a. Faktor internal merupakan faktor yang berdasar dari dalam diri karyawan,
yang meliputi: kepuasan kerja dan komitmen organisasional. b.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain meliputi: kepemimpinan, keamanan dan
keselamatan kerja, serta budaya organisasi.
2.1.4 Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Mathis 2002:78 kinerja karyawan adalah hal-hal yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi,
antara lain: 1.
Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume kerja.
2. Kuantitas kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.
3. Kerja sama, yaitu kemampuan menangani hubungan kerja antar karyawan.
4. Pemanfaatan waktu, yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan
ketaatan dan penyelesaian tugas dengan tepat waktu.
2.2 Konflik Peran Ganda 2.2.1 Pengertian Peran Ganda
Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan.Peran diwujudkan
dalam perilaku. Peran ganda dapat didefinisikan dimana seseorang memiliki jabatan atau
posisi atau keadaan yang lebih dari satu sehingga membuat orang tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki tanggungjawab yang lebih banyak Indriyani, 2009:14. Dengan banyaknya peran yang dimiliki seseorang maka timbulah konflik peran ganda.
2.2.2 Pengertian Konflik Peran Ganda
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Menurut Tampubolon 2008:140 konflik umumnya
berasal dari ketidaksesuaian dan pembagian sumber daya yang tidak rasional. Pada masa sekarang ini peran wanita dalam kehidupannya bukan hanya sebagai
ibu rumah tangga. Kebutuhan hidup yang semakin lama semakin banyak dan bervariasi menuntut wanita untuk memiliki peran ganda dimana mereka berperan
sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja atau pegawai. Hal ini merupakan hal yang tidak mudah dijalankan bagi wanita yang telah berumah tangga. Wanita
dengan peran konflik peran ganda memiliki tingkat stress yang lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan peran tunggal. Mereka harus mampu
membagi waktu dengan seimbang antara dunia kerja dan dunia rumah tangga. Definisi konflik peran ganda menurut Rahmadita 2013:60 konflik peran ganda
adalah bentuk dari konflik antar peran yang mana tekanan peran dari pekerjaan dan keluarga bertentangan, artinya terdapat dua peran sekaligus yang harus
dijalankan oleh wanita tersebut, yaitu sebagai istri, ibu dan sebagai wanita yang bekerja Selain itu
Menurut Kahn et al., dalam Florensia B, 2014:3 konflik peran ganda adalah ketika dua atau lebih tuntutan terjadi secara bersamaan dan saling bertentangan
satu dengan yang lain sehingga menyebabkan kesulitan pada karyawan.
. Penelitian yang dilakukan oleh Duxburry dan Higgins 2003 sejalan dengan pernyataan
sebelumnya, namun ia menambahkan dampak yang ditimbulkan dari konflik
Universitas Sumatera Utara
peran ganda yaitu partisipasi seseorang pada satu peran menyulitkan partisipasi pada peran yang lainnya.
Menurut Netemeyer dkk dalam Hennesy, 2005 mendefinisikan “konflik peran ganda sebagai konflik yang muncul akibat tanggungjawab yang
berhubungan dengan pekerjaan mengganggu permintaan, waktu, dan ketegangan dalam keluarga”. Hennesy 2005 juga memberikan defenisi dari konflik peran
ganda yaitu, “konflik yang terjadi ketika konflik sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan rumah tangga”.
Paden dan Buchler dalam Simon, 2002 mendefinisikan “konflik peran ganda merupakan konflik peran yang muncul antara harapan dari dua peran yang
berbeda yang dimiliki seseorang”. Dalam pekerjaan, seorang wanita yang profesional diharapkan agresif, kompetitif, dan dapat menjalankan komitmennya
dalam pekerjaan. Sedangkan di rumah, wanita sering kali diharapkan untuk merawat anak, menyayangi, dan menjaga suami dan anaknya. Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda adalah salah satu bentuk konflik antar peran yang diakibatkan pekerjaan dan keluarga saling tidak
cocok satu sama lain, kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan rumah tangga, permintaan, waktu dan ketegangan dalam keluarga yang disebabkan
harapan dari dua peran yang berbeda. Konflik peran ganda muncul antara harapan dari dua peran yang berbeda
yang dimiliki oleh seseorang. Di pekerjaan, seorang wanita yang professional diharapkan untuk agresif, kompetitif, dan dapat menjalankan komitmennya pada
pekerjaan. Di rumah, wanita sering kali diharapkan untuk merawat anak, menyanyangi dan menjaga suaminya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Dimensi Konflik Peran Ganda
Menurut Posig Kickul dalam Laksmi, 2012:4
konflik peran ganda memiliki sifat yang bidirectional dan multidimensi. Adapun bidirectional yang dimaksud
terdiri dari: a. Work-family conflict yaitu konflik yang muncul karena tanggungjawab
pekerjaan yang mengganggu tanggungjawab terhadap keluarga. b. Family-work conflict yaitu konflik yang muncul karena tanggung jawab
terhadap keluarga mengganggu tanggungjawab terhadap pekerjaan.
Greenhaus dan Beutell dalam Anafarta, 2011:168
multidimensi dari konflik dapat muncul dari masing-masing direction dimana antara keduanya baik
itu work family conflict maupun family work conflict memiliki masing-masing 3 dimensi yaitu:
a. Time Based Conflict Yang dimaksud dengan time based conflict adalah konflik yang terjadi karena
waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, artinya pada saat yang bersamaan seorang yang
mengalami konflik peran ganda tidak akan bisa melakukan dua atau lebih peran sekaligus. Tuntutan waktu ini dapat terjadi tergantung dari alokasi waktu kerja
dan kegiatan keluarga yang dipilih berdasarkan preferensi dan nilai yang dimiliki individu. Peran ganda mungkin dapat menyulitkan dan seolah berlomba
mendapatkan waktu seseorang. Waktu yang dihabiskan dalam satu peran secara umum tak bisa di curahkan kepada aktivitas dalam peran lainnya. Time based
conflict memiliki 2 bentuk; a tuntutan waktu dari peran yang satu membuat individu secara fisik tidak dapat memenuhi ekspektasi dari peran yang lain; b
Universitas Sumatera Utara
adanya tuntutan waktu, dapat menyebabkan individu terokupasi dengan peran yang satu, pada saat seharusnya individu mencoba memenuhi tuntutan peran yang
lain. Menurut Nelson dan Quick 2010Dalam dimensi ini sumber konflik
terbagi menjadi dua: 1. Sumber konflik yang berasal dari pekerjaan.
Peran dalam pekerjaan yang tidak jelas ambigu dan atau konflik dalam peran di pekerjaan memiliki hubungan yang positif dengan konflik pekerjaan –
keluarga. Kurangnya dukungan dari atasan juga menyebabkan tingginya konflik peran pekerjaan. Stresor yang berasal dari pekerjaan seperti budaya kerja yang
berubah – ubah, stres dalam komunikasi dan konsentrasi yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan memiliki hubungan yang positif dengan konflik pekerjaan
– keluarga. Selain itu, penggunaan sebagian besar waktu untuk melakukan salah satu peran juga dapat mengakibatkan ketegangan. Seperti,jam kerja yang panjang
dan tidak fleksibel, serta adanya kerja lembur dapat menyebabkan time based conflict begitu juga strain based conflict. Walaupun keduanya merupakan konsep
yang berbeda, namun ada beberapa sumber konflik yang dapat digolongkan kepada kedua dimensi konflik tersebut.
2. Sumber konflik yang berasal dari keluarga. Bagi mereka yang mempunyai pasangan yang mendukung dapat
mengurangi tingkat konflik pekerjaan – keluargaperempuan yang memiliki orientasi karier yang berbeda dengan suaminya, merasakan tingkatan konflik antar
peran yang lebih tinggi. Besar kemungkinan perbedaan pasangan dalam
Universitas Sumatera Utara
keyakinan – keyakinan fundamental dapat melemahkan sistem dukungan mutual dan dapat menghasilkan stres.
Kesimpulannya, ketegangan, konflik, atau kurangnya dukungan dari keluarga dapat menyebabkan konflik pekerjaan – keluarga. Sedangkan pada domain
pekerjaan, karakteristik peran keluarga yang menghasilkan komitmen waktu ekstensi juga dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan ketegangan.
c. Behaviour Based Conflict Yang dimaksud dengan behaviour based conflict adalah konflik yang
muncul ketika suatu tingkah laku efektif untuk satu peran namun tidak efektif digunakan untuk peran yang lain. Ketidakefektifan tingkah laku ini dapat
disebabkan oleh kurangnya kesadaran individu akan akibat dari tingkah lakunya kepada orang lain. Atau perilaku – perilaku yang diharapkan muncul pada saat
menjalankan peran yang satu kadang bertentangan dengan ekspektasi dari peran yang lain. Misalnya seorang ibu yang diharapkan menekankan perilaku yang
tegas, stabil secara emosional dan diharapkan oleh anggota keluarganya untuk berperilaku hangat, penuh kasih sayang, emosional dan peka saat berinteraksi
dengan mereka.
2.2.4 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda
Setiap permasalahan tentunya memiliki jalan yang keluar yang baik. Penanganan yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan
dampak negative tetapi akan memberikan dampak positif. Penanganan konflik peran ganda seharusnya dapat memberikan solusi baik oleh individu maupun
perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat tercapai dan tujuan dari
Universitas Sumatera Utara
perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua startegi dalam mengatasi konflik peran ganda yaitu :
a. Strategi individu Strategi yang harus dilakukan oleh seorang individu dalam manajemen
waktu yang baik, sehingga akan terciptanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing
peran yang dilakukan. b. Strategi Perusahaan
Menurut Nelson dan Quick 2010 ada beberapa strategi perusahaan yang harus dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak
mengganggu pekerjaan yaitu : 1. Waktu kerja yang fleksibel
2. Adanya jadwal kerja yang alternative 3. Adanya fasilitas penitipan anak
4. Kebijakan izin keluarga 5. Job sharing
Antara individu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan
yang terpenting pekerja wanita tidak mengalami stress yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut
sehingga tidak mengurangi keharmonisan dalam keluarga.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda
Menurut Stonner dkk 2000, faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Time pressure, jika waktu yang digunakan untuk bekerja lebih banyak, maka waktu yang digunakan untuk keluarga semakin sedikit.
b. Family size and support, jika anggota keluarga semakin banyak jumlahnya maka akan semakin banyak konflik yang akan timbul. Apabila dengan
banyaknya jumlah anggota keluarga yang memberikan dukungan maka akan sedikit terjadi konflik.
c. Job satisfaction, konflik akan dirasakan lebih sedikit apabila kepuasan kerja seorang karyawan tersebut tinggi.
d. Marital and life satisfaction, apabila seorang wanita bekerja, maka semakin banyak konsekuensi negative dalam pernikahannya.
e. Size of firm, konflik peran ganda mungkin juga dipengaruhi oleh banyak karyawan yang bekerja didalam perusahaan tersebut.
2.3 Pengembangan Karir 2.3.1 Pengertian Pengembangan Karir