penglihatan di masa depan. Karena keistimewaan mengakibatkan Shigeru menjadi saktit jiwa. Ketika sakit jiwa Shigeru telah pulih, Genji pun menceritakan mengenai
pertanda yang didapat olehnya. Namun ternyata Shigeru tidak bisa menjelaskan kepada Genji makna dari pertanda tersebut sehingga Shigeru merasa bersalah
terhadap Genji dan menangis. Tapi setelah itu, Shigeru berhasil mengendalikan diri dari emosinya dan bersikap normal kembali.
4.7 Jin 仁 - kemurahan hati
Jin berarti kemurahan hati yaitu mencintai sesama, kasih sayang, dan simpati. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat
pengasih dan peduli pada sesama manusia. Perhatikan kutipan berikut. “Karena aku adalah pelayan rumah tangga di klanmu. Kamu
berkewajiban melindungiku.
Bahkan dengan
nyawamu jika
diperlukan.” Hide memandang reruntuhan istana di sekelilingnya. Ya, kalau tak
salah persis di tempat ini pertemuannya dengan Hanako terjadi bertahun-tahun lalu. Dia memandangi tanah sebagaimana dia
memandanginya dahulu. Saat itu Hanako hanyalah seorang anak kecil, tetapi dia berani mengingatkan Hide akan hal yang tak pernah dia
lupakan. Seorang samurai adalah seorang pelindung, bukan tukang gertak yang sombong. S1: 364-365
Kutipan di atas terjadi ketika Hide masih berusia remaja dan Hanako masih anak-anak. Pada saat itu ia memerintahkan Hanako yang bertugas sebagai pelayan
rumah tangga untuk melayani dia mengambilkan teh, namun Hanako tidak mau. Kemudian Hide marah dan mengancam Hanako bahwa ia bisa membunuhnya
sekarang. Hanako dengan percaya diri mengatakan bahwa ia tidak akan bisa karena
ia merupakan pelayan rumah tangga di klan tersebut, dan seorang samurai harus melindunginya dengan cara apupun bahkan dengan nyawanya jika diperlukan. Sifat
melindungi tersebut menjadi cerminan dari nilai jin kemurahan hati.
4.8 Tei 悌 - Peduli pada yang lebih tua dan menghargai tradisi
Peduli pada yang lebih tua atau pimpinan dan rendah hati. Samurai sangat menghormati dan peduli pada orang yang lebih tua baik orang tua sendiri, pimpinan,
maupun para leluhurnya. Mereka fokus melayani dan tidak memikirkan jiwa dan raganya pribadi. Perhatikan kutipan berikut.
Genji tertawa dan Hide juga tertawa. Saiki tertawa juga. Dia tidak menyebutkan kalau waktu itu dia baru tiga belas tahun, dan darah
yang tertumpah adalah dua orang petani bersenjata yang baru dia bunuh dengan pedang katana pertamanya. Dia senang ceritanya
membuat Genji bersemangat lagi. Sedikit mengorbankan martabatnya demi junjungannya bukanlah masalah besar. S1: 575
Dapat dilihat dari kutipan di atas bahwa Hide sedikit mengorbankan martabatnya dengan membuat cerita yang memalukan tentang dirinya agar
junjungannya terhibur. Samurai akan melakukan apapun demi tuannya walaupun hal itu harus mengorbankan harga dirinya.
Sosok seorang samurai bukan hanya menjadi pelayan tuannya, tapi juga hidup untuk melayani hatinya. Karena itu mereka selalu berusaha untuk hidup dengan
pikiran yang jernih dan hati yang murni. Ini dapat dilihat dalam kutipan novel berikut. ...“Hanako. Sebentar.” Apa yang telah dilupakannya? Oh, ya. “ Kalau
si kurir kembali ke Edo besok , kau akan menemaninya. Di sana kau akan bergabung dengan staf rumah tangga Lord Genji di Istana
Bangau yang Tenang.” “Baik, Tuan.” Meskipun perintah itu datang tiba-tiba Hanako tidak menunjukkan tanda-tanda terkejut. Dia menurut
tanpa bertanya, yang merupakan tanggapan semestinya terhadap
tuannya. “Kau sudah melayaniku dengan sangat baik, Hanako. Orangtuamu pasti bangga denganmu.” Kiyori, tentu saja, tidak
meminta maaf atau memberikan penjelasan karena mengirimnya pergi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. “Terima kasih, Tuan. Anda telah
bermurah hati menerima ke tidakbecusan saya selama ini.” Kiyori
mengabaikan pernyataan kerendah-hatian yang diucapkan dengan resmi itu. “Aku akan sangat berterima kasih kalau kau melayani
cucuku juga.” “Ya, tuan. Saya akan melakukannya sebaik mungkin.” S2: 28-29.
Dalam kutipan di atas terjadi dialog antara Hanako seorang samurai perempuan dengan tuannya Lord Kiyori. Hanako menerima perintah dari tuannya dan
walaupun perintah itu datang tiba – tiba tapi ia tetap menurut, yang merupakan
tanggapan semestinya terhadap tuannya. Dan Lord Kiyori, seorang tuan tidak perlu memberikan alasan untuk sebuah perintah kepada anak buahnya. Mendapatkan
sebuah pujian dari tuannya, Hanako pun membalas dengan pernyataan yang bersifat kerendah-hatian.
65
BAB V NILAI BUSHIDO DAN PENYIMPANGANNYA DALAM
DWILOGI NOVEL SAMURAI
Pada dwilogi novel Samurai ini banyak terdapat mengenai nilai – nilai
bushido di dalamnya baik di novel Samurai: Suzume no Kumo maupun sekuelnya yaitu novel Samurai: Aki no Hashi. Namun pada novel Samurai: Aki no Hashi sudah
terdapat penyimpangan – penyimpangan dari nilai bushido yang dilakukan oleh tokoh
di dalam novel tersebut. Penyimpangan nilai bushido yang paling banyak terdapat di dalam novel ini adalah penyimpangan dalam nilai
– nilai kesetiaan.
5.1. Penyimpangan Nilai Bushido