Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pesantren

memanfaatkan sumber daya yang terdapat di pesantren tanpa adanya pembinaan dan koordinasi dengan pihak puskesmas setempat. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pelaksanaan program pelayanan kesehatan adalah penelitian yang dilakukan oleh Subchairanur 2004, menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pelayanan kesehatan belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dimana masih terdapat beberapa aspek kegiatan yang belum terlaksana. Sedangkan penelitian yang behubungan dengan program upaya kesehatan di lingkungan pendidikan atau sekolah adalah penelitian Samira 2011 yang menunjukkan adanya pengaruh pembinaan lingkungan sekolah sehat dan ketenagaan dengan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang ada di pondok pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang diberlakukan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder dalam hal ini Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Sebagai masukan bagi pihak Puskesmas Simalingkar dan Pondok Pesantren Ar- raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis. 4. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian lain yang berhubungan dengan program poskestren. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja Depkes RI, 2004.

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas

1. Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. 2. Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Universitas Sumatera Utara c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya Depkes RI, 2004.

2.1.3 Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat Depkes RI, 2004.

2.1.4 Fungsi Puskesmas Terdapat tiga fungsi puskesmas, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dan memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Universitas Sumatera Utara c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi: 1. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya Depkes RI, 2004. 2.1.5 Upaya dan Azas Penyelenggaraan 2.1.5.1 Upaya 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi Universitas Sumatera Utara untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a. Upaya kesehatan sekolah b. Upaya kesehatan olah raga c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat d. Upaya kesehatan kerja e. Upaya kesehatan gigi dan mulut f. Upaya kesehatan jiwa g. Upaya kesehatan mata h. Upaya kesehatan usia lanjut i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional Depkes RI, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.1.5.2 Azas Penyelenggaraan

1. Azas pertanggungjawaban wilayah Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut: a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. c. Membina setiap usaha kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama primer secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya. 2. Azas pemberdayaan masyarakat Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain: a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita BKB. b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa POD c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemuliaan gizi, Keluarga sadar gizi Sadarzi Universitas Sumatera Utara d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tuawali murid, Saka Bakti Husada SBH, Pos kesehatan pesantren Poskestren e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok pemakai air Pokmair, Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan DPKL f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja Pos UKK h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat TPKJM i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga TOGA, pembinaan pengobatan tradisional Battra 3. Azas keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan, yakni: a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas, antara lain: 1 Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS: keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan. 2 Upaya Kesehatan Sekolah UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa. Universitas Sumatera Utara 3 Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIAKB, gizi, promosi kesehatan dan kesehatan gigi. 4 Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan. b. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas wajib, pengembangan dan inovasi dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha, antara lain: 1 Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, pendidikan dan agama. 2 Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, agama dan pertanian. 3 Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB. 4 Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha, PKK dan PLKB. 5 Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan. Universitas Sumatera Utara 4. Azas rujukan Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni: a. Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam: 1 Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik misal operasi dan lain-lain. 2 Rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. 3 Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas. b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan Universitas Sumatera Utara upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 1 Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan. 2 Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan dan penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam. 3 Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih kepada dinas kesehatan kabupatenkota Depkes RI, 2004.

2.1.6 Pengembangan Fungsi Puskesmas di Perkotaan

Secara konseptual puskesmas didaerah perkotaan tidak beda dengan puskesmas lain di Indonesia, yaitu sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama baik aspek upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan Kepmenkes No 128MENKESKEPII2004. Konsep dasar puskesmas tersebut meliputi pengertian, visi, misi, fungsi, upaya dan azas penyelenggaraan Depkes RI, 2005. Perbedaannya terletak pada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lebih kompleks mencakup aspek lingkungan, perilaku, dan akses Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan. Kebutuhan masyarakat akan jenis pelayanan diperkotaan berbeda sesuai karakteristik masyarakat. Pengembangan fungsi puskesmas antara lain: 1. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, agar kegiatan yang dilaksanakan berwawasan kesehatan. Kegiatan fungsi pertama ini dilaksanakan dalam bentuk: a. Surveilans Surveilans yang dilakukan oleh puskesmas perkotaan tidak hanya surveilans yang bersifat rutin seperti surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular, surveilans faktor risiko, surveilans hidup bersih dan sehat, dan surveilans gizi. b. Penyuluhan kesehatan Sasaran penyuluhan adalah masyarakatinstitusi yang ada di wilayah kerja dalam upaya promosi dan pencegahan terhadap berbagai masalah kesehatan yang mungkin muncul akibat dampak negatif pembangunan di wilayah tersebut. c. Kerja sama lintas sektoral Kerja sama lintas sektoral dilakukan melalui lokakarya mini triwulan dengan instansi yang setingkat kecamatan termasuk dengan LSM, Ormas. Melalui pertemuan tersebut puskesmas menyampaikan hasil-hasil temuan masalah kesehatan di wilayah kerja dari hasil surveilans yang dilakukan, untuk mendapatkan kesepakatan dan komitmen penyelesaian. Universitas Sumatera Utara 2. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Kegiatan fungsi kedua ini meliputi: a. Pemberdayaan perorangan Bentuk pemberdayaan perorangan diperkotaan dapat diwujudkan dalam bentuk 1 peran serta menjadi kader kesehatan dalam tatanan keluarga, dan masyarakat melalui kegiatan posyandu, gerakan sehat, kader mengamat jentik dan lain-lain. 2 penggalangan dana maupun sumbangan pemikiran disesuaikan dengan kondisi setempat untuk kepentingan kesehatan. b. Pemberdayaan kelompok Pemberdayaan kelompok dimaksudkan agar kelompok masyarakat dapat ikut memperjuangkan kepentingan kesehatan di wilayah yang masih menemui berbagai masalah kesehatan dimana masyarakat setempat tidak mampu mengatasi masalah tersebut secara mandiri. c. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan agar masyarakat di wilayah kerja puskesmas dapat membentuk suatu Badan Penyantun Puskesmas BPP konsil kesehatan atau forum yang peduli kesehatan sebagai mitra kerja puskesmas yang berperan membantu keberhasilan pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Fungsi pusat pelayanan kesehatan strata pertama Pengembangan yang dapat dilakukan antara lain: a. Jenis pelayanan kesehatan Untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan, puskesmas dapat mengembangkan jenis pelayanan yang telah ada dengan kegiatan baru seperti Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR, pelayanan Santun Usia Lanjut, pelayanan pencegahan penyalahgunaan Napza, penanganan masalah kesehatan dan seksual, pelayanan konsultasi kesehatan, pelayanan HIVAIDS, ruang rehidrasi, ruang rawat inap dan lain-lain. b. Pengembangan tata cara pelayanan Mengingat tuntutan dan kebutuhan masyarakat perkotaan akan pelayanan yang komperhensif, maka perlu dipikirkan untuk mengembangkan tata cara pelayanan seperti: 1 Pelayanan 24 jamgawat darurat 2 Pelayanan sore hari 3 Pelayanan dengan sarana penunjang lengkap 4 Pelayanan konsultasikonseling 5 Pelayanan on callkonsultasi via telepon 6 Posyandu sore hari 7 Penyuluhan kesehatan soremalam hari 8 Kunjungan rumah sesuai kebutuhan 9 Pelayanan rujukan dokter spesialis di puskesmas Depkes RI, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Sasaran Upaya Kesehatan Puskesmas di Perkotaan Berdasarkan pada TatananKawasan

2.1.7.1 Tatanan PemukimanRumah Tangga di Kawasan Kumuh

Penduduk di kawasan kumuh perkotaan merupakan masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan perorangan maupun masalah kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan di kawasan kumuh perkotaan antara lain: segi epidemiologis, lingkungan pemukiman, demografi, perilaku dan pengetahuan penduduk, dan pelayanan kesehatan Depkes RI, 2005.

2.1.7.2 Tatanan Tempat Kerja IndustriKawasan Industri

Tatanan tempat kerja yang perlu mendapat perhatian salah satunya adalah kawasan industri. Hal tersebut berkaitan dengan dampak kegiatan industri yang dapat menimbulkan berbagai pencemaran lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Dampak ini dapat terjadi pada pekerja maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri Depkes RI, 2005.

2.1.7.3 Tatanan Tempat-Tempat Umum

Beberapa tempat-tempat umum yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan antara lain: a. Tatanan pasar Khususnya pasar tradisional memerlukan perhatian aspek kesehatan. Hal tersebut terkait dengan kondisi pasar. Khususnya dalam pengelolaan pasar yang belum memerhatikan higiene dan sanitasi lingkungan, higiene dan sanitasi makanan yang diperjualbelikan. Universitas Sumatera Utara b. Tatanan tempat pariwisata Dunia pariwisata dan hiburan merupakan salah satu faktor makin meningkatnya masalah kesehatan, mengingat berbagai kegiatan yang dilakukan baik oleh wisatawan maupun masyarakat di lingkungan tersebut. c. Tatanan terminalstasiunpelabuhan Terminalstasiunpelabuhan adalah tempat umum yang berpotensi terhadap penularan berbagai penyakit, mengingat tingginya mobilitas dan interaksi antar manusia Depkes RI, 2005.

2.1.7.4 Tatanan Institusi Pendidikan

Tatanan institusi pendidikansekolah sebagai suatu institusi tempat berkumpulnya banyak orang dalam waktu yang cukup lama, dari aspek kesehatan perlu mendapat perhatian. Khususnya kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat sekolah. Siswa sekolah merupakan kelompok rawan yang sangat mudah terpengaruh gaya hidup tidak sehat di sekitarnya. Namun melalui tatanan sekolah, siswa dapat dijadikan kader-kader kesehatan Depkes RI, 2005.

2.2 Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM

Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat, yang tumbuh dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan untuk kepentingan masyarakat dalam upaya menanggulangi permasalahan kesehatan yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki masyarakat setempat. Universitas Sumatera Utara UKBM adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti Polindes, POD pos obat desa, Pos UKK pos upaya kesehatan kerja, TOGA taman obat keluarga, dana sehat, dan lain sebagainya.

2.2.1 Sasaran

Sasaran UKBM adalah: 1. IndividuToma berpengaruh 2. Keluarga dan perpuluhan keluarga 3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja, dll 4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll 5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus 2.3 Keputusan Bersama Tiga Menteri Tentang Peningkatan Kesehatan Pada Pondok Pesantren dan Institusi Keagamaan Lainnya Keputusan tiga menteri yaiu Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1067 Tahun 2002, Nomor 385 Tahun 2002, dan Nomor 37 Tahun 2002 menjelaskan tentang peningkatan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya. Mengingat bahwa institusi keagamaan mempunyai peranan yang strategis dalam upaya pembinaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta pola hidup sehat yang dinamis. Selanjutnya bahwa pondok pesantren atau institusi keagamaan lainnya merupakan wadah yang potensial dalam meningkatkan sumber Universitas Sumatera Utara daya manusia, untuk itu perlu didukung dengan berbagai program di bidang kesehatan Keputusan Bersama tiga menteri ini mengatur berbagai hal, diantaranya: 1. Kerjasama dalam upaya peningkatan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya. Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen dalam Negeri melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya yang meliputi: bentuk pelayanan kesehatan, cara pembiayaan kesehatan, dan cara pengelolaan kesehatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. b. Pengangkatan tenaga kesehatan oleh pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya atas persetujuan Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat dan diakui sebagai pelaksanaan Masa Bakti. c. Pendirian dan pengembangan Klinik Kesehatan atau institusi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keadaan setempat. d. Penyusunan pedoman-pedoman yang diperlukan. 2. Untuk teknis pelaksanaan amar kedua Keputusan Bersama ini dibentuk kelompok kerja di lingkungan Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri, yang ditetapkan secara bersama-sama atau sendiri- sendiri oleh masing-masing departemen. 3. Segala pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan kerjasama ini menjadi tanggung jawab masing-masing departemen sesuai dengan tugas dan fungsinya. Universitas Sumatera Utara

2.4 Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang dalam kegiatannya mengembangkan fungsi peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan pengabdian terhadap Agama Islam masyarakat dan negara. Selain itu pengertian sederhana lainnya tentang pesantren adalah tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang kyaiustadzguru dengan tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai ilmu Agama Islam dan siap menyebarkan Agama Islam di pelbagai lapisan masyarakat Depkes RI, 2006. Warga pondok pesantren adalah kyai atau sebutan lain dan keluarga, santri, ustadzustadzah dan keluarga, serta pengelola dan keluarga. Sesuai dengan tujuan utamanya, maka materi yang diajarkan di pondok pesantren pada umumnya terdiri dari materi agama yang digali langsung dari kitab- kitab klasik berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama yang hidup pada masa pertengahan. Semenjak perang kemerdekaan, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Perubahan tersebut di antaranya dengan diperkenalkannya sistem madrasah dalam proses belajar-mengajar, yang kemudian mulai diajarkannya materi umum. Dengan demikian pondok pesantren tidak lagi sepenuhnya tergolong pendidikan jalur luar sekolah, tetapi juga masuk jalur sekolah. Selanjutnya dalam dua dasawarsa terakhir, di dalam lingkungan pondok pesantren tidak hanya menyelenggarakan sistem madrasah, namun juga diselenggarakan sekolah-sekolah umum, perguruan tinggi dan juga program Universitas Sumatera Utara pengembangan masyarakat. Masuknya program pengembangan masyarakat, keterampilan, pendidikan umum termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan di pondok pesantren. Secara garis besar, pondok pesantren dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Pondok Pesantren SalafiSalafiah Tradisional Pondok pesantren salafiah merupakan pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan pengajaran kitab klasik dan pengajaran Agama Islam. Umumnya, lebih mendahulukan dan mempertahankan hal-hal yang bersifat tradisional dalam sistem pendidikan maupun perilaku kehidupannya, serta sangat selektif terhadap segala bentuk pembaharuan, termasuk kurikulum pengajarannya. 2. Pondok Pesantren KhalafiKhalafiah Modern Pondok pesantren khalafikhalafiah adalah pondok pesantren yang selain menyelenggarakan kegiatan sebagaimana pada pondok pesantren salafiah, juga menyelenggarakan jalur sekolah atau formal, baik sekolah umum SD, SMP, SMA, dan SMK maupun sekolah bercirikan Agama Islam MI, MTs, MA atau MAK. Dalam implementasi proses belajar-mengajar, akomodatif terhadap perkembangan modern, metodologi penerapan kurikulum melibatkan perangkat modern, mengajarkan sejumlah keterampilan pengetahuan umum lainnya termasuk kesehatan. Universitas Sumatera Utara 3. Pondok Pesantren Salafi-Khalafi Perpaduan Tradisional dan Modern Pondok pesantren salafi-khalafi merupakan perpaduan pondok pesantren yang dalam kegiatannya memadukan metode salafi dan khalafi, memelihara nilai tradisional yang baik dan akomodatif terhadap perkembangan yang bersifat modern.

2.5 Pos Kesehatan Pesantren Poskestren