah dalam kegiatan katalogisasi subjek mempunyai pedoman? I2 : dalam pengatalogan subjek menggunakan pedoman.

P : Apakah dalam pembuatan kelengkapan koleksi terdapat label nomor panggil, kartu buku, blanko/slip tanggal kembali /slip due date

I2 : Perpustakaan STTII belum memiliki label nomor panggil, kartu buku,

blanko/slip tanggal kembali/slip due date dalam pembuatan kelengkapan koleksi.


(3)

P : Apakah dalam pengklasifikasian bahan pustaka, perpustakaan sudah menerapkan sistem klasifikasi DDC ( Dewey Decimal Clasification)? I2 : Belum dek, perpustakaan belum menggunakan sistem DDC untuk

pengklasifikasian, klasifikasi buku berdasarkan warna dan ukuran dari buku tersebut.

P : Sangsi apa yang diberikan kepada pengguna jika terlambat mengembalikan buku?

I2 : Sangsinya berupa pembayaran denda Rp. 1000 (S1 Pagi), dan Rp. 1.500

(S2) untuk 1 buku

P : Koleksi apa saja yang tersedia pada pelayanan terbitan berseri di perpustakaan STTII Medan?

I2 : untuk terbitan berseri ada jurnal dan majalah agama

P : Apakah pustakawan STTII Medan dapat melakukan perannya sebagai manajer?


(4)

3. Wawancara dengan Informan III Hari / Tanggal : 18 Maret 2014

Waktu : 10.00 WIB

Lokasi : Perpustakaan STTII Medan

Berikut adalah hasil wawancara penulis yang disimbolkan dengan P dan informan ketiga disimbolkan dengan I3

P : Selamat pagi kak! I3 : pagi juga…

P : Maaf menggangu, saya boleh minta waktunya sebentar kak? I3 : Boleh donk, ada yang bisa bantu dek?

P : Begini kak saya mahasiswa program studi ilmu perpustakaan, saya sedang menyusun skripsi pak, saya mohon bantuan kakak untuk wawancara sebentar mengenai peranan pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan di STTII Medan.

I3 : Silahkan aja dek, mau nanya apa?

P : Perencanaan apa saja yang telah direncakan dalam membagun perpustakaan STTII Medan

I3 : Oughhh, perencanaan perpustakaan STTII Medan untuk kedapan nya

akan mengganti sistem layanan dari sistem tertutup (Closed Acces) menjadi sistem terbuka (Open Acces)

P : Untuk fungsi organisasi, apakah mempunyai spesialisasi aktivitas atau pembagian tugas?

I3 : Spesialisasi aktivitas atau pembagian tugas disini di bagi menjadi Kepala

perpustakaan, bagian pengadaan dan pengolahan, bagian pelayanan dan sirkulasi

P : Apakah dalam fungsi organisasi mempunyai prosedur untuk menjamin kedayadugaaan aktivitas-aktivitasnya.

I3 Ada, pasti dalam satu organisasi mempunyai prosedur untuk menjamin


(5)

P : Apakah pengambilan keputusan di perpustakaan STTII Medan berda di sentralisasi atau desentralisasi

I3 : Pengambilan keputusan berada di tingkat manajer bawah

P : Apakah perpustakaan STTII Medan melakukan pemilihan/seleksi penempatan mulai dari pengisian formulir dan wawancara?

I3 :Disini tidak ada wawancara dalam melakukan pemilihan/seleksi untuk

penempatan jabatan yang sesuai dengan ilmu ataupun bidangnnya P : Bagaimana dengan hubungan pemimpin dengan staff lainnya?

I3 : Bapak disini sebagai pemimpin bersifat kekeluargaan dan tidak

memberikan jarak antara atasan dan bawahan.

P : Apakah atasan memberikan motivasi kepada staff laiinya?

I3 : Pemberian motivasi selalu diberikan kepada staff laiinya sebelum

melakukan pekerjaan.

P : Apakah perpustakaan STTII Medan melakukan pemilihan untuk bahan pustaka?

I3 : Ya…. Perpustakaan melakukan pemilihan untuk bahan pustaka yang

sesuai dengan kebutuhan pengguna

P : Bagaimana cara pengadaan bahan pustaka di perpustakaan STTII Medan, apakah dari pembelian dan pelangganan, hadiah, dan wajib simpan terbitan perguruan tinggi dan titipan?

I3 : Cara pengadaan bahan pustaka ada kita beli atau langganan, ada juga

hibah ataupun hadiah, dari wajib simpan terbitan perguruan tinngi dan titipan

P : Apakah dalam kegiatan pengatalogan, perpustakaan STTII Medan menggunakan pedoman untuk pengatalogan deskriptif? Seperti AACR, Standar deskripsi untuk monografi, dan peraturan katalogisasi Indonesia?. I3 : Perpustakaan membuat katalog berdasarkan judul, daerah edisi, tempat

terbit,nama penerbit, tahun penerbit dan ISBN.

P : Apakah dalam pengklasifikasian bahan pustaka, perpustakaan sudah menerapkan sistem klasifikasi DDC ( Dewey Decimal Clasification)?


(6)

I3 : Perpustakaan STTII Medan belum menerapkan sistem klasifikasi DDC,

disini pengklasifikasiannya berdasarkan klasifikasi artifisial.

P : Sistem pelayanan yang ada di perpustakaan di STTII bersifat Open

Acces/sistem terbuka atau Closed Acces/sistem tertutup jenis layanan apa saja yang tersedia?

I3 : Perpustakaan masih mennggunakan sistem tertutup, perpustakaan di buka

dari selasa dan jumat, untuk jam buka nya mulai dari jam 08.00-14.30 dan jumat 08.00-14.00 WIB. Jenis layanan yang ada, yaitu sirkulasi, pelayan referensi dan layanan terbitan berseri.

P : Sangsi apa yang diberikan kepada pengguna jika terlambat mengembalikan buku?

I3 : Sangsinya adalah membayar denda ke perpustakaan sebesar Rp.1000 (S1

pagi) dan Rp.1.500 (S2) untuk 1 buku.

P : Koleksi layanan referensi yang tersedia di perpustakaan STTII Medan apa saja?

I3 : Hanya kamus dan ensiklopedia saja yang disediakan di sini, dan koleksi

referensi tidak boleh dipinjam, hanya untuk baca di tempat saja.

P : Koleksi apa saja yang tersedia pada pelayanan terbitan berseri di perpustakaan STTII Medan?

I3 : Koleksinya ya ada jurnal dan majalah agama

P : Apakah pustakawan pernah melakukan penjilidan, reproduksi, dan laminasi untuk pemeliharaan bahan pustaka?

I3 : Pustakawan tidak pernah melakukan untuk penjilidan, reproduksi dan

laminasi untuk perawatan bahan pustaka

P : Apakah pustakawan dapat melaksanakan perannya sebagai edukator? I3 : Ya, pustakawan dapat melaksanakan perannya sebagai edukator atau