secara mandiri. Sedangkan pembinaan administrasi dan manajemen poskestren oleh puskesmas tidak dapat terlaksana.
Thoha 2003 menga takan bahwa pembinaan tidaklah hanya “sesuatu yang
dikerjakan untuk pencapaian keadaan organisasi yang lebih baik”, melainkan merupakan suatu jenis proses perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan yang
khusus dalam suatu organisasi. Kegiatan pembinaan dirasa sangat dibutuhkan mengingat tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu. Karena inti dari kegiatan pembinaan itu adalah menjadikan sasaran kegiatan
pembinaan menjadi mampu tumbuh dan bertambah kecakapannya, keterampilannya, dan pengetahuannya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Lubis 2004 yang menyatakan bahwa pelaksanaan pembinaan dan pelayanan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasilan program di RS Kusta Pulau Sicanang Belawan.
5.3 Keluaran
output
Beberapa aspek yang dikategorikan sebagai keluaran output dalam pelaksanaan program poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah terdiri
dari: gerakan jumat bersih, kawasan bebas rokok, kebersihan perorangan, adanya dana sehat, sampah tidak berserakan, dan jumlah rujukan.
Gerakan jumat bersih yang dilakukan setiap minggunya di Poskestren Ar-raudhatul Hasanah dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan, hal
tersebut dapat terwujud karena adanya kesadaran dan kemauan antara para pengurus
Universitas Sumatera Utara
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Namun keberhasilan tersebut tidak lepas dari adanya hambatan-hambatan yang berarti, salah satunya adalah
kurangnya fasilitas untuk melakukan kegiatan menjemur tempat tidur secara bersamaan. Untuk itu pengurus menyiasatinya dengan cara membuat jadwal
kelompok atau rayon-rayon mana saja yang berkewajiban untuk melakukan kegiatan menjemur tempat tidur pada setiap minggunya. Selain itu keikutsertaan para ustadz
dan ustadzah dalam kegiatan jumat bersih sangat rendah dengan alasan kegiatan jumat bersih hanya diwajibkan bagi santri dan santriwati saja sedangkan ustadz dan
ustadzah tidak. Aspek output selanjutnya adalah adanya kawasan bebas rokok di Pesantren
Ar-Raudhatul Hasanah. Pada prinsipnya kegiatan merokok memang tidak dibenarkan dilakukan di lingkungan pesantren dengan alasan pesantren merupakan lingkungan
pendidikan. Hal ini terlihat dengan adanya poster-poster larangan merokok yang ditempel hampir disetiap sudut. Namun walaupun larangan sudah diterapkan di
lingkungan pesantren, masih juga didapati warga pondok pesantren yang merokok. Sanksi yang diberlakukan bagi para santri dan santriwati adalah dengan cara
menunjukkan santri dan santriwati yang didapati melanggar peraturan di depan teman-temannya sambil menghisap tiga rokok sekaligus. Hal tersebut dilakukan
untuk menimbulkan efek jera. Akan tetapi sanksi tersebut hanya berlaku bagi para santri dan santriwati, sedangkan sanksi bagi para karyawan, staf, dan pengunjung
belum ada. Kebersihan perorangan juga merupakan aspek keluaran output yang
diharapkan meningkat sebagai wujud keberadaan poskestren di pesantren. Pada
Universitas Sumatera Utara
kenyataannya, pengetahuan santri dan santriwati akan pentingnya kebersihan perorangan sudah baik, akan tetapi pelaksanaannya belum maksimal. Hal ini
disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah padatnya aktivitas sehingga untuk melaksanakan kegiatan kebersihan perorangan menjadi tidak sempat, alasan
lain adalah masih ada santri dan santriwati yang memiliki sifat tidak peduli dengan kebersihan perorangan, terutama santriputra yang masih berada ada tingkat awal
yaitu kelas satu dan dua SMP. Sistem rujukan merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam artian dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya Trihino, 2005.
Jumlah rujukan kesehatan ke pelayanan kesehatan lain di luar pesantren rendah. Pasien yang dirujuk adalah yang memerlukan penanganan pelayanan
kesehatan yang serius dan harus dilakukan di rumah sakit. Beberapa penyakit yang pernah dirujuk ke pelayanan kesehatan di luar pesantren adalah penyakit sesak nafas,
usus turun dan paru-paru basah. Dalam usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas penatalaksanaan
program, staf puskesmas perlu dilatih keterampilan dan ditingkatkan kepekaannya mengkaji masalah program dan masalah kesehatan masyarakat di wilayah binaannya.
Keterampilan seperti ini dapat dilatih secara langsung pada saat supervisi. Mereka juga diarahkan untuk mencari upaya pemecahan masalah sesuai dengan kewenangan
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan dengan melibatkan tokoh dan kelompok masyarakat setempat Muninjaya, 2004.
Poskestren yang sudah berjalan dengan baik sustain seyogyanya segera diarahkan untuk meningkatkan pelayanannya, terutama jika sumber daya manusia
dan dana yang ada cukup atau memadai untuk meningkatkan pelayanan poskestren. Namun, peningkatan pelayanan tersebut harus dilandasi oleh kebutuhan kesehatan
dari warga pondok pesantren. setelah itu, barulah didukung oleh ketersediaan dan keterampilan sumber dayanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan