Manfaat Poskestren Pos Kesehatan Pesantren Poskestren

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan desa kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya Depkes RI, 2006.

2.5.5 Manfaat Poskestren

1. Bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar. b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan. c. Mendapatkan informasi awal tentang kesehatan. d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. 2. Bagi kader poskestren a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan. b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. 3. Bagi puskesmas a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama. b. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai dengan kondisi setempat. Universitas Sumatera Utara c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanann kesehatan secara terpadu. 4. Bagi sektor lainnya a. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah sektor terkait. b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor Depkes RI, 2006. 2.6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 ini merupakan peraturan yang membahas tentang pedoman penyelenggaraan dan pembinaan poskestren. Mengingat adanya Keputusan Bersama Tiga Menteri Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1067MenkesSKBVIII2002 Nomor 385 Tahun 2002 Nomor 37 Tahun 2002, untuk itu Keputusan Menteri Kesehatan ini merupakan peraturan yang bersifat operasional. Keputusan menteri Kesehatan ini mengatur beberapa hal, antara lain: 1. Pengorganisasian a. Kedudukan dan hubungan kerja secara teknis medis, poskestren dibina oleh puskesmas. Secara kelembagaan, poskestren dibina oleh pemerintah desa kelurahankecamatan. Selanjutnya terhadap pelbagai UKBM yang ada adalah sebagai mitra. Universitas Sumatera Utara b. Pengelola poskestren Struktur organisasi poskestren ditetapkan melalui musyawarah warga pondok pesantren pada saat pembentukan poskestren. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan, dan kemampuan sumber daya yang ada. Struktur organisasi minimal terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Kader poskestren yang merangkap sebagai anggota. Kriteria pengelola poskestren antara lain sebagai berikut: 1 Diutamakan berasal dari warga pondok pesantren dan tokoh masyarakat setempat. 2 Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat. 3 Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat. c. Kader poskestren dipilih oleh pengurus poskestren dan santri pondok pesantren yang bersedia secara sukarela, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan poskestren. Kriteria kader poskestren antara lain sebagai berikut: 1. Berasal dari santri pondok pesantren. 2. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat. 3. Bersedia bekerja secara sukarela. 2. Kegiatan Pelayanan yang disediakan oleh poskestren adalah pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi promotif, preventiv, rehabilitatif dan kuratif. Khusus untuk Universitas Sumatera Utara pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut, secara rinci sebagai berikut: a. Upaya promotif, antara lain: 1 Konseling kesehatan 2 Penyuluhan kesehatan, antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, penyakit menular, TOGA. 3 Olah raga teratur b. Upaya preventif, antara lain: 1 Pemeriksaan kesehatan berkala 2 Penjaringan kesehatan santri 3 Imunisasi 4 Kesehatan lingkungan dan kebersihan diri 5 Pemberantasan nyamuk dan sarangnya c. Upaya kuratif, antara lain: 1 Pengobatan terbatas 2 Rujukan kasus d. Upaya rehabilitatif, antara lain: Membantu petugas puskesmas untuk mengunjungi dan menindaklanjuti perawatan pasien pasca perawatan di puskesmasrumah sakit. Universitas Sumatera Utara 3. Waktu Penyelenggaraan Penyelenggaraan poskestren pada dasarnya dapat dilaksanakan secara rutin setiap hari atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama. 4. Tempat Penyelenggaraan Tempat Penyelenggaraan kegiatan promotif dan preventif dapat dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya. Adapun untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang tersendiri, baik menggunakan salah satu ruangan pondok pesantren atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar. Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya dilengkapi dengan: 1 Tempat pemeriksaan 2 Tempat konsultasi gizi, sanitasi, dll 3 Tempat penyimpanan obat 4 Ruang tunggu Selain sarana tersebut diatas, poskestren perlu dilengkapi dengan: a. Peralatan 1 Peralatan medis yang disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan 2 Peralatan non medis seperti: pencatatan, meja, kursi, tempat tidur, lemari, dan lain-lain sesuai kebutuhan. b. Obat-obatan Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan di poskestren sesuai dengan petunjuk kepala puskesmas setempat. Universitas Sumatera Utara 5. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana Terselenggaranya pelayanan poskestren melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan poskestren adalah sebagai berikut: a. Kader poskestren Santri Husada Kader poskestren merupakan ujung tombak di poskestren. Selain sebagai pelaksana, para kader poskestren diharapkan dapat berfungsi antara lain sebagai: penggerak masyarakat, pemberi semangat, penggagas kegiatan, maupun suri tauladan. Jumlah kader untuk setiap poskestren minimal 3 dari jumlah santri atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan yang dikembangkan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader poskestren antara lain: 1 Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kewenangannya, misalnya memberikan vitamin, tablet besi Fe dan oralit. 2 Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi. 3 Mengukur tinggi dan berat badan. 4 Memeriksa tajam penglihatan. 5 Melakukan pencatatan pada buku catatan poskestren. 6 Mengadakan pemutakhiran data sasaran poskestren. 7 Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan. b. Pengelola poskestren 1 Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan poskestren. 2 Memantau kegiatan poskestren Universitas Sumatera Utara 3 Menggalang dukungan dana dan menjalin kemitraan 4 Menyediakan kebutuhan poskestren c. Petugas puskesmas Poskestren merupakan salah satu UKBM binaan puskesmas. Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan dalam pembinaan di poskestren hanya satu kali dalam sebulan. Peran petugas puskesmas antara lain sebagai berikut: 1 Membimbing dan membina kader dalam pengelolaan poskestren termasuk melakukan orientasi dan pelatihan. 2 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan kehadiran wajib puskesmas, pelayanan kesehatan oleh petugas puskesmas hanya dilakukan satu kali dalam sebulan. 3 Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitarnya. 4 Menganalisis hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren. 5 Menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader poskestren. 6 Membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan poskestren. Universitas Sumatera Utara 6. Pembiayaan a. Sumber biaya Pembiayaan berasal dari berbagai sumber, antara lain: 1 Masyarakat a. Iuran penggunapengunjung poskestren b. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat c. Sumbangandonatur dari perorangan atau kelompok masyarakat, termasuk dari alumni pondok pesantren dan wali muridsantri d. Dana sosial keagamaan, misalnya: zakat, infak, dan sedekah 2 SwastaDunia Usaha Peran aktif swastadunia usaha juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan poskestren. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga yang dapat bertindak sebagai sukarelawan poskestren. 3 Hasil Usaha Pengelola dan kader poskestren dapat melakukan usaha mandiri, yang hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan poskestren. Contoh usaha mandiri yang dapat dilakukan adalah Kelompok Usaha Bersama KUB, dan hasil karya kader poskestren, seperti: ternak ayam, kolam ikan, kerajinan, budi daya Taman Obat Keluarga TOGA dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara 4 Pemerintah Bantuan dari pemerintah terutama pada tahap awal pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya, baik dalam bentuk sarana maupun prasarana poskestren. b. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana Dana yang diperoleh poskestren digunakan untuk membiayai kegiatan poskestren, antara lain untuk: 1 Biaya operasional poskestren, 2 bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan, dan 3 modal usaha. Sedangkan pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan kader poskestren. Dana harus disimpan di tempat yang aman dan jika mungkin dapat mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola secara bertanggung jawab. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang ada, antara lain a. Buku catatan sasaran poskestren, yang mencatat jumlah seluruh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan poskestren. c. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh poskestren. d. Buku catatan kegiatan usaha, apabila poskestren menyelenggarakan kegiatan usaha. e. Buku pengelolaan keuangan. Universitas Sumatera Utara f. Dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan poskestren yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pelaporan, poskestren tidak berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada puskesmas ataupun kepada sektor lainnya. akan tetapi, jika puskesmas atau sektor lainnya membutuhkan data maka mereka harus mengambilnya langsung ke poskestren. Untuk itu harus ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk mengambil data hasil kegiatan poskestren. 8. Pembinaan dan Pengembangan Poskestren Pembinaan Poskestren dilaksanakan secara terpadu oleh puskesmas dan stakeholders terkait lainnya yang dilakukan secara berkala, baik langsung maupun tidak langsung. Pembinaan yang dilakukan adalah Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pengelola dan kader poskestren serta pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan keuangan. Hal ini dilakukan demi memelihara kelangsungan hidup dari poskestren. Komponen terpenting dalam pengelolaan poskestren adalah sumber daya manusia SDM dan pendanaan. Maka dalam proses pembinaan lebih difokuskan pada dua hal tersebut. Fenomena ketidakberlanjutan sebuah poskestren terjadi dikarenakan kurangnya pembinaan dari puskesmas. Salah satu penyebab kurangnya pembinaan tersebut adalah tidak tersedianya dana operasional untuk melakukan pembinaan di luar gedung untuk memberikan bantuan teknis. Selanjutnya, kalaupun dana memadai kendala lainnya adalah terbatasnya tenaga untuk melakukan supervisi dan bantuan teknis. Namun pada hakekatnya, kelangsungan hidup poskestren tidak terlalu bergantung pada puskesmas jika Universitas Sumatera Utara poskestren tersebut memang lahir dari prakarsa masyarakat sekitar dan warga pondok pesantren. Dukungan pemerintah antara lain dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, dan obat-obatan. Dengan demikian, fungsi pembinaan dari pemerintah terhadap poskestren pada hakekatnya tetap ada. Selanjutnya, fungsi pembinaan dari pemerintah tersebut perlu dikoordinasikan dan diorganisasikan. Unsur-unsur yang berperan dalam pembinaan poskestren tidak terbatas pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan unsur-unsur lainnya, seperti: Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, swastadunia usaha, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Poskestren yang sudah berjalan dengan baik, seyogyanya segera diarahkan untuk meningkatkan pelayanannya. Terutama jika sumber daya manusia dan dana yang ada cukup atau memadai untuk meningkatkan pelayanan poskestren. Peningkatan pelayanan ini harus dilandasi oleh kebutuhan kesehatan dari warga pondok pesantren. setelah itu, baru didukung oleh ketersediaan dan keterampilan sumber dayanya. Oleh karena itu, upaya peningkatan pelayanan poskestren ini harus mencakup langkah-langkah berikut: a. Bersama kader poskestren mengidentifikasi kebutuhan tambahan bagi kesehatan warga pondok pesantren. Hal ini dapat dilaksanakan melalui survei ataupun observasi untuk mengetahui perlunya perluasan pelayanan. Misalnya, jika selama ini poskestren baru bergerak di bidang pengobatan, maka penjajakan dapat dilakukan di bidang gizi, kesehatan lingkungan, atau perilaku sehat para santri. Universitas Sumatera Utara b. Bersama kader poskestren menetapkan pilihan pelayanan tambahan dan menyusun prioritas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dana serta tenaga yang ada. Dari kegiatan ini kemudian dapat ditetapkan satu atau beberapa pelayanan kesehatan tambahan dalam rangka meningkatkan pelayanan poskestren. c. Menyediakan tenaga dan dana puskesmas untuk dapat memberikan tambahan bantuan teknis kepada poskestren. d. Melatih kader poskestren dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan tambahan. e. Bersama kader poskestren menyempurnakan sistem pencatatan dan pelaporan sehingga mencakup pelayanan kesehatan tambahan. Jika hal-hal tersebut di atas telah dilaksanakan, maka puskesmas kembali kepada jalur semula, yaitu melanjutkan kegiatan pembinaan. Hanya saja, cakupan dari upaya pembinaan itu, kini bertambah luas Depkes RI, 2006.

2.7 Fokus Penelitian