Pengertian Rancang Bangun Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah

2.3. Konsep Dasar Data

2.3.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah segala macam pengolahan terhadap data atau kombinasi-kombinasi dari berbagai macam pengolahan terhadap data untuk membuat data berguna sesuai dengan hasil yang diinginkan. Menurut Jogiyanto 2005 Pengolahan Data adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengolahan data merupakan kegiatan yangdilakukan dengan menggunakan masukan berupa data dan menghasilkan informasi yangbermanfaat untuk tujuan sesuai dengan yang direncanakan.

2.3.2. Data Spasial

SIG mempunyai dua unsur pokok yang menjadi dasar konsep SIG yaitu, informasi spasial, dan data yang mengacu pada kondisi riil bumi, yang dalam proses pengolahan dan penyajiannya ditunjang oleh sistem komputerisasi yang berupa perangkat lunak maupun perangkat keras hardware. Informasi spasial adalah informasi yang mengandung sifat-sifat keruangan di dalamnya. Contohnya, jarak antara suatu objek dengan objek lainnya yang saling terhubung. Vieatoz, 2005. Menurut Puntodewo 2003 data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi spasial dan informasi deskriptif attribute yang dijelaskan berikut ini : 1. Informasi lokasi spasial, berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi lintang dan bujur dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. 2. Informasi deskriptif atribut atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

2.3.3. Format Data Spasial

Menurut GIS Konsorsium Aceh Nias 2007 secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: 1. Data vector Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama, titik dan nodes merupakan titik perpotongan antara dua buah garis. Gambar 2.1 Data Vektor Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. 2. Data raster Data raster atau disebut juga dengan sel grid adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel picture element. Gambar 2.2 Data Raster Pada data raster, resolusi definisi visual tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel ada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.

2.3.4. Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber diantaranya adalah citra satelit, peta analog, foto udara, data tabular dan data survei. Penjelasan dari masing-masing sumber dapat dilihat pada tabel di bawah ini Puntodewo, 2003: Tabel 2.1 Keterangan Sumber Data Spasial No Sumber Data Spasial Keterangan 1. Citra Satelit Data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi. 2. Foto Udara Data ini didapat dengan menggunakan pesawat udara sebagai wahananya dengan cakupan wilayah yang tidak luas. 3. Peta Analog Peta analog merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data. 4. Data GPS Data yang dihasilkan dari GPS Global Positioning System yang memberikan informasi nilai koordinat dimana kita berada. 5. Data Survei Data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan lapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan menggunakan metode survei terestris.

2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang berasal dari dunia nyata geografi dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk yang sederhana sesuai dengan kebutuhan. Menurut Prahasta 2005 dalam beberapa literatur, SIG dipandang sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk bidang kartografi CAC atau sistem komputer untuk bidang perancangan CAD dengan teknologi basis data.

2.4.1. Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis adalah system computer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi Charter, 2004.

2.4.2. Peta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peta adalah “Gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya; representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat- sifat batas daerah, sifat permukaan”. Menurut Barus 1996 peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data yang mentah maupun yang telah dianalisis atau informasi sesuai lokasinya. Dengan kata lain peta adalah bentuk sajian informasi spasial mengenai permukaan bumi untuk dapat dipergunakan dalam pembuatan keputusan.

2.4.3. Skala Peta

Menurut Barus 1996 pengertian skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Skala peta terbagi menjadi: 1. Skala angka atau skala pecahan, contohnya seperti 1:1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata. 2. Skala satuan, misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya. 3. Skala garis, menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada.

2.4.4. Sistem Koordinat

Menurut Prahasta 2005 sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat-koordinat. Sistem koordinat dapat dikelompokkan berdasarkan: 1. Lokasi titik awal ditempatkan. 2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi. 3. Arah sumbu-sumbunya

2.4.5. Grid

Salah satu komponen kartografis yang umumnya ditampilkan dalam peta tematik adalah grid dan graticule. Menurut Prahasta 2007 grid merupakan beberapa garis arcs baik horizontal maupun vertikal yang memiliki keteraturan dalam interval sehingga membentuk geometri-geometri bujur sangkar atau persegi panjang. Keberadaan grid dasarnya berfungsi untuk membantu dalam menempatkan berbagai elemen dalam agar tampak beraturan dan pengguna peta dapat dengan mudah menginterpolasikan koordinat- koordinat suatu unsur pada peta.

2.5. Metode Pengembangan Sistem

Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan sistem Rapid Application Development RAD yang pertama kali dikembangkan oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin Aggarwal, 2006. Rapid Application Development RAD merupakan model incremental dari proses pengembangan perangkat lunak yang menekankan pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen Pressman, 2001.

2.5.1. Perancangan Berorientasi Objek

Object-oriented design OOD adalah suatu pendekatan yang digunakan untukmenentukan solusi terbaik bagi piranti lunak dalam hal perpaduan objek objects, atribut attributes dan metode methods Whitten et al. 2004.

2.6. Sekilas Tentang Kawasan dan Wilayah

Menurut Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031 Pasal 1 ayat 19, Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budi daya. Sedangkan menurut Peraturan yang sama yaitu Pasal 1 ayat 20, Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional.

2.7. Sekilas Tentang Rawan Bencana

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “rawan” merupakkan kata sifat yang mempunyai arti yaitu mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya, sedangkan banjir merupakan salah satu dari kejadian bencana alam. Dalam undang-undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 1 ayat 14 rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Suatu daerah dikatakan rawan banjir apabila, daerah tersebut sering mengalami banjir.

2.8. Pengertian Dasar Tentang Banjir dan DAS

2.8.1. Pengertian Banjir

2.8.1.1. Definisi Banjir

Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang palung sungai atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah dataran banjir sekitarnya. Suripin,”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”. Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak deras karena landai, tetapi durasi banjirnya panjang. Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, di antaranya adalah : 1. Banjir dapat datang secara tiba – tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung mengalir 2. Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit. 3. Pola banjirnya musiman. 4. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama di daerah depresi. 5. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk. Robert J.Kodoatie, Sugiyanto, 2001 “Banjir”. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7, banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 3, Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri danatau kanan sungai yang tergenang air pada saat banjir.

2.8.1.2. Faktor Penyebab Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Berikut yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya adalah : 1. Curah Hujan Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas. 2. Pengaruh Fisiografi Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai DPS, kemiringan sungai, geometrik hidrolik bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai, lokasi sungai dll, merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir. 3. Erosi dan Sendimentasi Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungaisungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai 4. Menurunnya Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat. 5. Pengaruh Air Pasang Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik backwater. Contoh ini terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini dapat terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau. 6. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan. Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia adalah : 1. Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah resapan. Kemampuan DAS, khusunya di bagian hulu untuk meresapkan airmenahan air hujan semakin berkurang oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut dapat memperburuk masalah banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas banjir. 2. Kawasan kumuh Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian sungai merupakan penghambat aliran. Luas penampang aliran sungai akan berkurang akibat pemanfaatan bantaran untuk pemukiman kumuh warga. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan. 3. Sampah Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir. 4. Bendung dan bangunan lain Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik backwater.