22
dan tidak dapat diraba.
31
B. Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal
Adapun tujuan diselenggarakannya penanam modal, dijabarkan dalam
Pasal 3 ayat 2 UUPM, sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya tujuan diselenggarakannya penanaman modal sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 3 Ayat 2 di atas, dapat dilihat bahwa
pembentuk undang-undang telah menggariskan suatu kebijakan jangka panjang yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dunia investasi.
Dalam ketentuan tersebut telah dijabarkan secara limitatif, tujuan yang hendak dicapai.
Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin
31
Ida Bagus Rachmadi Supanca, Op.cit., hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
23
penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa
kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum
32
“mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang
mengganggu mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan insentif yang dilakukan secara transparan dan diatur dengan undang-
undang” .
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu
ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidang- bidang usaha yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan.
Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal
tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan haya itu seringkali suatu negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas,
karena adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing. Berbagai strategi untuk mengundang investor asing telah dilakukan. Hal
ini didukung oleh arah kebijakan ekonomi dalam TAP MPR RI Nomor IVMPR1999 salah satu kebijakan ekonomi tersebut adalah :
33
Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan penghasilan
.
32
Sumbarprov, Tujuan Penanaman Modal, http:svrp1.telkomhosting.com~admin19detail_artikel.php?id=430 diakses pada tanggal 17
Oktober 2015.
33
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
24
devisa dan mampu menghemat devisa, oleh karena itu usaha-usaha di bidang tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang lain yaitu agar terjadi
alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia
34
Untuk bisa memenuhi harapan tersebut, pemerintah, aparat hukum dan komponen masyarakat dituntut untuk segara menciptakan iklim yang kondusif
untuk investasi. Menyadari pentingnya penanaman modal asing, pemerintah Indonesia menciptakan suatu iklim penanaman modal yang dapat menarik modal
asing masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman modal asing dan
kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya tidak akan merugikan kepentingan nasional dan kepentingan investor.
. Upaya pemerintah untuk mencari modal asing agar mau kembali
menanamkan modalnya di Indoensia sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Ditambah lagi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada
tahun 1998, penanaman modal di Indonesia semakin menurun. Jangankan menarik investor, menjaga investor yang sudah ada saja belum maksimal, misalnya dengan
tutupnya perusahaan asing seperti PT. Sony Electornics Indonesia pada 27 November 2002. Hal ini menimbulkan ketidak pastian perekonomian dunia dan
berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia terutama terhadap penanam modal, padahal pemerintah telah mencanangkan tahun 2003 sebagai tahun
investasi.
34
Khairunnisa Fathin, “Neraca Pembayaran dan Tingkat Ketergantungan Pada Modal Asing”,
https:khairunnisafathin.wordpress.com20150821neraca-pembayaran-dan-tingkat- ketergantungan-pada-modal-asing diakses pada tanggal 21 Agustus 2015.
Universitas Sumatera Utara
25
Usaha pemerintah untuk selalu memperbaiki ketentuan yang berkaitan dengan penanaman modal asing antara lain dilakukan dengan memperbaiki
peraturan dan pemberian paket yang menarik bagi investor asing. Pada akhirnya harus tetap diingat bahwa maksud diadakannya penanaman modal asing hanyalah
sebagai pelengkap atau penunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan ketentuan swadaya
masyarakat, oleh karena itu pemerintah harus bijaksana dan hati-hati dalam memberikan persetujuan dalam penanaman modal asing agar tidak menibulkan
ketergantungan pada pihak asing yang akan menimbulkan dampak buruk bagi negara ini dikemudian hari.
Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi yang meliputi:
1. Kebijakan Ekonomi Jilid I, yaitu dorongan terhadap daya saing industri
nasabah melalui deregulasi, penegakan hukum dan kepastian usaha. 2.
Kebijakan Ekonmi Jilid II, yaitu adanya upaya meningkatkan investasi bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi untuk mempermudah investasi
baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Untuk menarik penanaman modal terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah
memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah
bisa langsung melakukan kegiatan investasi. 3.
Kebijakan Ekonomi Jilid III, yaitu memperbaiki dan mempermudah iklim usaha, serta memperjelas pengurusan perizinan dan syarat berusaha di
Universitas Sumatera Utara
26
Indonesia. 4.
Kebijakan Ekonomi Jilid IV, yaitu terfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain formula upah minimum provinsi UMP, memperluas penyaluran
kredit usaha rakyat KUR, khususnya bagi pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
5. Kebijakan Ekonomi Jilid V, yaitu revaluasi aset untuk perusahaan dan badan
usaha milik negara BUMN serta individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk real estate investment trust REIT.
6. Kebijakan Ekonomi Jilid VI, ada 3 kebijakan deregulasi yang dikeluarkan
yakni : a.
Upaya menggerakkan perekonomian diwilayah pinggiran melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus KEK.
b. Penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan.
c. Proses cepat Paperless Perizinan Impor Bahan Baku Obat.
Dilihat dari beberapa kebijakan tersebut yang berhubungan dengan upaya mengundang investor terletak pada kebijakan ekonomi jilid II, dengan upaya
memberikan layanan lebih cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu tiga jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor
sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.
C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal