kecenderungan, Hide adalah seorang samurai yang setia terhadap tradisi. Balas dendam adalah satu-satunya motivasi yang dapat
dipahaminya benar, dan dia mengasumsikan semua samurai adalah sama
– kecuali Lord Genji, yang dipandang Hide sebagai nabi yang unik dan menimbulkan ketakziman tiada bandiing. S2: 125.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa samurai sangat setia terhadap tradisi. Salah satunya adalah adauchi yaitu mewujudkan balas dendam tuan.
4.2 Rei 礼- Kehormatan
Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang selalu mereka jaga dengan berperilaku terhormat. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
“Ya tuanku,” kata Sohaku. “Kami telah tiga kali berusaha menangkapnya kembali. Pada usaha pertama saya mendapat ini.”
Sohaku menunjuk pada bengkak yang melintang di dahinya. “Jika dia betul-betul menggunakan pedang dan bukan pedang kayu, hamba
pasti terselamatkan dari rasa malu untuk menyampaikan laporan
kegagalan ini pada Anda.” S1: 227 Rasa malu merupakan budaya leluhur dan turun-temurun bangsa Jepang yang
dimiliki oleh para samurai.Kegagalan usaha para samurai termasuk Sohaku untuk menangkap Shigeru yang memiliki gangguan jiwa pada saat itu menjadi rasa malu
baginya. Rasa malu tersebut berhubungan dengan kehormatan dan harga diri Sohaku.
Genji tertawa dan Hide juga tertawa. Saiki tertawa juga. Dia tidak menyebutkan kalau waktu itu dia baru tiga belas tahun, dan darah
yang tertumpah adalah dua orang petani bersenjata yang baru dia bunuh dengan pedang katana pertamanya. Dia senang ceritanya
membuat Genji bersemangat lagi. Sedikit mengorbankan martabatnya demi junjungannya bukanlah masalah besar. S1: 575
Kutipan di atas terjadi ketika Genji sedang sakit karena dalam proses penyembuhan luka akibat dari pertempuran dengan pihak musuh. Demi menjaga
kehormatan sang junjungan, maka Saiki berbohong untuk menyenangkan hati tuannya dan tidak menjatuhkan harga dirinya. Dapat dilihat dari kutipan di atas
bahwa Hide sedikit mengorbankan martabatnya dengan membuat cerita yang memalukan tentang dirinya agar junjungannya terhibur. Samurai akan melakukan
apapun demi tuannya walaupun hal itu harus mengorbankan harga dirinya.
4.3 Yū 勇- Keberanian
Samurai harus memiliki keberanian dan tidak memiliki rasa takut di hati. Seorang samurai tidak boleh memiliki sifat pengecut. Hal ini dapat kita lihat dari
kutipan berikut. “Tindakanmu selama perjalanan ke sini patut diteladani,” kata Genji.
“Aku terkesan oleh keahlian dan keberanianmu. Tetapi, utamanya aku terkesan pada sifatmu yang tegas dan cepat dalam membuat keputusan.
Di zaman yang serba tak menentu ini, seorang samurai yang tidak ragu-ragu adalah benar-
benar samurai sejati.” “Saya tak pantas dipuji seperti itu,” kata Hide, membungkuk lagi.
Meski dia mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kerendahan hati, dia tetap merasakan timbulnya rasa bangga di dadanya. “Kamu tak
berhak berkata seperti itu,” kata Shigeru. “Ketika tuanmu bicara, kamu hanya boleh diam, berterima kasih, meminta maaf, atau patuh
sesuai dengan perintahnya. Itu saja.” S1: 266 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hide adalah seorang samurai yang
pemberani. Seorang samurai harus memiliki sifat pemberani dan bukannya penakut. Seorang samurai juga harus memiliki sikap rendah hati, dan tidak sombong. Selain
itu, jika tuan sedang berbicara maka samurai hanya boleh diam, berterima kasih, meminta maaf, atau patuh sesuai dengan perintahnya.
Itu adalah sebuah pertanda. Para dewa tidak menyetujui. Itu jelas bagi setiap orang. Jadi, Hironobu tidak membunuh dirinya. Alih-alih,
diputuskan bahwa dia akan memimpin beberapa gelintir samurai mereka yang tersisa untuk menghadapi musuh malam itu juga. Alih-
alih mati di pinggir sungai, dia akan mati di medan perang. Sama- sama mati, tetapi kematian yang lebih berani, dan dewa perang,
Hachiman, menyukai orang-orang yang berani. Go akan memastikan bahwa anak laki-laki itu tidak tertangkap hidup-hidup oleh musuh.
S2: 317.
Kutipan di atas terjadi di saat Hironobu akan melakukan bunuh diri dengan cara hara-kiri. Akan tetapi, sesaat sebelum Hironobu melakukan hara-kiri, ribuan
burung gereja tiba-tiba bangkit dari dasar sungai yang kering. Mereka melintas tepat di atas Hironobu. Di bawah mereka, cahaya dan bayangan yang bergoyang-goyang
menciptakan ilusi bahwa Hironobu sendirilah yang bergoyang-goyang. Semua orang melihatnya. Beberapa di antara mereka menjerit. Dan semua yang menyaksikan
berpendapat bahwa itu merupakan sebuah pertanda. Mereka menganggap bahwa dewa tidak menyetujui Hironobu bunuh diri. Akhirnya, diputuskan bahwa dia akan
memimpin beberapa orang samurai yang tersisa untuk menghadapi musuh, dengan pemikiran bahwa ia tidak akan mati di pinggir sungai melainkan di medan perang.
Kutipan di atas mencerminkan salah satu aspek dari nilai bushido yaitu keberanian.
“Baik, Ibu. Tetapi, kupikir aku tidak akan mati dalam pertempuran ini.” Dia menyusupkan jarinya ke bawah helm dan menggaruk-garuk.
“Seratus tahun lalu, dalam Pertempuran Ichinotani, Lord Yoshitsune hanya mempunyai seratus orang prajurit untuk melawan ribuan musuh.
Seperti aku. Seratus dua puluh satu melawan lima ribu. Dia menang, aku juga akan menang. Akankah mereka menyebarkan kisah tentang
aku setelah aku tiada? Kup ikir begitu.” S2: 319.
Kutipan di atas merupakan perkataan dari Lord Hironobu yang ketika itu masih anak-anak namun sudah diangkat menjadi daimyo karena sang ayah terbunuh.
Kutipan di atas menunjukkan Lord Hironobu yang masih kecil namun sudah memiliki salah satu aspek dari nilai bushido yaitu aspek keberanian yu.
4.4 Gi 義 - Integritas