HUBUNGAN ANTARA VARIASI MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

(1)

HUBUNGAN ANTARA VARIASI MENGAJAR

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV

SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA

KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

UTAMI KUSUMA ARUM 1401412168

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Guru terbaik bukanlah yang hanya bisa menerangkan materi, tetapi guru yang dapat memberikan motivasi dan tantangan kepada murid-muridnya agar bisa

menjelaskan sendiri” (Ralph Marstone).

“Guru yang mengajar tanpa membangkitkan minat belajar siswanya bagaikan

menempa besi dingin” (Horace Manu).

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya tulis ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta (Ibu Hartini dan Almarhum Bapak Warsito H.S), terima kasih telah memberikan segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang yang selalu menyertai setiap langkahku.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga peneliti mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi berjudul “Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar skripsi ini.

4. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, saran dan selalu memberikan motivasi bagi peneliti.

5. Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd. Dosen Pembimbing 2 yang yang telah memberikan bimbingan, saran dan selalu memberikan motivasi bagi peneliti. 6. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd. Dosen Penguji.

7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang telah memberi izin melaksanakan penelitian.

8. Seluruh guru kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.


(7)

vii

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkat dan karunia yang berlimpah dari Allah SWT. Semoga skripsi yang ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 22 Agustus 2016 Peneliti

Utami Kusuma Arum NIM 1401412168


(8)

viii

Arum, Utami Kusuma. 2016. Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd.

Proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang dilakukan guru masih monoton dan belum bervariasi mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan saat mengikuti proses pembelajaran dan membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang berjumlah 230 siswa. Sampel diambil sebanyak 40% dari total populasi dengan teknik Proportional Random Sampling,

diperoleh 95 siswa. Data diperoleh dengan metode angket sebagai pengumpul data utama. Observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan sebagai data pendukung. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi mengajar termasuk dalam kategori baik dengan perolehan skor rata-rata 80,57. Motivasi belajar termasuk dalam kategori tinggi dengan perolehan skor rata-rata 77,39. Hasil uji hipotesis diperoleh lebih besar dari (0,698 > 0,263) termasuk dalam kategori koefisien korelasi kuat. Dengan demikian, hipotesis “ada hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” diterima.

Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa. Saran bagi guru, hubungan variasi mengajar dengan motivasi belajar diharapkan menjadi pertimbangan guru untuk menggunakan variasi mengajar dalam setiap kegiatan pembelajaran.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran ... 10

2.1.1.1 Belajar ... 10

2.1.1.2 Mengajar ... 13

2.1.1.3 Pembelajaran ... 18

2.1.2 Variasi Mengajar ... 22

2.1.2.1 Pengertian Variasi Mengajar ... 22

2.1.2.2 Tujuan Variasi Mengajar... 23

2.1.2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar ... 25


(10)

x

2.1.3 Motivasi Belajar... 34

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 34

2.1.3.2 Macam-macam Motivasi Belajar ... 36

2.1.3.3 Fungsi Motivasi Belajar ... 39

2.1.3.4 Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 40

2.1.3.5 Bentuk-bentuk Motivasi ... 42

2.1.4 Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar ... 45

2.2 Kajian Empiris ... 47

2.3 Kerangka Berpikir ... 50

2.4 Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 54

3.2 Prosedur Penelitian ... 54

3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 55

3.3.1 Subjek Penelitian ... 55

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3.3 Waktu Penelitian ... 55

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.4.1 Populasi Penelitian... 55

3.4.2 Sampel Penelitian ... 56

3.5 Variabel Penelitian... 58

3.5.1 Variabel Independen ... 58

3.5.2 Variabel Dependen ... 59

3.5.3 Definisi Operasional Variabel ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.6.1 Angket (Kuesioner) ... 61

3.6.2 Wawancara ... 61

3.6.3 Observasi ... 62

3.6.4 Dokumentasi ... 62

3.7 Uji Coba Instrumen, Validitas, Reliabilitas ... 63


(11)

xi

3.7.2 Validitas ... 63

3.7.3 Reliabilitas ... 67

3.8 Analisis Data ... 68

3.8.1 Analisis Data Awal ... 68

3.8.1.1 Analisis Deskriptif ... 68

3.8.2 Uji Prasyarat Analisis ... 70

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 70

3.8.2.2 Uji Linieritas ... 71

3.8.3 Analisis Data Akhir ... 71

3.8.3.1 Analisis Uji Hipotesis ... 71

3.8.3.2 Uji Sigifikansi ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ... 74

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Variasi Mengajar ... 74

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 86

4.1.2 Uji Prasyarat Analisis ... 98

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 98

4.1.2.2 Uji Linieritas ... 99

4.1.3 Uji Hipotesis ... 100

4.1.3.1 Uji Korelasi ... 101

4.1.3.2 Uji Signifikansi ... 102

4.2 Pembahasan ... 103

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 103

4.2.1.1 Hasil Analisis Variasi Mengajar ... 103

4.2.1.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar ... 108

4.2.1.3 Hasil Analisis Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar ... 113

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 116

4.2.2.1 Implikasi Teoretis ... 116


(12)

xii

4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ... 117

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

5.2.1 Bagi Guru... 119

5.2.2 Bagi Siswa ... 119

5.2.3 Bagi Sekolah ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 56

Tabel 3.2 Data Pengambilan Sampel Penelitian ... 58

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Variasi Mengajar ... 65

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 66

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 68

Tabel 3.6 Pedoman pemberian skor instrumen ... 68

Tabel 3.7 Kategori Variasi Mengajar dan Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Angket Variasi Mengajar Guru Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 74

Tabel 4.2 Skor Rata-rata Setiap Indikator Angket Variasi Mengajar ... 76

Tabel 4.3 Hasil Observasi Variasi Mengajar Guru Kelas IV SD Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 77

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Suara ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Pemusatan Perhatiasn Siswa ... 79

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesenyapan ... 80

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Mengadakan Kontak Pandang ... 81

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Gerakan Badan dan Mimik ... 82

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Perubahan Posisi Guru ... 83

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Penggunaan Alat Bantu Pengajaran ... 84

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Pola Interaksi ... 85

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 86


(14)

xiv

Tabel 4.14 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri

Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 89

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Indikator Tekun Menghadapi Tugas ... 90

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan ... 91

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Menunjukkan Minat Terhadap Bermacam-macam Masalah ... 92

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Indikator Lebih Senang Bekerja Mandiri ... 93

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Indikator Cepat Bosan pada Tugas-tugas Yang Rutin ... 94

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Dapat Mempertahankan Pendapat 95 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Indikator Tidak Mudah Melepaskan Hal Yang Diyakini ... 96

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Indikator Senang Mencari dan Memecahkan Soal-soal ... 97

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas ... 98

Tabel 4.24 Hasil Uji Linieritas ... 100


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 52

Gambar 4.1 Diagram Hasil Angket Variasi Mengajar ... 75

Gambar 4.2 Diagram Hasil Angket Motivasi Belajar ... 87


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra Penelitian ... 124

Lampiran 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 126

Lampiran 3 Angket Uji Coba ... 128

Lampiran 4 Lembar Angket Uji Coba ... 137

Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Coba AngketVariabel Variasi Mengajar ... 140

Lampiran 6 Tabulasi Data Uji Coba Angket Variabel Motivasi Belajar ... 141

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Angket Variabel Variasi Mengajar ... 142

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Angket Variabel Motivasi Belajar ... 143

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Angket Variasi Mengajar dan Motivasi Belajar ... 144

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 145

Lampiran 11 Angket Penelitian ... 147

Lampiran 12 Lembar Angket Penelitian ... 154

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Variabel Variasi Mengajar ... 156

Lampiran 14 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Variasi Mengajar Tiap Indikator ... 159

Lampiran 15 Rekapitulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Variabel Motivasi Belajar ... 163

Lampiran 16 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Tiap Indikator ... 166

Lampiran 17 Kisi-kisi Observasi ... 170

Lampiran 18 Lembar Observasi ... 171

Lampiran 19 Lembar Hasil Observasi ... 175

Lampiran 20 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Variabel Variasi Mengajar 178 Lampiran 21 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Variabel Motivasi Belajar 179


(17)

xvii

Lampiran 23 Pedoman Wawancara untuk Guru ... 181

Lampiran 24 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 182

Lampiran 25 Lembar Hasil Wawancara Guru ... 183

Lampiran 26 Lembar Hasil Wawancara Siswa ... 184

Lampiran 27 Hasil Uji Normalitas ... 185

Lampiran 28 Hasil Uji Linieritas ... 186

Lampiran 29 Hasil Uji Korelasi ... 187

Lampiran 30 Daftar Responden Uji Coba Angket ... 188

Lampiran 31 Daftar Sampel Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 189

Lampiran 32 Surat Ijin Penelitian ... 190

Lampiran 33 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 198


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, karena dengan adanya pendidikan akan meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dapat menjamin kelangsungan hidup suatu negara. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas 2011:3).

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari bagaimana proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik di sekolah. Guru sebagai pendidik sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 39 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi. Selanjutnya dalam pasal 40 ayat 2a


(19)

2

dijelaskan bahwa kewajiban bagi seorang pendidik adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis (Sisdiknas 2011:27).

Peran guru sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seorang guru perlu menyiapkan siswa sebaik mungkin untuk siap menerima dan mengikuti proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru hendaknya dapat menarik perhatian siswa dan membangkitkan semangat siswa untuk selalu berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal tersebut membutuhkan kemampuan khusus guru dalam mengajar yaitu penggunaan variasi mengajar. Usman (2013:84) menjelaskan bahwa variasi dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Kurangnya keterampilan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada siswa dalam kegiatan belajar.

Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun (Hasibuan 2012:64). Dalam kondisi tersebut, dengan adanya variasi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, diharapkan akan mengatasi kebosanan dan kejenuhan yang dialami siswa.


(20)

Selain untuk mengatasi kebosanan pada siswa, penggunaan variasi dalam mengajar akan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik, memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya (Mulyasa 2011:78). Variasi dalam kegiatan pembelajaran penting untuk dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk siswa.

Pembelajaran yang menyenangkan dengan penggunaan variasi mengajar yang dilakukan guru, diharapkan dapat merangsang dan menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien dalam mencapai tujuan belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan intensitas siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajar yang akan dicapai dapat meningkat dan tujuan belajar dapat tercapai.

Sardiman (2012:75) menyatakan bahwa motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi


(21)

4

dalam diri seseorang dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Uno (2015:27) menyatakan ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri siswa, akan mendorong siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, menunjukkan prestasi dan perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lain. Menurut Education Developement Index (EDI) tahun 2010, kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat 64 dari 120 negara (Unesco 2012). Hasil survei selanjutnya, menurut laporan PISA (Programme for International Student Assessment) yang berhubungan dengan kemampuan literasi sains, membaca dan matematika pada tahun 2012 menunjukkan bahwa rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara (OEDC 2012). Sementara itu, hasil kajian The World Bank (Bank Dunia 2011:25) menunjukkan bahwa skor rata-rata uji kompetensi guru sekolah dasar yang dilakukan Kemdiknas tahun 2004 masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar 38 persen.


(22)

Pada kenyataan di sekolah, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru kelas IV SD Negeri di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal diketahui bahwa variasi mengajar yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: (1) guru belum optimal dalam memvariasikan suara pada saat mengajar, hal ini menyebabkan siswa merasa bosan dengan penjelasan guru; (2) guru belum optimal dalam memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa masih banyak yang kurang memperhatikan; (3) guru masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru; (4) guru belum sepenuhnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, pola interaksi yang dilakukan masih dominan dengan pola interaksi satu arah dari guru ke siswa; (5) guru juga belum optimal dalam merubah posisi pada saat mengajar, masih dominan berada di depan kelas saat menjelaskan pelajaran; (6) guru belum mengembangkan pembentukan diskusi dalam pembelajaran; (7) penggunaan media dan alat peraga juga masih belum optimal karena ketersediaan media dan alat peraga yang terbatas di sekolah.

Dilihat dari faktor siswa, motivasi belajar siswa masih kurang yang terlihat dari saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa kurang tekun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Saat diberikan PR, masih ada saja siswa yang tidak mengerjakan. Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga masih belum optimal, siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Siswa kurang berani untuk mengemukakan pendapatnya saat berada di kelas. Siswa


(23)

6

kurang yakin dan kurang percaya diri dalam mempertahankan hal yang diyakininya. Siswa juga kurang senang untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku terlihat dari siswa yang justru mengobrol saat ada waktu luang di kelas.

Sesuai akar permasalahan yang ada, untuk memecahkan masalah pembelajaran dalam proses belajar mengajar seperti yang telah diuraikan tersebut, mengingat pentingnya variasi dalam mengajar serta motivasi belajar pada diri siswa, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui pandangan siswa tentang variasi mengajar guru dan apakah memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endang Palupi dan Rini Endah Sugiharti tahun 2014 yang berjudul “Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas VA dan VB dengan jumlah 100 siswa. Dari hasil perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy product momen sebesar 0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien determinasi sebesar 36,7% menunjukkan angka kontribusi dari keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan 63,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa.


(24)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hendrik Eko Prasetiyo tahun 2015

dengan judul “Hubungan Persepsi Penerapan Metode TGT, Teknik Reward

and Punishment dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN I Ngrejo Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kegairahan/motivasi anak didik untuk mengikuti pembelajaran, hal ini diketahui dari hasil wawancara secara sampling terhadap 5 siswa secara acak, diketahui 4 diantaranya mengaku senang terhadap metode yang diperankan oleh guru. Terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara metode TGT, reward and punishment dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, dengan koefisien korelasi berganda sebesar 0,844.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti akan mengkaji permasalahan tersebut melalui penelitian dengan judul “Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Apakah ada hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal?


(25)

8

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Memberikan kontribusi bagi pendidikan

b. Memperluas khasanah pengetahuan guru tentang ada tidaknya hubungan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa serta bagaimanakah hubungan diantara kedua variabel tersebut.

1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Diharapkan siswa selalu meningkatkan motivasi belajar dan aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi dan perhatian. b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa dengan memberikan variasi mengajar dalam penyampaian materi.


(26)

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada sekolah ada tidaknya hubungan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa serta bagaimanakah hubungan diantara kedua variabel tersebut.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kehidupan praktik belajar mengajar yang sesungguhnya.


(27)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran 2.1.1.1 Belajar

Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar diartikan sebagai usaha sadar seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik, yang merupakan hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Didukung pula pendapat beberapa ahli, diantaranya Daryanto (2010:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman (2012:21) menerangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.


(28)

Sementara itu, Uno (2015:15) mengungkapkan bahwa belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Perubahan perilaku diakibatkan adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Belajar dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada intinya, secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu: (1) ingin mendapatkan pengetahuan, yang ditandai dengan kemampuan berpikir siswa; (2) penanaman konsep dan keterampilan, yang berhubungan dengan penguasaan keterampilan siswa, baik keterampilan jasmaniah yang menitikberatkan pada keterampilan gerak tubuh seseorang yang sedang belajar ataupun keterampilan rohani yang menyangkut keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan suatu masalah; dan (3) pembentukan sikap, yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan kepribadian anak didik (Sardiman 2012:26).

Dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan, suatu kegiatan belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar untuk dijadikan acuan agar proses belajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Daryanto (2010:23-24) menyatakan bahwa calon guru seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat


(29)

12

dilaksanakan dalam situasi dan kondisi berbeda oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

8) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

9) Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan respon yang diharapkan.

10) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.


(30)

Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, prinsip-prinsip belajar harus dimengerti dan diterapkan oleh seorang guru agar proses belajar menjadi lebih efektif dan bermakna bagi siswa. Dengan penggunaan cara mengajar yang tepat oleh seorang guru, akan ikut menentukan keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses belajarnya di sekolah.

2.1.1.2 Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep berbeda yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Belajar mengacu kepada kegiatan yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar lebih mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru. Pada dasarnya, mengajar merupakan aktivitas yang dilakukan guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang mendukung siswa dalam proses belajar sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai.

Hal tersebut didukung pernyataan dari berbagai ahli, diantaranya Hasibuan (2012:3) yang menyatakan bahwa mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.


(31)

14

Menurut pendapat Alvin W. Howard yang dikutip Daryanto (2010: 162) mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude ideal (cita-cita), apprectons (penghargaan), dan knowledge. Sementara pendapat Mursell dalam Slameto (2010: 33) mengajar digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.

Guru yang mengajar di depan kelas harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengajar sebagai pedoman guru dalam mengajar. Pendapat Mursel dalam Daryanto (2010: 169-179) mengemukakan prinsip-prinsip mengajar yang disimpulkan menjadi enam prinsip sebagai berikut: (1) konteks, yang berkaitan dengan perhatian guru terhadap situasi problematik yang mencakup tugas untuk belajar; (2) fokus, guru perlu memperhatikan bahwa belajar yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan di suatu fokus; (3) sosialisasi, bahwa dalam proses belajar guru perlu melatih siswa bekerja sama dalam kelompok; (4) individualisasi, bahwa dalam mengorganisasi belajar mengajar guru perlu memperhatikan taraf kesanggupan siswa; (5) Sequence, yang berkaitan dengan keterkaitan antar unit dalam kegiatan belajar; dan (6) evaluasi, yang bertujuan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar.

Selain memperhatikan berbagai prinsip mengajar yang disampaikan tersebut, seorang guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam


(32)

melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Diperlukan keterampilan-keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam mengajar untuk kelancaran proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Turney dalam Mulyasa (2011:69) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1). Keterampilan Bertanya.

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru, hal ini karena hampir pada setiap kegiatan pembelajaran guru mengajukan pertanyaan. Bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik akan memberikan dampak positif terhadap siswa.

2). Keterampilan Memberi Penguatan.

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

3). Keterampilan Mengadakan Variasi.

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan siswa agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi adalah perubahan dalam proses kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kebosanan dan kejenuhan.


(33)

16

4). Keterampilan Menjelaskan.

Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan.

5). Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran.

Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru. Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.

6). Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah.

7). Keterampilan Mengelola Kelas.

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.


(34)

8). Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan.

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Keterampilan dasar mengajar tersebut penting dikuasai oleh seorang guru untuk menjadi pendidik yang profesional. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan lebih memotivasi siswa dalam belajar sehingga pencapaian prestasi belajar siswa akan lebih baik.

Seorang guru juga harus mampu menyesuaikan penggunaan keterampilan mengajar dengan tujuan belajar dan kebutuhan siswa. Dalam kaitannya dengan motivasi siswa dalam belajar, diantara delapan keterampilan mengajar guru tersebut, keterampilan mengadakan variasi perlu mendapat perhatian lebih oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan dengan adanya variasi mengajar yang dilakukan guru, kegiatan belajar siswa akan lebih bervariasi dan tidak monoton sehingga siswa akan lebih tertarik dan tidak merasakan kebosanan dalam proses belajarnya. Dengan kegiatan belajar mengajar yang bervariasi juga diharapkan akan lebih menimbulkan semangat, ketekunan, keantusiasan, dan juga akan lebih memotivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran akan dirasa lebih menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa.


(35)

18

Oleh karena itu, guru perlu menguasai keterampilan dasar mengajar dan mampu menggunakannya sesuai dengan kebutuhan siswa dalam proses belajarnya. Pengggunaan keterampilan mengajar akan membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efisien.

2.1.1.3Pembelajaran

Pembelajaran atau yang bisa juga disebut sebagai proses belajar mengajar, dapat diartikan sebagai interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa dalam rangka memberikan pengalaman untuk merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Dalam proses pembelajaran, guru membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan serta memfasilitasi siswa mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Hal tersebut didukung pendapat dari Winataputra (2008:1:18) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Aqib (2013:66) menjelaskan proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Sementara itu, Huda (2014:6) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang jelas, ia merupakan rekonstruksi dari pengalaman masa lalu yang


(36)

berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau suatu kelompok. Hamdani (2011:71-72) menjelaskan pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa.

Darsono dalam Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis; (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa; (4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik; (5) pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa; (6) pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis; (7) pembelajaran menekankan keaktifan siswa; dan (8) pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Pembelajaran apabila ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:


(37)

20

1). Tujuan

tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara ekspisit dalam tujuan pembelajaran khusus semakin spesifik dan operasional.

2). Subjek belajar

subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar.

3). Materi pelajaran

materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.

4). Strategi pembelajaran

strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5). Media pembelajaran

media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.


(38)

6). Penunjang

komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya (Rifa’i 2012:159).

Ciri-ciri dan komponen pembelajaran yang diuraikan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam memperlancar dan mempermudah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila guru sebagai pemimpin dalam kelas mampu merancang pembelajaran yang akan dilaksanakannya dengan baik pula.

Peran guru sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seorang guru perlu memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa dan menyiapkan siswa sebaik mungkin untuk siap menerima dan mengikuti proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Motivasi dan kesiapan siswa dapat dimunculkan oleh guru dalam proses pembelajaran melalui penerapan berbagai keterampilan mengajar guru, terutama keterampilan dalam mengadakan variasi.

Dengan penggunaan variasi mengajar, maka diharapkan akan memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa akan lebih tertarik dan pembelajaran menjadi bermakna dalam diri siswa.


(39)

22

2.1.2 Variasi Mengajar

2.1.2.1 Pengertian Variasi Mengajar

Demi tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan mengelola pembelajaran merupakan hal penting bagi guru agar terwujud kompetensi profesionalnya. Salah satunya yaitu dengan menguasai keterampilan dalam mengadakan variasi. Variasi dalam mengajar merupakan keanekaan perbuatan guru yang dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mengurangi kebosanan dan dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

Didukung pendapat beberapa ahli, diantaranya yaitu Usman (2013:84) menyatakan bahwa variasi diartikan sebagai suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Sejalan dengan Hasibuan (2012:64) yang menjelaskan bahwa variasi adalah perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.

Anitah (2008:7.38) menyatakan bahwa variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berupa perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik.


(40)

Mulyasa (2011:78) menyatakan bahwa variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Sementara itu, Aqib (2013:86-87) menyatakan variasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan meningkatkan motivasi siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

2.1.2.2 Tujuan Variasi Mengajar

Variasi mengajar sangat diperlukan dalam suatu proses pembelajaran. Siswa akan mengalami kebosanan apabila seorang guru mengajar dengan cara yang sama setiap harinya. Oleh karenanya guru perlu menguasai keterampilan mengadakan variasi dalam mengajar dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan yang terjadi pada diri siswa. Selain itu, kegiatan memberikan variasi pada saat mengajar juga dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang diinginkan dalam pembelajaran.

Menurut Anitah (2008:7.39) variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk hal-hal berikut.

1). Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

2). Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu.

3). Mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru.

4). Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

5). Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(41)

24

Usman (2013:84) menyampaikan tujuan dan manfaat variasi mengajar adalah sebagai berikut.

1). Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan.

2). Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

3). Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

4). Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

Mulyasa (2011:78-79) menyatakan variasi dalam pembelajaran bertujuan antara lain:

1). Meningkatkan perhatian siswa terhadap materi standar yang relevan. 2). Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap

berbagai hal baru dalam pembelajaran.

3). Memupuk perilaku positif siswa terhadap pembelajaran.

4). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya variasi mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Variasi mengajar dilakukan dengan berbagai tujuan seperti untuk menghilangkan kebosanan siswa, memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, menarik perhatian


(42)

siswa, mengaktifkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan dapat memacu semangat siswa untuk menemukan hal-hal baru dalam pembelajaran. Dengan variasi yang dilakukan guru, bukan hanya siswa yang akan memperoleh kepuasan belajar, guru juga akan memperoleh kepuasan dalam mengajar.

2.1.2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam melaksanakan variasi mengajar saat proses pembelajaran berlangsung, agar variasi yang dilakukan dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Menurut Anitah (2008:7.47), prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut.

1). Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan guru menciptakan variasi tersebut.

2). Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar.

3). Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar.

4). Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran.


(43)

26

Hasibuan (2012:66) menyatakan prinsip-prinsip yang perlu dipahami dalam variasi mengajar sebagai berikut:

1). Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif. 2). Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.

3). Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya.

4). Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.

Selain itu, pendapat Usman (2013:85) menyatakan prinsip penggunaan variasi adalah sebagai berikut.

1). Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.

2). Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran. 3). Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam

rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

Jadi agar penggunaan variasi mengajar yang dilakukan guru dapat efektif terlaksana dalam pembelajaran, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan variasi mengajar, seperti penggunaan variasi disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, variasi juga harus terjadi secara wajar dan lancar, serta saat akan mengadakan variasi pengajaran maka perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik. Dengan begitu, proses


(44)

terlaksananya pembelajaran dapat berjalan baik dan sesuai seperti tujuan yang diharapkan.

2.1.2.4 Komponen Variasi Mengajar

Selain memperhatikan prinsip saat menggunakan variasi dalam mengajar, perlu pula dimengerti berbagai komponen variasi mengajar sebagai panduan dalam pelaksanaan dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) variasi dalam gaya mengajar; (2) variasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran; (3) variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa. Ketiga jenis variasi tersebut mempunyai prinsip penggunaan dan tujuan masing-masing.

1). Variasi dalam gaya mengajar.

Hal-hal yang berkaitan dengan variasi gaya mengajar yang dilakukan oleh seorang guru meliputi penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru

(teacher silence), mengadakan kontak pandang (eye contact and movement),

gerakan badan dan mimik, serta perubahan dalam posisi guru (teachers movement).

a. Penggunaan variasi suara.

Menurut Anitah (2008:7.41) suara guru merupakan faktor yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan di kelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. Sementara itu, menurut Usman (2013:85) variasi suara adalah perubahan suara dari keras


(45)

28

menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

Sardiman (2012:202-203) menyatakan bahwa yang termasuk dalam pengertian suara ialah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.

Guru yang baik akan terampil mengatur volume suaranya, sehingga pesan dapat mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh siswa. Demikian pentingnya suara untuk diperhatikan karena merupakan alat komunikasi dalam interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran.

b. Pemusatan perhatian siswa.

Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswa memperhatikan butir-butir penting yang sedang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya guru mengucapkan kata-kata berikut.

1). “Ini penting diingat”, sambil menulis istilah yang perlu diingat

2). “Perhatikan baik-baik”, sambil menunjuk gambar di papan tulis

3). “Jangan lupakan ini”, sambil menggarisbawahi kata-kata yang

dimaksud

4). “Para ahli selalu membicarakan ini”, sambil memperlihatkan gambar


(46)

c. Kesenyapan atau kebisuan guru.

Adanya kesenyapan, kebisuan atau selingan diam yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya suara kepada keadaan tenang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi (Usman 2013:85).

Hasibuan (2012:66) juga menyatakan pada saat guru menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan semacam ini bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke segmen mengajar yang lain.

d. Mengadakan Kontak Pandang.

Menurut Sardiman (2012:199) yang dimaksud dengan kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas bersama. Hal ini tercermin terutama dalam tanggapan siswa baik mengenai sinar matanya maupun gerakan-gerakan anggota badannya.

Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman siswa (Usman 2013:85).


(47)

30

e. Gerakan badan dan mimik.

Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Ekspresi wajah misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata, untuk menunjukkan rasa kagum, tercengang, atau heran. Gerakan kepala bermacam-macam, misalnya menganggukkan, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan sesuatu atau sebaliknya. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak arah ataupun menjentik untuk menarik perhatian. Menggoyangkan tangan dapat berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat berarti “apa

lagi?” (Usman 2013:85-86).

f. Perubahan dalam posisi guru.

Posisi guru ketika mengajar di dalam kelas juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar. Menurut Hasibuan (2012:66), perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi dan komunikasi.

Sebagai seorang guru, selama mengajar guru tidak seharusnya terpaku di satu tempat. Guru dapat memvariasikan posisinya secara wajar, misalnya berdiri di depan kelas, pindah ke samping atau ke tengah, ke belakang atau duduk sebentar. Ada kalanya karena tujuan tertentu guru berjalan-jalan diantara siswa untuk melihat siswa yang sedang bekerja, di saat lain guru mungkin berdiam agak lama di satu tempat membantu siswa yang


(48)

mendapat kesukaran. Perubahan posisi guru harus dilakukan dengan niat tertentu serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat (Anitah, 2008:7.43).

2). Variasi penggunaan alat bantu pengajaran.

Alat dan media pembelajaran merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Konsep yang sukar dan membosankan untuk disimak akan menjadi menarik jika disajikan dengan menggunakan media dan alat yang tepat (Anitah, 2008:7.45).

Pergantian penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat inderanya (Usman 2013:86).

Menurut Hasibuan (2012:66-67) variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antarjenis media perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Ditinjau dari reseptor penerima rangsang yang disampaikan, maka media dan bahan pengajaran penerima dapat digolongkan menjadi:

1) media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (oral); 2) media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual);

3) media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasikan (media taktil).

Dapat diartikan bahwa variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran merupakan salah satu faktor penting untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Adapun bila ditinjau dari indera yang


(49)

32

digunakan media dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba.

3). Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.

Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan (Usman 2013:87).

Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi (Aqib 2013:87).

Anitah (2008:7.44) memberikan berbagai contoh variasi pola interaksi sebagai berikut:

a. Kegiatan klasikal

1) mendengarkan informasi dan tanya jawab secara klasikal 2) demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan b. Kegiatan kelompok kecil

1) mendiskusikan pemecahan suatu masalah 2) menyelesaikan suatu proyek

3) melakukan suatu percobaan


(50)

c. Kegiatan berpasangan

1) merundingkan jawaban pertanyaan 2) latihan menggunakan alat tertentu d. Kegiatan perorangan

1) membaca atau menelaah suatu materi 2) mengerjakan tugas-tugas individual.

Dari beberapa contoh tersebut, jelas bahwa variasi pola interaksi siswa sangat beragam. Pola interaksi dapat diubah dari interaksi satu arah ke interaksi dua arah sampai ke semua arah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sebaiknya seorang guru melakukan variasi dalam mengajarnya. Dengan melakukan variasi dalam mengajar, maka suasana kelas tidak terasa membosankan bagi siswa. Guru yang banyak melakukan improvisasi dalam variasi mengajar tentunya akan menarik perhatian siswanya untuk mengikuti pelajaran sehingga berpengaruh pada peningkatan dalam prestasi belajarnya. Seorang guru hendaknya selalu mengusahakan agar variasi yang digunakan dalam mengajar dapat mendukung penjelasan yang disampaikan.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, untuk mengetahui variasi mengajar yang dilakukan guru dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator sebagai berikut: (a) variasi suara; (b) pemusatan perhatian siswa; (c) kesenyapan atau kebisuan guru; (d) mengadakan kontak pandang; (e) gerakan badan dan mimik; (f) perubahan dalam posisi guru; (g) variasi penggunaan alat bantu pengajaran; dan (h) variasi interaksi.


(51)

34

Variasi mengajar guru dapat dikatakan baik apabila telah mencakup indikator-indikator tersebut. Dengan penggunaan variasi mengajar, diharapkan proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa dan lebih memotivasi siswa dalam kegiatan belajarnya. Hal tersebut dikarenakan dengan kegiatan pembelajaran yang lebih bervariasi, siswa akan merasa lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa yang membuatnya lebih giat, tekun, dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yang belangsung.

2.1.3 Motivasi Belajar

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh guru yang mengajar, melainkan juga ditentukan oleh siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Proses belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi dari berbagai faktor, baik faktor intrinsik ataupun ekstrinsik. Salah satu faktor intrinsik yang penting dalam diri siswa adalah motivasi. Menurut Uno (2015:3), istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.

Kata ”motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tujuan tertentu. Berawal dari kata ”motif” itu, maka


(52)

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman 2010:73).

Menurut Slavin dalam Rifa’i (2012:135), motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Sedangkan menurut Mc. Donald seperti yang dikutip oleh Sardiman (2012:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman 2012:75).

Menurut Uno (2015:23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Hamdani (2011:290) menyatakan motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal. Motivasi belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu masalah.


(53)

36

Dari berbagai pendapat ahli tersebut, peneliti dapat mengasumsikan bahwa motivasi belajar diartikan sebagai suatu dorongan pada diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan. Jadi motivasi belajar dapat menentukan keberhasilan proses belajar seseorang.

2.1.3.2 Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar dibedakan menjadi beberapa macam atau jenis motivasi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Sardiman (2012:86-90) motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Berbagai macam motivasi dapat terbagi sebagai berikut.

1). Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

Dilihat dari dasar pembentukanya, motivasi dibedakan menjadi motif-motif bawaan dan motif-motif-motif-motif yang dipelajari. Motif-motif-motif bawaan, adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya seperti dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dan untuk beristirahat. Sedangkan motif-motif yang dipelajari adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar cabang ilmu pengetahuan, dan dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.

2). Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis.

Menurut Woodworth dan Marquis, motivasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (1) motif atau kebutuhan organis yang meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, dan beristirahat; (2) motif-motif darurat yang meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri,


(54)

dorongan untuk membalas, dan untuk memburu; (3) motif-motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

3). Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah yang dimaksudkan seperti misalnya: refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

4). Motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti contoh bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatu bukan karena ingin pujian. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Di samping itu, Frandsen dalam Sardiman (2012:87) masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:


(55)

38

a). Cognitive motives.

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b). Self-expression.

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. c). Self-enhancement.

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.

Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat bermacam-macam jenis motivasi apabila dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun pada intinya, motivasi dalam diri seseorang dapat berasal dari diri siswa sejak dia dilahirkan, dan juga dapat berasal dari proses interaksinya dengan lingkungan yang keduanya baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa senantiasa memberikan dorongan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.


(56)

2.1.3.3 Fungsi Motivasi Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Prestasi belajar yang didapat siswa akan menjadi lebih optimal, jika anak tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam dirinya. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman 2012:84-85).

Uno (2015:27) menyatakan bahwa ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar; (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (3) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; dan (4) menentukan ketekunan belajar.


(57)

40

Menurut Hamdani (2011:292-293) fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar antara lain sebagai berikut.

1). Fungsi penggerak dalam motivasi.

Penggerak dalam motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan metode penemuan, motivasi kompetensi, belajar terpogram, dan prosedur brainstorming.

2). Fungsi harapan.

Guru memberi harapan-harapan untuk menggugah motivasi belajar dengan cara antara lain merumuskan tujuan instruktusional sekhusus mungkin, perubahan-perubahan harapan, dan tingkat aspirasi.

Di samping itu, ada juga fungsi lain yaitu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik (Sardiman 2012:84).

2.1.3.4 Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa dapat dilihat dari berbagai ciri yang ditunjukkan siswa tersebut dalam kegiatan belajarnya. Untuk mengetahui apakah seorang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam proses belajarnya, maka diperlukan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa anak memliki motivasi belajar dalam dirinya.


(58)

Sardiman (2012:83) mengemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Sementara itu, Hamzah B. Uno (2015:23) menyatakan bahwa motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar


(59)

42

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Dengan demikian, apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti yang dijelaskan tersebut, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, jika siswa terdorong untuk tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

2.1.3.5 Bentuk-bentuk Motivasi

Mengingat pentingnya motivasi belajar dalam diri siswa, maka dalam proses pembelajaran di sekolah, motivasi belajar pada diri siswa dapat ditimbulkan dengan berbagai cara yang dapat dilakukan guru. Sardiman (2012:91-95) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu:

1). Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai raport yang angkanya yang baik.

2). Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Misalnya guru menjanjikan hadiah bagi siswanya yang berhasil mencapai angka standar, atau berhasil menjawab pertanyaan.


(60)

3). Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa. Persaingan, baik individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

4). Ego-involvement

Guru harus menumbuhkan kesadaran pada siswanya agar merasakan dan menyadari betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Sehingga siswa akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. 5). Memberi ulangan

Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Sehingga memberi ulangan merupakan sarana motivasi.

6). Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong siswa agar lebih giat lagi dalam belajar. Semakin mengetahui bahwa hasil belajar meningkat, maka ada motivasi diri siswa untuk belajar dengan harapan hasilnya terus meningkat.

7). Pujian

Pujian adalah bentuk motivasi yang baik dan positif akan memupuk suasana yang menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar.

8). Hukuman

Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang


(61)

44

logis sesuai dengan kesalahannya. Hukuman yang demikian akan menjadikan siswa menyadari kesalahannya dan memunculkan gairah untuk mengubahnya dan meningkatkan prestasi belajarnya.

9). Minat

Minat merupakan instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk belajar. 10).Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri siswa, yang mengakibatkan siswa mau belajar lebih giat lagi.

11).Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh.

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan adanya motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatifnya, serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Mengingat begitu pentingnya motivasi belajar dalam diri siswa, maka dalam penelitian ini untuk mengetahui motivasi belajar pada siswa, ditetapkan indikator motivasi belajar sebagai berikut: (a) tekun menghadapi tugas; (b) ulet menghadapi kesulitan; (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (d) lebih senang bekerja mandiri; (e) cepat bosan


(62)

pada tugas-tugas yang rutin; (f) dapat memepertahankan pendapatnya; (g) tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya; dan (h) senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Dengan adanya motivasi belajar pada diri siswa dalam proses belajar mengajar akan menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Pembelajaran akan lebih bermakna dan pencapaian prestasi siswa akan lebih optimal dengan adanya motivasi belajar. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat memunculkan motivasi belajar pada setiap diri siswanya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memaksimalkan keterampilan guru dalam menciptakan variasi mengajar untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar.

2.1.4 Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Guru dan siswa merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui interaksi dalam peristiwa belajar mengajar inilah yang nantinya akan membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar bergantung bagaimana proses pembelajaran yang dialaminya. Dalam pencapaian tujuan belajar, peran seorang guru sangat diperlukan bagi siswa. Guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswanya. Penguasaan keterampilan variasi mengajar perlu dimiliki oleh seorang guru untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan yang terjadi pada diri siswa selama


(63)

46

proses pembelajaran berlangsung. Variasi mengajar yang merupakan suatu perubahan perilaku yang dilakukan guru pada saat pembelajaran akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi tidak monoton bagi siswa. Hal ini akan membuat pembelajaran menjadi terasa lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Penyajian kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan tersebut akan dapat menimbulkan motivasi belajar yang merupakan faktor penting penentu keberhasilan siswa. Seperti yang dikatakan Sardiman (2012:84) bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi belajar dalam diri siswa, maka siswa akan merasa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan pencapaian tujuan belajar akan lebih optimal.

Mengingat pentingnya motivasi belajar dalam diri siswa tersebut, oleh karena itu peran guru sangat dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri siswa. Salah satu strategi untuk memunculkan motivasi belajar seperti yang diungkapkan Rifa’i (2012:155) adalah dengan menggunakan variasi metode penyajian yang menarik. Dengan penguasaan dan penggunaan keterampilan variasi mengajar guru yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka diharapkan akan dapat membantu menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga pembelajaran akan dapat berjalan secara lebih optimal.


(64)

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya adalah:

1). Jurnal Pedagogik tahun 2014 oleh Riscky Azhara Mega Santoso dengan judul “Hubungan Persepsi Penggunaan Alat Peraga dalam Proses Pembelajaran IPA dengan Motivasi Belajar di SDIT Baitul Halim Tambun Selatan Kabupaten Bekasi”. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan alat peraga dengan motivasi belajar siswa SDIT Baitul Halim Tambun Selatan memiliki hubungan positif yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh angka kontribusi koefisien determinasinya atau besarnya sumbangan pengaruh variabel penggunaan alat peraga terhadap variabel motivasi belajar tersebut adalah sebesar 0,987 atau 98%. Sisanya 2% dipengaruhi oleh faktor lain.

2). Jurnal Penelitian oleh Ratna Puspita Dewi pada tahun 2014 dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode role playing pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kedunggempol, Mojokerto. Peningkatan motivasi belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditentukan. Hal ini terlihat dari antusiasme dan semangat siswa selama mengikuti pembelajaran. Penerapan metode role playing


(65)

48

membantu siswa memahami materi, menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

3). Jurnal Penelitian tahun 2014 oleh Prima Shinta Puspitarukmi, Amir Fuady, dan Nugraheni Eko Wardani dengan judul “Pemanfaatan Media Gambar Berseri dengan Metode Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Menulis Eksposisi”. Metode TGT dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan menulis eksposisi pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah Gedongan. Peningkatan tersebut terlihat pada peningkatan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis eksposisi adalah 2,81 atau 58,06% dari 31 siswa, kemudian meningkat menjadi 3,06 atau 83,87%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media gambar berseri dengan metode TGT dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis eksposisi.

4). Jurnal penelitian oleh Cyntia Nida Nitamy dengan judul “Hubungan

Keterampilan Komunikasi Guru Mengajar dan Reward System dengan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi guru dalam mengajar mempengaruhi motivasi belajar siswa, dengan besarnya kontribusi sebesar 8,9%. Reward system mempengaruhi motivasi belajar siswa, dengan besarnya kontribusi sebesar 6,4% dan besarnya kontribusi interaksi keterampilan


(66)

komunikasi guru dalam mengajar dan reward system terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 11,9%.

5). Penelitian oleh Chun-Ming Hung, Gwo-Jen Hwang dan Iwen Huang

tahun 2012 dengan judul “A Project-based Digital Storytelling Approach

for Improving Students’ Learning Motivation, Problem-Solving

Competence and Learning Achievement”. Penelitian dilakukan pada 117 siswa kelas V SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dengan cerita digital secara efektif dapat meningkatkan motivasi belajar sains siswa, kompetensi pemecahan masalah, dan prestasi belajar.

6). Penelitian oleh Mei-Hui Lin dan Tsai-Fu Chuang tahun 2014 dengan

judul “The Effects of the Leadership Style on the Learning Motivation of

Students in Elementary School”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) gaya kepemimpinan guru transaksional dan transformasional telah digunakan oleh para guru sekolah dasar; 2) adanya hubungan antara gaya kepemimpinan guru dengan motivasi belajar siswa; 3) 52,60% motivasi belajar siswa dapat dijelaskan dari gaya kepemimpinan transaksional dan transformational guru; 4) analisis regresi dapat digunakan untuk menyimpulkan hubungan antara gaya kepemimpinan guru dengan motivasi belajar siswa.


(67)

50

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Sugiyono (2015:91) menyatakan bahwa kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi mengajar, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar di sekolah, tidak lepas dari interaksi antara guru dengan siswa. Peran guru sangat penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa-siswanya. Guru diharuskan menguasai berbagai keterampilan mengajar yang salah satunya adalah keterampilan dalam mengadakan variasi. Variasi dalam mengajar dianggap penting untuk mengatasi kebosanan pada siswa. Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Untuk itu seorang guru perlu menciptakan variasi mengajar yang baik dengan mengubah gaya mengajar, menggunakan media pembelajaran, atau mengubah pola interaksi untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar.

Penyajian kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk siswa dapat dijadikan salah satu cara untuk memunculkan motivasi belajar pada diri siswa. Motivasi belajar dalam diri siswa memberikan dorongan dalam menentukan keinginan untuk berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar. Siswa yang termotivasi akan lebih tekun dalam mengerjakan


(68)

tugas yang diberikan guru. Dengan adanya motivasi belajar yang kuat dalam diri siswa, maka siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna pada diri siswa. Berbeda dengan siswa yang kurang termotivasi, siswa akan merasakan kejenuhan dan kebosanan dalam kegiatan belajarnya sehingga proses belajar yang dilakukan menjadi kurang optimal.

Penggunaan variasi mengajar dapat membantu siswa untuk menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Apabila siswa merasa pembelajaran yang dilakukan guru menarik, maka siswa tentu akan lebih senang dalam mengikuti pembelajaran dan siswa juga akan lebih termotivasi dalam belajar. Dengan demikian, jika menurut pandangan siswa variasi mengajar yang dilakukan guru baik, maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Sebaliknya, jika menurut pandangan siswa variasi mengajar yang dilakukan guru kurang baik, maka motivasi belajar siswa akan rendah.

Dari penjelasan di atas, hubungan antara variasi mengajar dan motivasi belajar dapat dilihat melalui bagan seperti berikut.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

206

Lampiran 34

DOKUMENTASI PENELITIAN Variasi Mengajar Guru

Gambar 1 Pemusatan perhatian siswa Gambar 2 Mengadakan kontak

pandang

Gambar 3 Perubahan posisi guru Gambar 4 Variasi alat bantu

pengajaran


(6)

Motivasi Belajar Siswa

Gambar 1 Tekun menghadapi tugas Gambar 2 Ulet menghadapi kesulitan

Gambar 3 Senang bekerja mandiri Gambar 4 Menunjukkan minat

terhadap bermacam masalah

Gambar 5 Berani mengungkapkan

pendapatnya

Gambar 6 Senang mencari dan


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI DI KECAMATAN TEMANGGUNG KOTATEMANGGUNG

2 60 212

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

0 17 212

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

0 128 293

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

1 12 323

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 064037 MEDAN TEMBUNG.

2 11 26

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Pengaruh Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Negeri Dawungan 1.

0 2 16

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Pengaruh Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Negeri Dawungan 1.

0 1 10

HUBUNGAN MOTIVASI GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KARANGREJO HUBUNGAN MOTIVASI GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KARANGREJO KECAMATAN KERJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 1 14

Hubungan antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Kemampuan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA BELAJAR MANDIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

0 3 59