bahwa Ho diterima yang berarti rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen I tidak lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen II.
Secara garis besar perbandingan nilai rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.1 Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar kognitif
4.1.2.4 Analisis deskriptif hasil belajar afektif
Pengambilan data hasil belajar afektif dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian Lampiran 34. Acuan yang digunakan berdasarkan
kriteria afektif dari sekolah dengan beberapa poin tambahan yang mencakup aspek kecakapan sosial siswa yang diinginkan peneliti. Penilaian dilakukan oleh
observer yaitu guru pengampu pelajaran kimia kelas tersebut pada proses pembelajaran yang terakhir. Data hasil belajar afektif dianalisis menggunakan
perhitungan analisis deskriptif kualitatif. Gambaran umum hasil belajar afektif kelomok eksperimen I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.8.
74 74,2
74,4 74,6
74,8 75
75,2 75,4
75,6 75,8
Eksperimen E1
E2
Tabel 4.8 Gambaran Umum Nilai Hasil Belajar Afektif Kelompok
Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
Ketuntasan Eksperimen I
100 80
89,5 100
Eksperimen II 98
78 89,29
100 Keterangan : data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa seluruh siswa lulus sudah tuntas baik dari kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II. Nilai
terendah pada kelompok eksperimen I sebesar 80 dan nilai tertinggi sebesar 100, dengan nilai rata-rata kelas 89,5. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
kelompok eksperimen I mempunyai hasil belajar afektif lebih besar dari kelompok eksperimen II.
Untuk lebih jelasnya, deskripsi perbandingan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Afektif
4.1.2.5 Analisis deskriptif hasil belajar psikomotorik
Pengambilan data hasil belajar psikomotorik dilakukan dengan metode observasi, hal ini dikarenakan observasi lebih efektif daripada tes tertulis maupun
89,1 89,2
89,3 89,4
89,5 89,6
89,7 89,8
89,9 90
Eksperimen E1
E2
lisan. Seluruh aktivitas siswa dengan metode observasi dapat diamati meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki oleh observer. Nilai psikomotorik diambil pada
saat kegiatan praktikum berlangsung Lampiran 39. Praktikum yang dilakukan dalam penelitian ini sebanyak satu kali yaitu pada sub pokok bahasan
membedakan larutan penyangga dan bukan penyangga sehingga penilaiannya pun dilakukan satu kali. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Gambaran umum nilai hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Gambaran Umum Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Kelompok
Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
Ketuntasan Eksperimen I
95 83
87,5 100
Eksperimen II 95
80 87,29
100 Keterangan : data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.
Berdasarkan hasil analisis, seluruh siswa lulus sudah tuntas baik dari kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II. Nilai terendah pada
kelompok eksperimen I sebesar 83 dan nilai tertinggi sebesar 95, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 87,5. Nilai terendah pada kelompok eksperimen II sebesar
80 dan nilai tertinggi sebesar 95, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 87,29. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kelompok eksperimen I mempunyai
hasil belajar psikomotorik lebih baik daripada kelompok eksperimen II. Lebih jelasnya, deskripsi perbandingan hasil belajar siswa tersebut dapat
dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.3 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Psikomotorik
4.2 Pembahasan