79
batik-batik ini bersatu dalam satu wadah. Jadi kumpulan dari pembatik- pembatik ini yang membuat baju seragam itu kebetulan ibu ketuanya.
4.7. Usaha Kecil dan Menengah Dalam Menghadapi MEA
Masyarakat Ekonomi Asean MEA AEC Asean Economic Community 2015 adalah proyek yang telah lama disiapkan seluruh anggota ASEAN yang
bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dan membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Dengan
diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-
masing negara. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha untuk
mempersiapkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang MEA 2015. Tidak bisa dipungkiri, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN akan memberikan
dampak positif dan negatif bagi industri-industri. Dampak positif yang ada antara lain adalah terciptanya pasar internasinal yang lebih luas, sementara dampak
negatif yang bisa dipastikan muncul adalah persaingan pasar internasional yang akan semakin tinggi bagi UKM di Indonesia.
Dalam hal tersebut diatas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan sudah menanggapinya dengan mulai membicarakannya di setiap
pertemuan-pertemuan pameran dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan dan instansi lain. Hal ini terlihat dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Ir. Nurdin Asyari, M, Si.
Universitas Sumatera Utara
80
Strategi apa saja yang yang akan dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan untuk para pelaku UKM untuk menghadapi MEA ?
Kuncinya itu pelatihanlah. Apa pun ceritanya kuncinya tetap pada pelatihan-pelatihanlah. Dan kedepan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan membawa mereka lebih sering pameran dan magang atau belajar di daerah-daerah lain yang desainnya lebih tinggi
dari kita. Intinya kita jangan malu untuk belajar. Contohnya dengan sepatu, produk kita kalah jauh dengan produk sepatu yang ada di Bandung.
Mungkin kedepan dengan anggaran yang ada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan coba bawa pengrajin sepatu kita ke Bandung
untuk belajar desain-desain sepatu yang lebih bermutu. Dan untuk batik juga mungkin Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan akan kita
magang pelaku UKM kita itu di Solo atau di Jogja guna untuk lebih memperhalus motif-motif batik kita itu. Itu semua dilakukan untuk
menyaingi semuanya. Sudah seberapa sering MEA ini dibahas di kalangan pemerintahan ?
Sudah sering ya. Kita dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, dari Dinas Koperasi Provinsi dan lain sebaginya itu hampir dalam setiap
segala kesempatan itu membicarakan tentang MEA ini, bagaimana kita antisipasinya kedepan. Itu tetap pembicaraan itu tidak ada putusnya.
Makanya semua pelaku UKM itu dituntut untuk harus lebih kreatif, kualitasnya lebih tinggi, jangan sampai kalah bersaing dengan produk lain,
karena UKM ini yang di kedepankan dalam hal MEA ini, jangan sampai
Universitas Sumatera Utara
81
kita hancur nanti ditimpa produk lain misalnya produk dari Cina, Taiwan dan negara lainnya. Karena produk mereka sudah luar biasa dibandingkan
dengan produk kita. Adakah bentuk sosialisasi atau pengenalan tentang MEA ini kepada para pelaku
UKM ? Pada saat-saat pelatihan atau seminar Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan perkenalkanlah itu tentang MEA pada saat acara pembukaan atau mengasih kata sambutan. Untuk lebih bersaing
dalam MEA baru sebatas itu sosialisasinya. Ada atau tidak pak pelaku UKM itu yang bertanya tentang “apa itu MEA” atau
bahkan yang sudah faham tentang MEA itu sendiri ? Ada, malah itu terjadi di tahun yang lalu malahan. Tahun inikan belum
mulai pelaksanaan pelatihan, karena inikan baru triwulan satu. Pelatihan itu biasanya pada triwulan dua, tiga dan empat itu berlangsung.
Dulu namanya AFTA ya kan pak, jadi apa perbedaan antara AFTA dan MEA ini ? Kalau AFTA kan belum pasar bebas dalam artinya masih terbatas,
sedangkan MEA inikan sudah lebih dari AFTA dalam artian sudah pasar bebas. Orang Thailand kan sudah masuk ke Indonesia. Pekerja Thailand
bisa kita kerjakan di Indonesia. Seperti itulah kiranya. Tidak kalah dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, UKM
CENTER SUMUT juga memiliki strategi bagi para pelaku UKM dalam
Universitas Sumatera Utara
82
menghadapi MEA. Hal yang di peroleh peneliti dari hasil wawancara dengan ketua UKM CENTER SUMUT Bapak Ir. Deni Mirza, MM.
Adakah strategi khusus dari UKM CENTER SUMUT untuk pelaku usaha dalam menghadapi MEA ?
Sangat ada. UKM CENTER SUMUT di tahun 2010 sudah mulai mempersiapkan. Ada bukti kegiatan kita di tahun 2010 di hotel Saudara
Syariah, dan mengundang pihak BUMN yang datang dirut SDM PTP IV, rektor UISU, kepala dinas diwakili oleh staffnya, orang perbankan diwakili
oleh Bank SUMUT. Di seminar itu kita sudah mulai membicara persiapan menyambut AFTA karena pada masa itu namanya AFTA baru kemudian
muncul MEA. Untuk menyambut MEA di akhir tahun 2014 UKM CENTER SUMUT membuat seminar Nasional. Hadir DPR RI Bapak Gus Irawan,
hadir kepala dinas dari pihak pendidikan tetap abang libatkan. Kita bicarakan persiapan UKM menyambut MEA. Sudah mulai ada persiapan.
Kita sudah mulai persiapan UKM masuk Carefour, itu adalah persiapan untuk menyambut MEA menggunakan fasilitas pasar modern dalam
memperpanjang jaringan pemasaran produk UKM. Itu sudah kita lakukan. Kita juga sudah lakukan bagaimana pendidikan pelaku usaha itu di
tingkatkan. Pelatihan-pelatihan kepada pelaku UKM kita tingkatkan juga. Sehingga kawan-kawan sudah terbiasa, kami sudah masuk hotel, untuk apa
? pengembangan luas, pelaku usaha bisa duduk sama dengan orang nomor satu di perbankan sudah kita lakukan dimulai dari tahun 2014-2015 itu di
hotel Santika di sponsorin oleh seluruh dana BRI, dan di fasilitasi oleh Bisnis Indonesia dan Kompas. Sejauh itulah yang sudah UKM CENTER
Universitas Sumatera Utara
83
SUMUT lakukan. Kenapa harus masuk keperguruan tinggi ? kita gencar dalam pembelajaran. Kita sudah persiapkan kepada mahasiswa agar
menjadi lebih tangguh untuk menghadapi tantangan itu. Kenapa ? karena mereka adalah orang-orang terdidik. Kita tidak cukup kuat kalau pelaku
usaha kita berpendidikan dibawah ataupun SMA. Karena tantangan kita adalah para pembisnis-pembisnis yang menguasai teknologi. Mau tidak
mau peran pendidikan itu sangat strategis. Karena perguruan tinggi adalah pencetak para pembisnis yang minimal sudah mengerti menggunakan
teknologi, wawasan, tingkat kesabaran dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi pintu-pintu pemagar kita menghadapi serangan produk luar.
Makanya UKM CENTER SUMUT sangat berambisi agar lima tahun kebelakang UKM CENTER SUMUT masuk ke perguruan tinggi. UKM itu
harus ada di perguruan tinggi. Ini kalau kita lakukan bersama tahun depan hebat kita. Seorang pembisnis muda sudah memiliki mobil. Seperti itulah
contohnya kira-kira.
4.8. Hambatan Usaha Kecil dan Menengah