1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap orang yang tidak dapat ditinggalkan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan sebaiknya diselenggarakan secara efektif dan efesien guna mempersiapkan proses pembangunan yang berkualitas. Menurut Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Sisdiknas, 2011: 3.
Pendidikan yang berlangsung di sekolah tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat 20 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Sisdiknas, 2011: 5.
Pengorganisasian lingkungan belajar yang kondusif dan efektif merupakan keharusan bagi terbangunnya proses belajar yang baik. Pada hakikatnya
lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka mampu menggunakan
kemampuannya untuk menyerap materi ajar dengan baik.
Ardi 2014: 71 menjelaskan bahwa untuk menciptakan lingkungan yang positif di dalam kelas, guru harus memperhatikan pola interaksi, baik antara
dirinya dengan murid maupun antar sesama murid. Dengan, lingkungan kelas yang positif akan mendorong anak didik untuk bersemangat menjalani kegiatan
belajar. Pembangunan lingkungan belajar yang positif di kelas, maka perlu
menciptakan iklim kelas yang tepat. Iklim kelas menurut Muijs dalam Prajitno, 2008: 165 adalah sebuah konsep yang luas, mencakup mood suasana perasaan
atau atmosfer yang diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan murid, dan bagaimana lingkungan fisik
dikelola. Peranan guru di dalam kelas haruslah mampu menciptakan iklim kelas
yang menarik, aman, nyaman dan keberadaannya di tengah-tengah siswa mampu mencairkan suasana, kebosanan, kejenuhan siswa saat dalam pembelajaran. Iklim
kelas yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah,
bosan dan jenuh. Sebaliknya dengan iklim kelas yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang
dilakukan menyenangkan bagi peserta didik. Novan 2013: 65 menjelaskan bahwa iklim kelas diarahkan untuk
mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan
perkembangan dan kemampuannya. Dengan adanya iklim kelas yang kondusif
maka akan mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan iklim kelas yang kondusif akan memacu siswa untuk bersemangat
dalam belajar sehingga pembelajaran akan lebih berkualitas. Iklim kelas yang positif dan kondusif diharapkan mampu memotivasi
belajar siswa di kelas karena motivasi belajar menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Uno 2015: 23 motivasi belajar dapat ditimbulkan karena
faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, menurut Dimyati 2009: 42 motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Inti dari motivasi adalah mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, karena
jika seseorang tidak memiliki motivasi, kegiatan aktivitas belajar tidak akan berlangsung secara efektif.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman 2014: 85 yaitu: 1 mendorong manusia untuk berbuat, motivasi
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; 2 menentukan arah perbuatan, motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan tujuannya; 3 menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Uno 2015: 27 ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam 1 menentukan hal-
hal yang dapat dijadikan penguat belajar; 2 memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; 3 menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; 4
menentukan ketekunan belajar. Adanya motivasi akan mendorong peserta didik untuk berprestasi dalam
belajar. Namun kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, hal ini ditunjukkan dari data Batlibang 2003 bahwa dari sebanyak
146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program PYP. Dari 20.918
SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program MYP dan dari 8.036 SMA
ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dalam kategori The Diploma Program DP. Diperkuat dengan hasil survei dari Program for
International Student Assessment PISA tahun 2012 tentang pendidikan dan kemampuan siswa sekolah. Peringkat siswa Indonesia berada pada posisi 64 dari
65 negara. Selaras dengan keadaan yang ada, berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan sebelumnya di SD Negeri Kecamatan Boja Kabupaten Kendal diketahui bahwa iklim kelas adalah sebagai berikut: 1
suasana pembelajaran masih belum cukup kondusif, karena dalam pembelajaran masih ada siswa yang gaduh, berbicara dengan teman lainnya dan kurang
memperhatikan guru saat menjelaskan; 2 rata-rata luas ruang kelas masih kurang
jika dibanding dengan jumlah siswa yang banyak; 3 ketersedian media dan alat peraga masih kurang; 4 guru biasanya hanya menggunakan alat peraga secara
tradisional belum semua sekolah menggunakan teknologi seperti LCD. Selain itu, dari segi positifnya adalah kebersihan kelas sudah mulai terjaga, karena
kebersihan kelas termasuk salah satu indikasi untuk menciptakan iklim kelas yang positif dan terjalinnya hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa membuat suasana pembelajaran menjadi lebih harmonis dan menyenangkan.
Sedangkan untuk motivasi belajar siswa diketahui bahwa, 1 masih banyaknya siswa yang kurang berani untuk bertanya; 2 dalam pembelajaran
guru masih sering menunjuk-nunjuk siswa agar siswa berani bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru; 3 masih selalu ada siswa yang tidak
mengerjakan PR atau hanya mengerjakan PR hanya untuk menggugurkan tanggung jawabnya agar tidak mendapat hukuman; 4 di dalam kelas saat
pembelajaran juga ada siswa yang melamun, tidur, dan berbicara dengan teman lainnya; 5 kurangnya kesadaran siswa dalam belajar, karena siswa masih kurang
bisa memahami bacaan yang ada, daya serap siswa masih rendah, dibuktikan dengan siswa masih susah untuk menangkap materi yang diberikan oleh guru,
dalam pembelajaran juga siswa sangat mudah melupakan materi yang sudah diberikan sehingga guru harus sering kali mengulang-ulang materi tersebut.
Sesuai akar permasalahan yang ada, diduga iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah. Untuk itu perlu
diciptakannya iklim kelas yang kondusif, sehingga siswa akan berkonsentrasi
dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Karena dengan adanya motivasi akan mendorong siswa untuk berprestasi dalam belajar.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Ratih Endang Palupi pada tahun 2014 dengan judul “Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
dengan Motivasi Belajar Siswa Studi Korelasi di Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV
Bekasi Utara”. Dari hasil perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy
product moment sebesar 0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien determinasi R2 sebesar
36,7 menunjukkan
angka kontribusi dari keterampilan guru
dalam mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan 63,3 dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan
demikian terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suasana kelas yang kondusif penting
bagi guru untuk selalu meningkatkan keterampilannya serta kreativitasnya. Karena hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar siswa serta proses
pembelajaran di kelas. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh
Agustin, dkk pada tahun 2013 yang berjudul “Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa”. Hasil dari penelitian ini adalah
pelaksanaan pendekatan manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang sudah baik, yang berarti guru kelas II sampai dengan kelas V telah melaksanakan
pendekatan manajemen kelas yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio
–emosional dan pendekatan proses kelompok.
Namun dari ketiga pendekatan tersebut pendekatan pengubahan tingkah laku yang memiliki korelasi paling tinggi dengan motivasi belajar siswa, disusul dengan
pendekatan sosio-emosional dan proses kelompok. Tingkat motivasi belajar siswa kelas II sampai dengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang adalah
sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis didapat nilai r hitung sebesar 0,702 dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 untuk r tabel dengan jumlah responden 111
dengan tingkat kepercayaan 95 atau tingkat kesalahan 5 didapatkan r tabel sebesar 0,187 hal ini dapat diartikan jika nilai r hitung 0,702 r tabel 0,187 maka
terdapat hubungan antara pelaksanaan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara
Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.
1.2 RUMUSAN MASALAH