Rancang bangun sistem informasi spasial kawasan rawan banjir: studi kasus Tangerang Selatan

(1)

R..\NCA\G

BANGL,N STSTEM

INFORMASI SPI\SIAL

IG\\'ASAN

RAWAN BANJIR

(STLDI

KASI-IS : TANGERANG SELATAN)

Oleh

:

MTITIAMMAD

Y AZTD KHAtrR I

1070930036s4

PROGRAM

STI.JDI STSTEM INFO RI\{AS I

F'AKI.ILTAS SAINS DAN'I'IiKNOI,OG

I

tjNI\/ERSITAS ISLAM

NTE,GERI

SI'AIIIF

IIIDAYTVI't

I L[.,'\ I I

JAKARTA

20t4M

t1436

II

E IIN,


(2)

(3)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL

KAWASAN RAWAN BANJIR

(STUDI KASUS : TANGERANG SELATAN)

Oleh :

MUHAMMAD YAZID KHAERI

107093003654

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

i SKRIPSI

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL KAWASAN RAWAN BANJIR BERBASIS WEB

(Studi kasus : Tangerang Selatan) Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Dalam Menyelesaikan Studi Akhir

Program Strata Satu Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD YAZID KHAERI NIM: 107093003654

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(5)

(6)

PENGESAIIAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang

berjudul

*SISTEM

INFORMASI SPASIAL

KAWASAN

RAWAN BANJIR BERBASIS

WEB (STUDI

KASUS: TAI\GERANG

SELATAIV telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

hari Kamis, 28 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu symat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (Sl) Program Studi Sistem Informasi.

Jakarta, Agustus 2014

Tim Penguji,

Penguji

II

M. Oomarul Huda. M.Kom NIP. 19670412 200312 1001

Ir. Bakri La Katione. MT. M.Kom

NIP. 19461006 197507 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sistern Informasi

Zulfiandri" MMSI

NIP.19700130 200501

I 003

iii NrP. 1974080 2007fi 1 002

Pembimbing II

NIP.

Fakultas Sains dan Teknologi

ffi

a-P

ts{lu

w#


(7)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

 Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

.

Jakarta, 02 Juni 2014

Muhammad Yazid Khaeri NIM :107093003613


(8)

v

ABSTRAK

MUHAMMAD YAZID KHAERI (107093003654), Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota Tangerang Selatan). Dibawah bimbingan Bpk. BAKRI LA KATJONG dan Bpk. ERI RUSTAMAJI

Didasarkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan BAPPEDA mengalami kesulitan untuk menganalisa dan menyampaikan informasi pemetaan daerah rawan banjir. Karena masih menggunakan peta konvensional disertai meningkatnya kawasan rawan banjir. Peta konvensional sulit diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan kehilangan data yang besar. Melihat permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir yang dinamakan SISKARABAN untuk mempermudah dalam monitoring suatu daerah secara terkomputerisasi.. Sistem dibangun melalui tahapan metode pembangunan sistem prototype SISKARABAN dan metode pengembangan sistem RAD (Rapid Aplication Development) dengan notasi UML. Menggunakan bahasa pemrograman PHP, database MySQL dan OpenGeo Suite serta melakukan pengujian pada Black Box. Dari hasil pengujian Black Box 93% lulus uji, maka sistem tersebut dapat digunakan untuk memberikan informasi secara terpadu antara pemerintah terkait dan masyarakat, sehingga pengelolaan kawasan rawan banjir dapat ditangani bersama.

Kata Kunci: Sistem Informasi, Rawan Banjir, RAD (Rapid Aplication Dvelopment), UML, OpenGeo Suite

V Bab + 193 Halaman + xxiii Halaman Romawi + 78 Gambar + 29 Tabel + 5 Daftar Simbol


(9)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S-1) dalam bidang Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir berbasis Web (Studi Kasus: Kota Tangerang Selatan)” akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Selama penyusunan skripsi ini tentu banyak kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peneliti, baik dalam segi data ataupun penelitian. Namun dengan keyakinan hati dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini terselesaikan dengan sangat baik.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah Peneliti menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 2. Bapak Zulfiandri, S.Kom, MMSI. Selaku Ketua Program Studi Sistem


(10)

vii

3. Bapak Ir. Bakrie LaKatjong. MT, M.Kom Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Eri Rustamaji, MBA. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Ditdit Nugeraha Utama, Selaku Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Sistem Informasi yang telah membantu dan memberi masukan sampai ke jenjang penyusunan skripsi.

6. Ibu Yulia Rahmawati, selaku Kasubdin Fisik dan Prasarana dan Ibu Rara selaku staff Bidang Statistik dan Pelaporan Data telah membantu penulis mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Orang Tua, Keluarga, Orang Terdekat, Sahabat, Temen-teman Kosan SI A 2007 dan kawan-kawan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang Selalu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi.

Penulis sadar bahwa penyususan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail ke

ziginzidza@gmail.com, Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amin

Jakarta, 02 Juni 2014

Muhammad Yazid Khaeri NIM 107093003654


(11)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR LEMBAR HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SIMBOL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Batasan Masalah ... 11

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

1.6. Metodelogi Penelitian ... 13

1.6.1. Metode Pengumpulan Data... 13

1.6.2. Metode Pengembangan Sistem... 14

1.7. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

2.1. Pengertian Rancang Bangun ... ... 16

2.2. Sistem Informasi ... 16


(12)

ix

2.2.2. Pengertian Informasi... 18

2.2.3. Konsep Dasar Sistem Informasi... 20

2.3. Konsep Dasar Data ... .... 21

2.3.1. Pengolahan Data... 21

2.3.2. Data Spasial... 21

2.3.3. Format Data Spasial... 22

2.3.4. Sumber Data Spasial... 25

2.4. Konsep Dasar Informasi Geografis ... 27

2.4.1. Sistem Informasi Geografis... 28

2.4.2. Peta... 28

2.4.3. Skala Peta... 29

2.4.4. Sistem Koordinat... 29

2.4.5. Grid... 30

2.5. Metode Pengembangan Sistem ... 30

2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek... 31

2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah ... 31

2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana ... 32

2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS ... 32

2.8.1. Pengertian Banjir... 32

2.8.1.1. Definisi Banjir... 32

2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir... 34

2.8.1.3. Akibat Banjir... 39

2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)... 40

2.8.2.1. Pemahaman Umum... 40

2.8.2.2. Karakteristik DAS... 42

2.9. Pengertian Web ... 44

2.10. Rapid Application Development (RAD) ... 45

2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)... 45

2.10.2. Tahapan Rapid Application Development (RAD)... 45

2.11. Pendekatan Membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web ... . 47


(13)

x

2.11.1. Basis Data... 47

2.11.2. Sistem Manajemen Basis Data... 48

2.11.3. Pengembangan Tipe Basis Data Spasial... 49

2.12. UML (Unified Modelling Language) ... 49

2.12.1. Sejarah UML... 50

2.12.2. Diagram UML... 50

2.13. ArcView GIS ... 53

2.14. Web GIS ... 54

2.15. Bahasa Pemograman PHP ... 55

2.15.1. Pengertian PHP... 55

2.15.2. Fungsi Dalam PHP ... 57

2.16. OpenGeo Suite ... 58

2.16.1. OpenGeo Arsitektur ... 59

2.16.2. OpenGeo Suite Enterprise Edition dan Community Edition... 60

2.16.3. Komponen OpenGeo Suite... 61

2.16.4. SQL Structure Query Language... 65

2.17. XAMPP ... 66

2.18. Macromedia ... 67

2.18.1. Macromedia Dreamweaver...... 67

2.18.2. Macromedia Flash... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... . 68

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... . 68

3.2. Objek Penelitian ... . 68

3.3. Data dan Perangkat ... . 72

3.3.1. Data... 72

3.3.2. Perangkat... 73

3.4. Prosedur Penelitian ... .... 74


(14)

xi

3.5.1. Observasi... 76

3.5.2. Studi Pustaka... 76

3.5.3. Studi Literatur Sejenis... 77

3.5.4. Wawancara... ... 80

3.6. Survey ... .... 81

3.7. Metode Pengembangan Sistem ... 84

3.8. Kerangka Berpikir ... 92

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 93

4.1. Requirement Planing ... 93

4.1.1. Tujuan Perancang Sistem... 93

4.1.2. Kebutuhan Sistem... 93

4.1.2.1. Profil BAPPEDA Tangerang Selatan... 94

4.1.2.2. Identifikasi Kebutuhan Sistem... 109

4.1.3. Sistem Berjalan... 110

4.1.4. Identifikasi Masalah... 111

4.1.5. Sistem Usulan... 112

4.2. Kebutuhan Peta ... 114

4.3. Workshop Design ... 115

4.3.1. Perancangan Proses... 115

4.3.1.1. Use Case Diagram dan Narasi... 115

4.3.1.2. Activity Diagram... 135

4.3.1.3. Class Diagram... 154

4.3.1.4. Sequence Diagram... 155

4.3.2. Perancang Database... 169

4.3.3. Perancang User Interface... 173

4.4. Implementation ... 184

4.4.1. Tahap Persiapan Data... 185

4.4.2. Pembangunan Sistem ... 185


(15)

xii

BAB V PENUTUP ... 188

5.1. Kesimpulan ... 188

5.2. Saran ... 189

DAFTAR PUSTAKA ... 190


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir ... 2

Gambar 1.2 Peta Kontur Tanah dan Rawan Banjir ... 4

Gambar 1.3 Proses Pengolahan Data ... 7

Gambar 2.1 Data Vektor ... 23

Gambar 2.2 Data Raster ... 24

Gambar 2.3 Contoh bentuk DAS ... 41

Gambar 2.4 Tahapan RAD ... 47

Gambar 2.5 Use case Diagram ... 51

Gambar 2.6 Class Diagram... 51

Gambar 2.7 ActivityDiagram ... 52

Gambar 2.8 Sequence Diagram ... 52

Gambar 2.9 Komponen Web Gis ... 55

Gambar 2.10 Tampilan Dashboard dari OpenGeo Suite ... 58

Gambar 2.11 Arsitektur Standar OpenGeo ... 59

Gambar 2.12 Tampilan PostGIS Admin pada OpenGeo Suite ... 62

Gambar 2.13 Tampilan Aplikasi Web GeoServer ... 62

Gambar 2.14 Tampilan Aplikasi Web GeoEditor ... 63

Gambar 2.15 Tampilan Aplikasi WebStyler... 64

Gambar 2.16 Tampilan Aplikasi Web GeoExplorer ... 65

Gambar 2.17 Tampilan Konfigurasi XAMPP ... 66

Gambar 3.1 Wilayah Kota Tangerang Selatan ... 71

Gambar 3.2 Tampilan Tools GPS ... 81

Gambar 3.3 Pengolahan Data Koordinat-1 ... 82

Gambar 3.4 Pengolahan Data Koordinat-2 ... 83


(17)

xiv

Gambar 3.6 Pengolahan Data Koordinat-4 ... 83

Gambar 3.3 Kerangka Berpikir ... 81

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BAPPEDA Tangerang Selatan ... 108

Gambar 4.2 Sistem Berjalan ... 111

Gambar 4.3 Sistem yang Diusulkan ... 112

Gambar 4.4 Use Case Diagram ... 117

Gambar 4.5 Activity Diagram Registrasi ... 136

Gambar 4.6 Activity DiagramLogin ... 137

Gambar 4.7 Activity Diagram Kelola Profil ... 139

Gambar 4.8 Activity Diagram Lihat Profil ... 140

Gambar 4.9 Activity Diagram Kelola Berita ... 141

Gambar 4.10 Activity Diagram Lihat Berita ... 142

Gambar 4.11 Activity Diagram Kelola Peta ... 144

Gambar 4.12 Activity Diagram Lihat Peta ... 146

Gambar 4.13 Activity Diagram Kelola Kritik dan Saran... 147

Gambar 4.14 Activity Diagram Input Kritik dan Saran ... 148

Gambar 4.15 Activity Diagram Kelola Data ... 150

Gambar 4.16 Activity Diagram Pengajuan Data ... 152

Gambar 4.17 Activity Diagram Laporan Data ... 153

Gambar 4.18 Class Diagram SISKARABAN ... 154

Gambar 4.19 Sequence Diagram User dengan Login ... 155

Gambar 4.20 Sequence Diagram Admin dengan Data Admin ... 156

Gambar 4.21 Sequence Diagram Admin dengan Berita ... 157

Gambar 4.22 Sequence Diagram Admin dengan Kritik dan Saran ... 158

Gambar 4.23 Sequence Diagram Admin dengan Peta ... 159

Gambar 4.24 Sequence Diagram Admin dengan Profil ... 160

Gambar 4.25 Sequence Diagram Masyarakat dengan Profil ... 161

Gambar 4.26 Sequence Diagram Masyarakat dengan Peta ... 162

Gambar 4.27 Sequence Diagram Masyarakat dengan Berita ... 163

Gambar 4.28 Sequence Diagram Masyarakat dengan Kritik dan Saran ... 164


(18)

xv

Gambar 4.30 Sequence Diagram BNPB dengan Pengajuan Data... 167

Gambar 4.31 Sequence Diagram PU dengan Laporan Data ... 168

Gambar 4.32 Struktur Menu Bagian Fisik dan Prasarana (Admin) ... 174

Gambar 4.33 Struktur Menu Masyarakat ... 174

Gambar 4.34 Struktur Menu BNPB ... 175

Gambar 4.35 Struktur Menu PU ... 175

Gambar 4.36 Halaman Registrasi ... 176

Gambar 4.37 Halaman login ... 177

Gambar 4.38 Halaman Admin ... 177

Gambar 4.39 Halaman Kelola Peta ... 178

Gambar 4.40 Halaman Kelola Berita ... 178

Gambar 4.41 Halaman Kelola Akun ... 179

Gambar 4.42 Halaman Kritik dan Saran ... 179

Gambar 4.43 Halaman Kelola Profil ... 180

Gambar 4.44 Halaman Kelola Data ... 180

Gambar 4.45 Halaman Utama ... 181

Gambar 4.46 Halaman Lihat Profil ... 181

Gambar 4.47 Halaman Kelola Profil ... 182

Gambar 4.48 Halaman Lihat Peta ... 182

Gambar 4.49 Halaman Isi Kritik dan Saran ... 183

Gambar 4.50 Halaman Pengajuan Data ... 183


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal ... 8

Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial ... 26

Tabel 2.2 Spesifikasi Pengguna OpenGeo Suite ... 60

Tabel 3.1 Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan ... 71

Tabel 3.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan ... 72

Tabel 3.3 Penelitian Terdahulu ... 77

Tabel 4.1 Identifikasi Actor dan Use Case ... 116

Tabel 4.2 Narasi Use Case Registrasi ... 117

Tabel 4.3 Narasi Use Case Login ... 119

Tabel 4.4 Narasi Use Case Kelola Profil ... 120

Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Profil ... 121

Tabel 4.6 Narasi Use Case Kelola Berita... 122

Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Berita ... 124

Tabel 4.8 Narasi Use Case Kelola Peta ... 125

Tabel 4.9 Narasi Use Case Lihat Peta ... 126

Tabel 4.10 Narasi Use Case Kelola Kritik dan Saran ... 128

Tabel 4.11 Narasi Use Case Input Kritik dan Saran ... 129

Tabel 4.12 Narasi Use Case Kelola Akun ... 130

Tabel 4.13 Narasi Use Case Kelola Data ... 131

Tabel 4.14 Narasi Use Case Pengajuan Data ... 133

Tabel 4.15 Narasi Use Case Laporan Data ... 134

Tabel 4.16 Database Kawasan Rawan Banjir ... 169

Tabel 4.17 Database Kecamatan ... 170

Tabel 4.18 Database Drainase ... 170

Tabel 4.19 Database Berita... 171


(20)

xvii

Tabel 4.21 Database Kritik dan Saran ... 172 Tabel 4.22 Database Admin ... 173 Tabel 4.19 Pengujian Sistem User/Admin ... 186


(21)

xviii

DAFTAR SIMBOL

SIMBOL USE-CASE MODEL DIAGRAMS (Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Actor

Use case

Association

<<dependson>> Depends on

<<uses>> Uses (includes)

Inheritance

Actor1


(22)

xix

SIMBOL CLASS DIAGRAM (Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Class

1. class name

2. attributes

3. behaviors

Association

Generalization

Class 1

2 3


(23)

xx

SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM (Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Object

Lifeline

Messages


(24)

xxi

SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM (Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Activity

Initiate Activities

Start of the Process

Termination of the Process

Synchronization Bar


(25)

xxii

SIMBOL DEPLOYMENT DIAGRAM (Whitten et al, 2004)

Simbol Keterangan

Package

Node


(26)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Wawancara

Lampiran 2 Tampilan Web

Lampiran 3 Source Code Program


(27)

(28)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang berbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang No 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Pembentukan daerah otonom tersebut, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Dengan 36 Kecamatan luas wilayah ± 1.159,05 km2 dan jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Tengerang dirasakan belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Sebagai kota administratif Tangerang melaju begitu tinggi, kota ini memiliki karakteristik sebagai daerah perindustrian yang tak ada hutan atau sawah, memiliki curah hujan yang tinggi yaitu, rata-rata curah hujan antara 1.500 - 2.000 mm per tahun, dengan curah hujan tinggi yang mengakibatkan


(29)

2

air sungai meluap, posisi Tangerang berada pada rata-rata ketinggian 0 - 30 m di atas permukaan laut, kemiringan lahan antara 0 - 3%, bagian utara dan memiliki rata-rata ketinggian 10 meter di atas permukaan laut, sehingga air dari hulu mengalir ke daerah yang sangat rendah.

Gambar 1.1 Grafik Rawan Banjir

(Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010)

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwasannya daerah ini mempunyai suatu masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin berupa bencana banjir. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang beberapa sungai yang mengalir di Kota Tangerang Selatan (BAPPEDA, 2010).


(30)

3

Pada era globalisasi ini sudah meluas ke seluruh sendi kehidupan. Semakin tinggi pemikiran manusia, manusia akan selalu berusaha untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah.

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya daerah rawan banjir di wilayah tersebut, dikarenakan banyaknya Potensi bencana limpasan air dari situ seperti yang pernah terjadi dengan Situ Gintung akibat jebolnya tanggul juga masih ada, karena terdapat beberapa situ yang permukaannya lebih tinggi dibandingkan wilayah permukiman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 20 ayat 2 huruf (d) menjelaskan tentang perlindungan terhadap dataran banjir dan Pasal 41 ayat 2 huruf (a) Pengelolaan dataran banjir yang meliputi penetapan batas dataran banjir. Kemudian untuk menentukkan kawasan dataran banjir berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Pasal 44 ayat 2, kawasan rawan bencana banjir yang meliputi : Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Setu dan Kecamatan Pamulang.


(31)

4

Gambar 1.2 Peta Kontur Tanah dan Rawan Banjir

(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2013)

Dapat dilihat bahwasannya wilayah Kota Tangerang Selatan mempunyai kawasan rawan banjir yang sebenarnya harus ditangani oleh pihak-pihak terkait. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


(32)

5

(PP) Nomor 38 Tahun 2011 tentang s ungai bagian keempat Pengendalian Da ya Rusak Air Sungai Pasal 34 ayat 2, Pengelolaan resiko banjir dilakukan secara terpadu bersama pemilik kepentingan, dari pasal 34 ayat 2 yang berkenaan dengan

“pemilik kepentingan” berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 tahun 2011 tentang sungai pasal 34 ayat 2, yang dimaksud dengan “pemilik kepentingan” adalah semua individu perorangan, grup, perusahaan, organisasi, asosiasi, dan instansi pemerintah yang terkait dalam pengelolaan resiko banjir, dengan adanya peraturan tersebut, suatu kawasan rawan banjir merupakan masalah yang harus di tangani bersama, supaya dapat melakukan pencegahan ataupun penanganan lebih awal.

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dengan sangat pesat khususnya di bidang internet banyak orang yang mengubah cara menyebarkan informasi dari cara tradisional menjadi cara modern dengan menggunakan situs web sebagai media penyebaran informasi yang lebih praktis, ekonomis dan dapat diakses di manapun secara luas. Melalui internet selain pemakai dapat melihat perkembangan teknologi dengan mengunjungi situs-situs yang ada, pemakai juga dapat memperoleh berbagai informasi baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Setiap pengguna internet dapat Mangaksesnya tanpa batas waktu dan manfaatnya dapat dirasakan oleh berbagai kalangan dan bidang, seperti dibidang


(33)

6

perbankan, geografis, perindustrian, perdagangan, pariwisata, pendidikan maupun bidang lainnya.

Sistem informasi berupa website diharapkan lebih mudah dalam memberikan informasi secara luas kepada masyarakat ataupun instansi pendukung. Dengan adanya informasi berbentuk sistem Web spasial dapat mempermudah untuk monitoring suatu daerah secara terkomputerisasi. Sistem ini juga diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah untuk bekerja maksimal bukan hanya memberikan informasi tetapi juga memberikan layanan berupa keputusan yang tepat dalam pencegahan banjir di wilayah rawan banjir tersebut. Untuk menangani suatu daerah rawan banjir maka perlu diketahui kondisi yang menjadi penyebabnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berwenang dalam perencanaan dan pembangunan daerah di wilayah kota Tangerang Selatan. Dalam melakukan kegiatan tersebut BAPPEDA mengalami kesulitan untuk menganalisa serta menyampaikan informasi pemetaan daerah banjir. Karena selama ini masih menggunakan peta konvensional. Peta konvensional sulit untuk diupdate serta memiliki resiko kerusakan dan kehilangan data yang besar.

Perbedaan yang mendasar antara Sistem Informasi Spasial atau SIG modern dengan SIG konvensional terdapat pada alat. Sistem Informasi spasial atau SIG modern selalu menggunakan seperangkat alat komputer dalam analisisnya, sedangkan analisis dalam SIG konvensional dilakukan dengan cara manual, seperti proses buffering pada gambar. Tidak hanya


(34)

7

proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara manual dan semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.3 Proses Pengolahan Data

(Sumber :Anjayani, Eni dan Haryanto, Tri. 2009. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA.)

Melihat permasalahan di atas, peneliti tertarik membagun sebuah aplikasi yang berbasis web tentang “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Kawasan Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus: Kota Tangerang Selatan)”.

Berikut merupakan beberapa jurnal yang menjadi perbandingan dalam pembuatan sistem informasi spasial berbasis web kawasan rawan banjir Tangerang Selatan.


(35)

8

Tabel 1.1 Perbandingan Jurnal

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

1 Anik Vega Vitianingsih, Didik Kiswoyo (2012), Rekayasa Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir, Studi Kasus Di Wilayah Surabaya Untuk Menganalisis Daerah Mana Diklasifikasi kan Sebagai Daerah Rawan Banjir Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Hidup Pengembanga n Sistem Cycle (SDLC) [1] Mengantisipasi kemungkinan banjir yang sering terjadi di daerah tertentu di Surabaya Region Hanya mengklasifikasi daerah rawan banjir, tetapi tidak memberikan informasi penyebab terjadinya banjir

2 Adeline Narwastu, Eri Prasetyo W (2007), Perancangan Sistem Informasi Geografis Daerah Banjir di DKI Jakarta Dengan Menggunakan Arc View Untuk mempermuda h bagi para pengambil keputusan untuk menganalisa data yang ada

1.Metode Perancangan Sistem

Menggunakan UML (Unified Modelling Language) 2.Metode Pengujian Sistem dengan menggunakan Blackbox Memberikan pengetahuan tambahan bagaimana kita sebagai masyarakat DKI Jakarta agar dapat mengatasi masalah banjir

Sistem yang dibuat tidak banyak melibatkan peran seluruh element masyarakat melainkan lebih kepada pemerintah terkait.

3 Andriyani, M. Yusuf, Al Hidayah, Amin Sri Lestari, Dita Zuhrah Ulifani. (2012), Aplikasi Sistem Informasi Untuk mengembang kan basis SIG di web yang implementasi untuk tahu banjir bahaya kerentanan dalam kasus memberikan Metodologi penelitian meliputi: pengembangan sistem, sumber data, analisis, alur perangkat lunak yang digunakan dan overlay dalam Memberikan informasi tentang bahaya krisis terjadinya banjir di wilayah DAS Bengawan Solo

Admin sulit untuk dapat mengupdate data, karena dalam menginput data di haruskan

melakukan tahap pengembangan sistem. Informasi yang di dapat sangat sesuai dengan apa yang


(36)

9

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

Geografis (SIG) Kerawanan Bahaya Banjir Das Bengawan Solo Hulu Berbasis Web informasi tentang luas, kemiringan lereng, penggunaan lahan, tanah, tipe tanah, dan jumlah rumah yang harus dievakuasi dalam hal banjir di Kawasan DAS Bengawan Solo, sehingga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan aplikatif teoritis mengenai peran SIG dalam mitigasi bencana banjir

penelitian dibutuhkan

masyarakat dan melibatkan

masalah pengairan aliran sungai DAS

4 Ahmad Imam

Sya’roni (2012), Analisis Tingkat Rawan Banjir Di Propinsi Jawa Timur Dari Data Citra Satelit Landsat Meng- analisis data stelit pengideraan jauh menggunaka n Sistem Informasi Geografiss (SIG) untuk menentukan zona potensi rawan banjir Metode Penentuan zona potensi rawan banjir dilakukan dengan pembobotan setiap indikator banjir sekaligus berfungsi se- bagai variabel Klasifikasi zona tingkat rawan banjir yang dibedakan menjadi 5 klas tingkat rawan banjir yang terjadi pada musim penghujan, lokasi daerah rawan banjir serta luas Tidak menggunakan metode survei sebagai referensi dalam mengumpulkan data rawan banjir


(37)

10

No

Nama Pengarang

dan Judul

Tujuan Metode Hasil Perbandingan

di Provinsi Jawa Timur banjir, terdiri dari: penutup/pengg unaan lahan, relief, jenis tanah, dan jenis batuan daerah rawan banjir

5 Muhammad

Dimas Aji N, Bambang Sudarsono, Bandi Sasmito (2014), Identifikasi Zona Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis Untuk mengetahui sejauh mana dan daerah termasuk rawan banjir, daerah dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan banjir di daerah aliran sungai Metode yang digunakan dalam penilaian dan untuk overlay metode (tumpang tindih susun) antara jenis Peta tanah, peta penggunaan lahan, peta lereng, peta jaringan drainase dan peta curah hujan Menunjukkan tingkat masing-masing zona rawan banjir di Sub DAS Peneliti melakukan analisis spasial dengan menggunakan metode overlay, hanya menentukan rawan banjir pada daerah aliran sungai DAS

.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diuraikan berdasarkan permasalahan yang ada yaitu, bagaimana merancang dan membangun sistem informasi spasial berbasis web kawasan rawan banjir (studi kasus : Tangerang Selatan)?


(38)

11

1.3. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan yang sesuai dengan judul penelitian ini, maka batasan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Wilayah kota yang diteliti adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Data spasial dan tabular yang digunakan dan ditampilkan adalah data yang berasal dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang Selatan.

3. Informasi yang ditampilkan bersifat spasial dan nonspasial berbasiskan WebGIS.

4. Metode pengembangan sistem menggunakan Object Oriented dengan model pengembangan Rapid Application Development (RAD).

5. Peneliti tidak melakukan analisis spasial.

6. Peneliti hanya membahas tentang kawasan Rawan Banjir.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan sistem informasi spasial berbasis web Rawan Banjir Kota Tangerang Selatan.

2. Menampilkan informasi spasial dan nonspasial daerah Rawan Banjir dan penyebabnya.


(39)

12

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ialah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.

c. Peneliti mampu membangun sistem informasi spasial pada Rawan Banjir berbasis web.

2. Bagi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan:

a. Sebagai salah satu sarana dalam memberikan informasi persebaran beserta data spasial dan non spasial Rawan Banjir kepada seluruh masyarakat pada umumnya.

b. Membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam pemberi ijin pembangunan pemukiman dan monitoring daerah aliran sungai.

3. Bagi Masyarakat Kota Tangerang Selatan:

Masyarakat khususnya kota Tangerang Selatan dapat mendapatkan Informasi spasial maupun nonspasial diterima secara cepat dan mudah.


(40)

13

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam tahapan ini yaitu dengan cara :

1. Observasi

Merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk merancang dan membangun sistem Informasi Spasial permasalahan Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan.

2. Wawancara (interview)

Yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian. Wawancara yang baik harus mempunyai pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber lain yang terkait dengan masalah yang diambil.


(41)

14

1.6.2. Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang dipakai dalam penelitian skripsi ini adalah metode berorientasi objek dengan model pengembangan Rapid Application Development (RAD) yang memiliki tahapan-tahapan, yaitu perencanaan syarat-syarat, workshop design, dan implementasi (Kendall & Kendall, 2008). Dalam metode pengembangan sistem ini menggunakan UML (Unified Modelling language).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang segala macam teori serta konsep yang berkaitan dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang bagaimana dan seperti apa metode yang digunakan dalam melakukan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta sesuai dengan metode yang digunakan.


(42)

15

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan simpulan dan saran berdasarkan penelitian yang dilakukan.


(43)

(44)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Rancang Bangun

Perancangan atau rancang merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dan sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan atau bangun sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2002).

2.2. Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto, 2005).

Agar lebih mudah memahami apa dan bagaimana sistem digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan prosedur dan pendekatan komponen atau elemen (Al-Bahra, 2005).


(45)

17

1. Prosedur

Pemahaman sistem dengan pendekatan prosedur, yaitu suatu urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Prosedur adalah rangkaian operasi, yang melibatkan beberapa benda (seperti ALU, Control Unit) di dalam suatu atau lebih komponen (seperti memori dan CPU, jika dalam sistem komputer) yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam dari aktivitas-aktivitas pengolahan yang terjadi serta untuk menyelesaikan suatu kegiatan pengolahan data tertentu.

Urutan kegiatan digunakan untuk menjelaskan apa (what) yang harus dikerjakan, serta berapa banyak kuantitas pekerjaan tersebut, siapa (who) yang mengerjakannya, kapan (when) dikerjakannya dan bagaimana (how) mengerjakannya

2. Komponen / Elemen

Pemahaman sistem dengan pendekatan komponen/elemen, yaitu kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa susbsistem. Subsistem-subsistem dapat pula terdiri dari beberapa susbsistem yang lebih kecil.


(46)

18

2.2.2. Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Kadir, 2003).

Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan nya. Kejadian (event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu. Informasi diperoleh setelah data-data mentah diproses atau diolah. Menururt john Burch dan Gary Grudnitski dalam Al-Bahra (2005), agar informasi dihasilkan lebih berharga maka informasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Informasi harus akurat, sehingga mendukung pihak manajemen dalam mengambil keputusan.

2. Informasi harus relevan, benar-benar terasa manfaatnya bagi yang membutuhkan.

3. Informasi harus tepat waktu, sehingga tidak ada keterlambatan pada saat dibutuhkan.

Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu kejadian.


(47)

19

Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.

Sedangkan kualitas informasi tergantung pada tiga hal sebagai berikut:

1. Relevan (relevancy), artinya informasi yang berkualitas akan mampu menunjukkan relevansi kejadian masa lalu, hari ini, dan masa depan sebagai sebuah bentuk aktivitas yang kongkrit dan mampu dilaksanakan, dan dibuktikan oleh siapa saja.

2. Akurat (accuracy), artinya suatu informasi dikatakan berkualitas jika seluruh kebutuhan informasi tersebut telah tersampaikan (completeness), seluruh pesan telah sesuai (correctness), serta pesan yang disampaikan sudah lengkap atau hanya sistem yang diinginkan oleh user.

Tepat waktu (timeliness), berbagai proses dapat diselesaikan dengan tepat waktu, laporan-laporan yang dibutuhkan dapat disampaikan tepat waktu.


(48)

20

2.2.3. Konsep Dasar Sistem Informasi

Menurut Budihar dalam Prahasta (2005:40) sistem informasi adalah suatu sistem manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Leitch dan Davis dalam Jogiyanto (2005:11) mendefinisikan Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan yang diperlukan.

Maka jika ditarik kesimpulan dari pendapat beberapa pakar tersebut, sistem informasi merupakan sistem berbasis komputer yang berguna untuk menghasilkan informasi dari data yang tersedia, dan digunakan untuk mendukung tindakan dan pengambilan keputusan.


(49)

21

2.3. Konsep Dasar Data 2.3.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah segala macam pengolahan terhadap data atau kombinasi-kombinasi dari berbagai macam pengolahan terhadap data untuk membuat data berguna sesuai dengan hasil yang diinginkan.

Menurut Jogiyanto (2005) Pengolahan Data adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengolahan data merupakan kegiatan yangdilakukan dengan menggunakan masukan berupa data dan menghasilkan informasi yangbermanfaat untuk tujuan sesuai dengan yang direncanakan.

2.3.2. Data Spasial

SIG mempunyai dua unsur pokok yang menjadi dasar konsep SIG yaitu, informasi spasial, dan data yang mengacu pada kondisi riil bumi, yang dalam proses pengolahan dan penyajiannya ditunjang oleh sistem komputerisasi yang berupa perangkat lunak maupun perangkat keras (hardware). Informasi spasial adalah informasi yang mengandung sifat-sifat keruangan di dalamnya. Contohnya, jarak


(50)

22

antara suatu objek dengan objek lainnya yang saling terhubung. (Vieatoz, 2005).

Menurut Puntodewo (2003) data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

2.3.3. Format Data Spasial

Menurut GIS Konsorsium Aceh Nias (2007) secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:


(51)

23

1. Data vector

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 2.1 Data Vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.


(52)

24

2. Data raster

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Gambar 2.2 Data Raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel ada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya


(53)

25

ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia.

Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.

2.3.4. Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber diantaranya adalah citra satelit, peta analog, foto udara, data tabular dan data survei. Penjelasan dari masing-masing sumber dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Puntodewo, 2003):


(54)

26

Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial No Sumber Data Spasial Keterangan

1. Citra Satelit Data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi.

2. Foto Udara Data ini didapat dengan menggunakan pesawat udara sebagai wahananya dengan cakupan wilayah yang tidak luas.

3. Peta Analog Peta analog merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam


(55)

27

basis data.

4. Data GPS Data yang dihasilkan dari GPS (Global Positioning System) yang memberikan informasi nilai koordinat dimana kita berada.

5. Data Survei Data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan lapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan menggunakan metode survei terestris.

2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang berasal dari dunia nyata (geografi) dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang sederhana sesuai dengan kebutuhan. Menurut Prahasta (2005) dalam beberapa literatur, SIG dipandang sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk bidang kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan (CAD) dengan teknologi basis data.


(56)

28

2.4.1. Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis adalah system computer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi (Charter, 2004).

2.4.2. Peta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peta adalah

“Gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang

menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya; representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat batas daerah, sifat permukaan”.

Menurut Barus (1996) peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data yang mentah maupun yang telah dianalisis atau informasi sesuai lokasinya. Dengan kata lain peta adalah bentuk sajian informasi spasial mengenai permukaan bumi untuk dapat dipergunakan dalam pembuatan keputusan.


(57)

29

2.4.3. Skala Peta

Menurut Barus (1996) pengertian skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Skala peta terbagi menjadi:

1. Skala angka atau skala pecahan, contohnya seperti 1:1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata.

2. Skala satuan, misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

3. Skala garis, menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada.

2.4.4. Sistem Koordinat

Menurut Prahasta (2005) sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat-koordinat. Sistem koordinat dapat dikelompokkan berdasarkan:


(58)

30

1. Lokasi titik awal ditempatkan.

2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi. 3. Arah sumbu-sumbunya

2.4.5. Grid

Salah satu komponen kartografis yang umumnya ditampilkan dalam peta tematik adalah grid dan graticule. Menurut Prahasta (2007) grid merupakan beberapa garis (arcs) baik horizontal maupun vertikal yang memiliki keteraturan dalam interval sehingga membentuk geometri-geometri bujur sangkar atau persegi panjang. Keberadaan grid dasarnya berfungsi untuk membantu dalam menempatkan berbagai elemen dalam agar tampak beraturan dan pengguna peta dapat dengan mudah menginterpolasikan koordinat-koordinat suatu unsur pada peta.

2.5. Metode Pengembangan Sistem

Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali dikembangkan oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (Aggarwal, 2006). Rapid Application Development (RAD) merupakan model incremental dari proses pengembangan perangkat lunak yang menekankan


(59)

31

pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen (Pressman, 2001).

2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek

Object-oriented design (OOD) adalah suatu pendekatan yang digunakan untukmenentukan solusi terbaik bagi piranti lunak dalam hal perpaduan objek (objects), atribut (attributes) dan metode (methods) (Whitten et al. 2004).

2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah

Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031 Pasal 1 ayat 19, Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budi daya.

Sedangkan menurut Peraturan yang sama yaitu Pasal 1 ayat 20, Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.


(60)

32

2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “rawan” merupakkan kata

sifat yang mempunyai arti yaitu mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya, sedangkan banjir merupakan salah satu dari kejadian bencana alam.

Dalam undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 1 ayat 14 rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Suatu daerah dikatakan rawan banjir apabila, daerah tersebut sering mengalami banjir.

2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS 2.8.1. Pengertian Banjir

2.8.1.1. Definisi Banjir

Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir)


(61)

33

sekitarnya.(Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”). Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang.

Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, di antaranya adalah :

1. Banjir dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung mengalir

2. Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit.

3. Pola banjirnya musiman.

4. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di daerah depresi.

5. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan


(62)

34

evakuasi penduduk. (Robert J.Kodoatie, Sugiyanto, 2001 “Banjir”).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7, banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 3, Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang tergenang air pada saat banjir.

2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Berikut yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya adalah :

1. Curah Hujan

Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas.


(63)

35

2. Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll, merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.

3. Erosi dan Sendimentasi

Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungaisungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai

4. Menurunnya Kapasitas Sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya


(64)

36

vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat.

5. Pengaruh Air Pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh ini terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini dapat terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.

6. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.

Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia adalah :

1. Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah resapan.

Kemampuan DAS, khusunya di bagian hulu untuk meresapkan air/menahan air hujan semakin berkurang


(65)

37

oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut dapat memperburuk masalah banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas banjir.

2. Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian sungai merupakan penghambat aliran. Luas penampang aliran sungai akan berkurang akibat pemanfaatan bantaran untuk pemukiman kumuh warga. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

3. Sampah

Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir.

4. Bendung dan bangunan lain

Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).


(66)

38

5. Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

6. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan aliran air menjadi sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar. (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, 2001


(67)

39

2.8.1.3. Akibat Banjir

Kerugian akibat banjir pada umumnya sulit diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah, industri, rusaknya sarana transportasi, hilangnya nyawa, hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi, sistem air bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem pengendali banjir termasuk bangunannya, kerusakan sungai, dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak langsung berupa kerugian kesulitan yang timbul secara tak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu dsb. (Robert J.


(68)

40

2.8.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.8.2.1. Pemahaman Umum

Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah di mana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.

Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnya merupakan stasiun hidrometri. Memperhatikan hal tersebut berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian dari DAS lain (Sri Harto Br., 1993). Dalam sebuah DAS kemudian dibagi dalam area yang lebih kecil menjadi sub-DAS. Penentuan batas-batas sub-DAS berdasarkan kontur, jalan dan rel KA yang ada di lapangan untuk menentukan arah aliran air.

Dari peta topografi, ditetapkan titik-titik tertinggi di sekeliling sungai utama (main stream) yang dimaksudkan,


(69)

41

dan masing-masing titik tersebut dihubungkan satu dengan lainnya sehingga membentuk garis utuh yang bertemu ujung pangkalnya. Garis tersebut merupakan batas DAS di titik kontrol tertentu (Sri Harto Br., 1993)

Meurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 5 menjelaskan bahwa Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.


(70)

42

2.8.2.2. Karakteristik DAS

Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi (Suripin, 2004) ;

1. Luas dan bentuk DAS

Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila aliran permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas DAS. Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga penyebaran atau intensitas hujan

2. Topografi

Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan lahan, keadaan dan kerapatan parit dan / atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan kemiringan curam disertai parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi


(71)

43

dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang parit per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran permukaan.

3. Tata guna lahan

Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan.


(72)

44

2.9. Pengertian Web

Menurut Abdul Kadir (2005:2) World Wide Web (WWW) atau biasa disebut dengan Web merupakan salah satu sumber daya Internet yang berkembang pesat. Saat ini, informasi Web didistribusikan melalui pendekatan hyperlink, yang memungkinkan suatu teks, gambar, ataupun objek yang lain menjadi acuan untuk membuka halaman-halaman Web yang lain. Dengan pendekatan hyperlink ini, seseorang dapat memperoleh informasi dengan meloncat dari suatu halaman ke halaman yang lain. Halaman-halaman yang diaksespun dapat tersebar di berbagai mesin dan bahkan di berbagai negara.

Dengan menggunakan pendekatan Web dinamis, dimungkinkan untuk membentuk aplikasi berbasis Web yang berinteraksi dengan database. Sebagai contoh, sistem informasi akademis berbasis Web memungkinkan seorang mahasiswa melihat informasi tentang nilai dari matakuliah-matakuliah yang sudah diambilnya dari luar kampus (dimana saja). Selain itu, pada masa semester baru, mahasiswa dapat memasukkan data KRS (kartu rencana studi) melalui Internet.


(73)

45

2.10. Rapid Application Development (RAD)

2.10.1. Definisi Rapid Application Development (RAD)

RAD atau pengembangan aplikasi cepat adalah pendekatan berorientasi objek untuk pengembangan sistem yang meliputi metode pengembangan serta perangkat lunak (Kendall, 2008).

a. RAD merupakan alat digunakan untuk menghasilkan layar dan menunjukkan aliran keseluruhan aplikasi.

b. Pengguna menyetujui rancangan dan menandatangani model visual.

c. Implementasi kurang karena pengguna membantu untuk merancang aspek bisnis dari sistem.

2.10.2. Tahapan Rapid Application Development

Ada tiga fase Rapid Application Development (RAD) yaitu (Kendall, 2008):

1. Rencana Kebutuhan (Requirement Planning).

Pada tahap ini, user dan analyst melakukan semacam pertemuan untuk melakukan identifikasi tujuan dari aplikasi atau sistem, dan melakukan identifikasi kebutuhan informasi untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini hal terpenting adalah adanya keterlibatan dari kedua belah pihak, bukan hanya sekedar persetujuan akan proposal yang sudah dibuat. Lebih


(74)

46

jauh lagi, keterlibatan user bukan hanya dari satu tingkatan pada suatu organisasi, melainkan beberapa tingkatan organisasi sehingga informasi yang dibutuhkan untuk masing-masing user dapat terpenuhi dengan baik.

2. Proses Desain (Workshop Design)

Pada tahap ini adalah melakukan proses desain dan melakukan perbaikan-perbaikan apabila masih terdapat ketidaksesuaian desain antara user dan analyst.

3. Implementasi (Implementation)

Setelah desain dari sistem yang akan dibuat sudah disetujui baik oleh user maupun analyst, maka pada tahap ini programmer mengembangkan desain menjadi suatu program. Setelah program selesai baik sebagian maupun secara keseluruhan, maka dilakukan proses pengujian terhadap program tersebut apakah terdapat kesalahan atau tidak sebelum diaplikasikan pada suatu organisasi.


(75)

47

Gambar 2.4 Tahapan RAD (Sumber: Kendall, 2008)

2.11. Pendekatan Membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis

Web

2.11.1. Basis Data

Menurut Hariyanto (2004:3) data adalah rekaman mengenai fenomena/fakta yang ada atau yang terjadi. Data merupakan sumber daya penting pada manajemen modern. Lebih lanjut menurutnya, Basis data adalah kumpulan data (elementer) yang secara logik berkaitan dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi pada sistem tertentu. Basis data merupakan komponen utama sistem informasi karena semua informasi untuk pengambilan keputusan berasal dari data di basis data. Pengelolaan basis data yang buruk dapat mengakibatkan ketidaktersediaan data penting yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.


(76)

48

Penggunaan basis data dalam SIG akan mendapatkan keuntungan-keuntungan seperti berikut:

1. Reduksi duplikasi data.

2. Kemudahan, kecepatan dan efisiensi akses data. 3. Penjagaan integritas data.

4. Menyebabkan data menjadi documented dan self-descriptive.

5. Meningkatkan faktor keamanan.

2.11.2. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basisdata atau DBMS (Database Management System) menurut Hariyanto (2004:4) adalah perangkat lunak untuk medefinisikan, menciptakan, mengelola, dan mengendalikan pengaksesan basis data. Fungsi sistem manajemen basis data saat ini yang paling penting adalah menyediakan basis untuk sistem informasi manajemen. Tujuan utama sistem basis data adalah menyediakan lingkungan yang nyaman dan efisien untuk penyimpanan dan pengambilan data dari basis data. Sistem manajemen basis data berperan memberi abstraksi data tingkat tinggi ke pemakai. Tujuan lain sistem manajemen basis data antara lain:


(77)

49

1. Menghindari redundansi dan inkonsistensi data 2. Menghindari kesulitan pengaksesan data 3. Menghindari isolasi data

4. Menghindari terjadinya anomali pengaksesan konkuren 5. Menghindari masalah-masalah keamanan

6. Menghindari masalah-masalah integritas.

2.11.3. Pengembangan Tipe Basis Data Spasial

Aplikasi SIG berbasis internet menurut Eddy Prahasta (2007:19) tidak memiliki tipe data spasial khusus yang baru atau tersendiri, melainkan menggunakan yang sudah ada (yang juga terbaca oleh desktop-based atau workstation: vektor mulai dari coverage ArcInfo, Shapefile ArcView, Table dan MIF MapInfo,DXF/DWG-nya AutoCad,GeoDatabase-nya ArcGis, dan lain sebagainya.

2.12. UML (Unified Modelling Language)

UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang


(78)

50

kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. (Nugroho, 2010).

2.12.1. Sejarah UML

UML pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an ketika Grady Booch dan Ivar Jacobson dan James Rumbaugh mulai mengadopsi ide-ide serta kemampuan-kemampuan tambahan dari masing-masing metodenya dan berusaha membuat metodologi terpadu yang kemudian dinamakan Unified Modelling Language (UML). UML merupakan metode pengembangan perangkat lunak (sistem informasi) dengan metode grafis yang mudah dipahami (Nugroho, 2010).

2.12.2. Diagram Dalam UML

Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam UML untuk menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya (Sholiq, 2006), yaitu :

1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan actor dan hubungan antara mereka. Use case diagram mempunyai peranan penting dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sistem.


(79)

51

Gambar 2.5 Use case Diagram (Sumber: Sholiq, 2006)

2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface lengkap dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Pada classdiagram, terdapat simbol-simbol:

a. Simbol ‘+’ untuk menandakan public

b. Simbol ‘-‘ untuk menandakan private

c. Simbol ‘#’ untuk menandakan protected

Gambar 2.6 Class Diagram (Sumber: Sholiq, 2006)

3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang.


(80)

52

Gambar 2.7 ActivityDiagram (Sumber: Sholiq, 2006)

4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada urutan waktu dari pertukaran message.

Object 2 Object 3

: Object 1

Operation 1 ( )

Operation 2 ( )

Return Object Operation 3 ( )

Operation 5 ( ) Operation 4 ( )

Gambar 2.8 Sequence Diagram (Sumber: Sholiq, 2006)


(81)

53

2.13. ArcView GIS

ArcView GIS merupakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis yang di kembangkan oleh Environmental Research Institute Inc. (ESRI). Dengan ArcView, pengguna dapat melakukan visualisasi, eksplorasi, melakukan query (secara spasial dan non spasial), menganalisis data secara geografis dan sebaliknya. (Prahasta:2002)

Secara umum kemampuan ArcView dapat di jabarkan sebagai berikut : a. Melakukan analisis statistika dan operasi matematika.

b. Menampulkan informasi (basis data) spasial maupun atribut. c. Menjawab query spasial dan atribut.

d. Membuat peta tematik.

e. Melakukan fungsi dasar SIG (seperti : menampilkan peta tematik, melakukan query sederhana) dan fungsi yang lebih kompleks (seperti : menampilkan peta kepadatan, melakukan fungsi keterkaitan dan pengukuran kesimanbungan).

f. Meng-customize aplikasi dengan mengguanakan bahasa pemrograman Avenue yang telah terintegrasi dengan ArcView.

ArcView memanfaatkan data shapefile. Shapefiles adalah data spasial yang bersifat non-topologis untuk menyimpan informasi lokasi geografis beserta atributnya di dalam sebuah kumpulan data. Shapefile


(82)

54

dapat mendukung representasi berbagai macam penampakan baik titik, garis maupun polygon.

Beberapa istilah yang sering di gunakan pada ArcView antara lain themes dan layer. Themes adalah serangkain penampakan geografis dalam sebuah view (tampilan peta). Sebuah themes biasanya berisi satu macam tema data. Misalnya, sebuah theme berisi data tentang jalan, sungai, atau lokasi kantor polisi. Layer dapat di definisikan sebagai tempat suatu data digital di tampilkan dengan mewakili suatu theme tertentu pada suatu view.

2.14. Web GIS

Web GIS merupakan sistem informasi Geografis yang berbasis web yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Web GIS merupakan gabungan antar design grafis pemetaan, peta digital, dengan analisa geografis, pemrograman komputer, dan sebuah database yang saling terhubung menjadi satu bagian web desain dan web pemetaan. Berikut adalah contoh aplikasi Web GIS.


(83)

55

Gambar 2.9 Komponen Web Gis

Dimana sebuah Web-GIS yang potensial merupakan aplikasi GIS atau pemetaan untuk pengguna di seluruh dunia, tidak memerlukan software GIS, tidak tergantung pada platform ataupun sistem operasi.

Kelebihan Web-GIS : a. Satu data yang terpusat.

b. Biaya lebih murah untuk hardware dan software. c. Penggunaan lebih mudah.

d. Pengaksesan yang lebih luas terhadap data GIS dan fungsi-fungsinya.

2.15. Bahasa Pemograman PHP 2.15.1. Pengertian PHP

PHP merupakan kependekan dari kata Hypertext Preprocessor. PHP tergolong sebagai perangkat lunak open source yang diatur dalam aturan General Purpose Licences


(84)

56

(GPL). PHP dilekatkan pada script HTML atau sebaliknya dan PHP dikhususkan untuk pengembangan web dinamis (Suprianto, 2008).

PHP tergolong juga sebagai bahasa pemrograman yang berbasis server (server side scripting). Ini berarti bahwa semua script PHP diletakan di server dan diterjemahkan oleh web server terlebih dahulu dan kemudian hasil terjemahan dikirimkan ke browser client. Secara teknologi, bahasa pemrograman PHP memiliki kesamaan dengan bahasa ASP (Active Server Page), Cold Fusion, JSP (Java Server Page) dan Perl.

Karakteristik yang paling unggul dan paling kuat dalam PHP adalah lapisan integrasi database (database integration layer). Database yang didukung PHP, yaitu Oracle, Adabas-D, Sybase, FilePro, mSQL, Velocis, MySQL, Informix, Solid, dBase, ODBC, Unix dbm dan PostgreSQL (Suwarno, 2008). Contoh script PHP sederhana,

Contoh script PHP

<html> <head>

<title>Belajar PHP</title> </head>

<body> <?


(85)

57

echo “Halo dari PHP!”;

?> </body> </html>

2.15.2. Fungsi dalam PHP

Suprianto (2008) menggambarkan bahwa fungsi adalah sekumpulan baris program yang terdiri atas serangkaian perintah program disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu modul saja. Ada pun manfaat dari penggunaan fungsi adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi penulisan program yang sama.

b. Kemudahan untuk melacak dan memperbaiki program. c. Bisa dipanggil dimana saja, termasuk fungsi yang lain.

Dalam segi pembuatan, fungsi dalam PHP dibagi menjadi 2 (dua) antara lain:

a. Fungsi built-in yang disediakan PHP, fungsi ini tinggal dilakukan pemanggilan saja.

b. Fungsi buatan sendiri, fungsi yang dibuat oleh pembuat program sendiri jika fungsi yang dibutuhkan tidak disediakan dalam PHP.


(86)

58

2.16. OpenGeo Suite

OpenGeo Suite adalah salah satu dari perangkat lunak open source pengembangan dan pengorganisasian sistem informasi geografis berbasis web. OpenGeo Suite terdiri dari PostGIS sebagai DBMS, GeoServer yang merupakan server yang menghubungkan database dengan sistem, GeoWebCache sebagai accelerator yang mengintegrasikan kebutuhan mengenai skala peta yang akan digunakan, OpenLayers sebagai map controls untuk melihat dan melakukan editing terhadap tampilan peta bebasis Javascript, dan GeoExt geospatial web yang memberikan kemudahan dalam pembuatan tampilan web GIS (OpenGeo 2009). Berikut adalah tampilan dashboard dari OpenGeo Suite.


(1)

- 16 -

Pasal 39

(1) Pembangunan prasarana yang berfungsi sebagai pengendali banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

(2) Pembangunan prasarana yang berfungsi sebagai drainase kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf e dilaksanakan oleh bupati/walikota.

Pasal 40

(1) Pembangunan prasarana pengendali aliran permukaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota apabila pengendali aliran permukaan berfungsi sebagai pengendali banjir.

(2) Pembangunan prasarana pengendali aliran permukaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) dilaksanakan oleh bupati/walikota apabila pengendali aliran permukaan berfungsi sebagai drainase kota.

Pasal 41

(1) Pengurangan resiko kerentanan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf b dilakukan melalui pengelolaan dataran banjir.

(2) Pengelolaan dataran banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penetapan batas dataran banjir:

b. penetapan zona peruntukan lahan sesuai resiko banjir;

c. pengawasan peruntukan lahan di dataran banjir; d. persiapan menghadapi banjir;

e. penanggulangan banjir; dan f. pemulihan setelah banjir.


(2)

- 32 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 74 Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI Asisten Deputi Perundang-undangan

Bidang Perekonomian,


(3)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011

TENTANG SUNGAI I. UMUM

Negara Republik Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya air yang melimpah antara lain ditandai dari jumlah sungai yang sangat banyak.

Mengingat distribusi hujan berpola musiman dan kondisi geologi yang berbeda-beda menjadikan aliran sungai di Indonesia sangat bervariasi. Selain itu, karena kondisi geologi yang relatif muda dan iklim tropis dengan matahari bersinar sepanjang tahun, mengakibatkan tingkat pelapukan terhadap batuan sangat tinggi, demikian pula aktifitas erosi dan sedimentasi di sungai. Selanjutnya karena topografinya yang berbentuk kepulauan dengan pegunungan di bagian tengahnya, sungai di Indonesia umumnya pendek dengan kemiringan yang curam kecuali beberapa sungai di Kalimantan dan Papua. Kondisi tersebut menjadikan sungai di Indonesia sangat spesifik dan rentan terhadap berbagai masalah.

Di sisi lain jumlah penduduk Indonesia yang tumbuh dengan pesat dan kecenderungan lahan di sekitar sungai yang dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, telah mengakibatkan penurunan fungsi, yang ditandai dengan adanya penyempitan, pendangkalan, dan pencemaran sungai.

Untuk kepentingan masa depan kecenderungan tersebut perlu dikendalikan agar dapat dicapai keadaan yang harmonis dan berkelanjutan antara fungsi sungai dan kehidupan manusia.

Selain bersifat spesifik, sungai juga bersifat dinamis karena dipengaruhi oleh perubahan debit air dan karakter sungai setempat. Debit air sungai selalu berubah dipengaruhi curah hujan, kondisi lahan, dan perubahan yang terjadi di alur sungai. Karakter setiap sungai ditentukan oleh kondisi geohidrobiologi wilayah dan sosial budaya masyarakat setempat.


(4)

- 15 - Huruf b

Yang dimaksud dengan “tergangggunya aliran dan/atau

keruntuhan tebing sungai” adalah terjadinya gangguan

berupa pengurangan/penyempitan penampang palung sungai dan/atau berupa berkurangnya kestabilan tebing sungai.

Penyempitan palung sungai mengakibatkan kenaikan elevasi muka air sungai yang dapat mengakibatkan banjir,

sedangkan berkurangnya kestabilan tebing sungai

mengakibatkan runtuhnya tebing yang mengancam bangunan atau kepentingan manusia yang ada di dekat sungai.

Pasal 32

Cukup jelas. Pasal 33

Cukup jelas. Pasal 34

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pengelolaan resiko banjir” adalah

kegiatan antisipasi menghadapi resiko banjir yang dilakukan sebelum kejadian banjir dengan langkah-langkah pengurangan resiko.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pemilik kepentingan” adalah semua individu perorangan, grup, perusahaan, organisasi, asosiasi, dan instansi pemerintah yang terkait dalam pengelolaan resiko banjir.

Pasal 35 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pengurangan resiko besaran banjir” adalah upaya mengurangi resiko kerugian banjir dengan cara memperkecil kemungkinan terjadinya banjir, yaitu dengan membangun prasarana fisik yang mampu mengalirkan debit banjir yang lebih besar dan mengurangi puncak aliran banjir.


(5)

(6)