Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

2. Memiliki hubungan sosial yang bermanfaat Diener dan Seligman menemukan bahwa orang yang bahagia cenderung memilki hubungan sosial yang bermanfaat. Mereka adalah orang yang memiliki pernikahan yang baik, memiliki banyak teman yang bisa dipercaya, dan bertahan lama dengan bos mereka. 3. Menggunakan kebiasaan berpikir positif Lyubomirsky menemukan perbedaan gaya berfikir antara orang yang bahagia dibanding yang lainnya. Hasilnya yaitu orang yang bahagia kurang rentan terhadap refleksi diri perenungan, dan lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam perbandingan dengan teman sebaya dan cenderung untuk menafsirkan peristiwa secara lebih positif.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut Hurlcok 1999 yaitu : a. Kesehatan Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun melakukan apa yang hendak dilakukan. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik menjadi halangan untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan mereka, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia. Universitas Sumatera Utara b. Daya tarik fisik Daya tarik fisik menyebabkan individu dapat diterima dan disukai oleh masyarakat sehingga menyebabkan meraih prestasi yang lebih besar daripada individu yang kurang memiliki daya tarik fisik. c. Tingkat Otonomi Semakin besar tingkat otonomi yang dimiliki individu, maka semakin besar kesempatan individu untuk bahagia. Hal ini ditemukan baik pada masa kanak-kanak maupun masa dewasa. d. Kesempatan-kesempatan interaksi diluar keluarga Orang akan merasa bahagia jika memiliki hubungan sosial dengan seseorang di luar lingkungannya, ketimbang apabila hubungan sosial mereka terbatas pada anggota keluarga. e. Jenis pekerjaan Semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk otonomi maka kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya akan semakin berkurang. f. Status kerja Ketika seseorang berhasil melaksanakan suatu tugas, maka akan dikaitkan dengan prestise, sehingga menimbulkan kepuasan yang besar terhadap pekerjaannya. g. Kondisi kehidupan Kondisi kehidupan akan memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain baik di dalam keluarga maupun dengan teman- Universitas Sumatera Utara teman dan tetangga di dalam masyarakat, sehingga cenderung memperbesar kebahagiaannya. h. Pemilikan harta benda Pemilikan harta benda bukan dalam arti memiliki benda itu yang mempengaruhi kebahagiaan, melainkan cara orang merasakan pemilikan itu. i. Keseimbangan antara harapan dan pencapaian Jika harapan yang dimiliki individu tersebut realistis, maka orang tersebut akan puas dan bahagia jika tujuannya tercapai. j. Penyesuaian emosional Orang-orang yang bahagia mudah menyesuaikan diri dengan baik dan jarang mengungkapkan perasaan-perasaan negatif seperti takut, marah, dan iri hati daripada mereka yang tidak bahagia. k. Sikap terhadap periode usia tertentu Pengalaman bahagia yang akan dialami pada usia tertentu sebagian ditentukan oleh pengalaman-pengalamannya sendiri bersama orang lain semasa kanak-kanak pada usia itu dan sebagian oleh stereotip budaya. l. Realisme dari konsep-diri Orang-orang yang yakin bahwa kemampuannya lebih besar dari yang sebenarnya akan merasa tidak bahagia apabila tujuan mereka tidak tercapai. ketidakbahagiaan mereka dipertajam oleh perasaan tidak mampu dan oleh keyakinan bahwa mereka tidak dimengerti dan diperlakukan kurang adil. Universitas Sumatera Utara m. Realisme dari konsep-konsep peran Orang-orang akan cenderung mengangankan peran yang akan dimainkan pada usia mendatang. Apabila peran yang baru itu tidak sesuai dengan harapan mereka, maka mereka merasa tidak bahagia kecuali jika mereka mau menerima kenyataan peran yang baru itu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan yang dikemukakan oleh Hurlock 1999 tersebut juga diperkuat oleh Carr 2004 yaitu kesehatan, pekerjaan, kekayaan, dan persahabatan. Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci yang mempengaruhi kebahagiaan yang dikemukakan oleh Carr 2004 : a. Kepribadian Studi Kepribadian mengenai kebahagiaan menunjukkan bahwa orang- orang bahagia dan tidak bahagia memiliki profil kepribadian yang khas, misalnya dalam budaya Barat orang yang bahagia adalah extrovert, optimis, memiliki harga diri yang tinggi dan internal locus of control, sebaliknya orang yang tidak bahagia cenderung memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi. b. Faktor budaya Menurut Triandis, faktor budaya dan sosial-politik juga memainkan peran penting dalam menentukan kebahagiaan. Dalam studi lintas budaya telah ditemukan hubungan antara kesejahteraan subjektif dalam demokrasi yang stabil tanpa penindasan politik dan konflik militer, juga budaya di mana ada kesetaraan sosial memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi, dan dalam budaya individualis kesejahteraan subjektif lebih baik Universitas Sumatera Utara daripada budaya kolektivis. Kebahagiaan juga berkaitan dengan ciri penting dari institusi pemerintahan. kebahagiaan lebih tinggi di negara- negara yang makmur, di negara-negara yang institusi publik berjalan secara efisien, dan di mana terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dan anggota birokrasi. c. Pernikahan Menurut Myers, orang yang menikah lebih bahagia daripada orang yang belum menikah, yang bercerai, berpisah atau tidak pernah menikah. Ada dua penjelasan hubungan antara kebahagiaan dan pernikahan, pertama, bahwa orang yang lebih bahagia menikah dikarenakan mereka lebih menarik sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Kedua, pernikahan menganugerahkan berbagai manfaat, misalnya menyediakan keintiman psikologis dan fisik, bisa memiliki anak dan membangun rumah, memiliki peran sosial sebagai pasangan dan orang tua, dan menegaskan identitas dan memperoleh cucu. d. Hubungan kekerabatan hubungan yang mendukung antara orangtua, anak, saudara kandung, dan anggota keluarga meningkatkan dukungan sosial bagi semua anggota keluarga. Dukungan sosial dapat meningkatkan kebahagiaan, dan dari sudut pandang evolusioner hal ini sudah terprogram untuk mendapatkan kebahagiaan dari kontak kita dengan jaringan kekerabatan. Mempertahankan kontak dengan anggota keluarga dapat meningkatkan dukungan sosial dan ini tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi juga Universitas Sumatera Utara meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi kemungkinan kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan anak. e. Persahabatan Menurut Argyle, mempertahankan hubungan dekat dan erat ditemukan berkorelasi dengan kebahagiaan. Sebagai contoh, dalam sebuah studi ditemukan orang yang paling bahagia sekitar 10 persen dari 222 mahasiswa, dan hal ini dikaitkan dengan kehidupan sosial. Ada tiga alasan terkait hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan. Pertama, orang-orang bahagia mungkin lebih sering dipilih sebagai teman karena mereka adalah orang yang lebih menarik daripada orang yang tidak bahagia. Mereka juga membantu orang lain lebih dari orang-orang depresi yang berfokus pada diri sendiri dan kurang dalam bersikap altruisme. Kedua, persahabatan memenuhi kebutuhan afiliasi dan sebagainya, sehingga membuat kita merasa senang dan puas. Ketiga, persahabatan yang erat memberikan dukungan sosial. f. Agama Menurut Myers, ada hubungan antara kebahagiaan dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan di North studi Amerika, dimana orang-orang yang terlibat dalam agama mungkin lebih bahagia daripada yang lain karena berbagai alasan, Pertama, agama menyediakan sistem kepercayaan yang jelas yang memungkinkan orang untuk menemukan makna hidup dan harapan untuk masa depan. Sistem kepercayaan agama memungkinkan beberapa dari kita untuk membuat rasa kemalangan, stres dan kerugian tak Universitas Sumatera Utara terelakkan yang terjadi selama siklus hidup dan untuk bersikap optimis tentang kehidupan setelah kematian di mana kesulitan-kesulitan ini akan diselesaikan. Kedua, keterlibatan dan kehadiran rutin di pelayanan keagamaan dan menjadi bagian dari komunitas agama menyediakan dukungan sosial bagi individu. Ketiga, keterlibatan dalam agama sering dikaitkan dengan gaya hidup sehat secara fisik dan psikologis ditandai dengan kesetiaan perkawinan, perilaku prososial bukan kriminalitas, kesederhanaa dalam makan dan minum, dan komitmen untuk bekerja keras. g. Kekayaan Profesor Ed Diener menemukan bahwa orang-orang di negara-negara ekonomi yang kurang beruntung memiliki nilai yang rendah untuk kebahagiaan, hal ini terbukti dari korelasi kebahagiaan dan kekayaan sekitar r = 0,6 yang ditemukan di seluruh negara. Tingkat kebahagiaan yang rendah di Rusia dan Turki dan tinggi di Irlandia, Kanada, Denmark dan Swiss. Hal ini mungkin karena orang-orang di negara-negara miskin tidak puas bahwa mereka tidak punya kemewahan yang mereka tahu dari media yang tersedia di negara-negara yang lebih makmur. h. Kesehatan Penilaian subjektif terhadap kesehatan pribadi berkorelasi dengan kebahagiaan. Penilaian subjektif lebih dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian dan strategi penanggulangan, seperti penyangkalan dibandingkan dengan tujuan kesehatan fisik. Orang tinggi pada Universitas Sumatera Utara neurotisisme mungkin mengeluh dari kesehatan yang buruk dan belum dapat dinilai sebagai sehat fisik oleh dokter mereka. Sebaliknya, orang yang dianggap sakit oleh dokter dapat melaporkan merasa cukup baik karena mereka menolak bahwa fisik mereka sakit. i. Pekerjaan Menurut Argyle, Status pekerjaan berhubungan dengan kebahagiaan, orang-orang yang bekerja lebih bahagia daripada mereka yang menganggur, dan orang-orang yang bekerja secara profesional dan memiliki keahlian lebih bahagia daripada mereka yang tidak. Hal ini mungkin karena pekerjaan dapat memberikan stimulus bagi orang untuk menemukan kesenangan, kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan pengembangan keterampilan, berkembangnya jaringan dukungan sosial, dan mendapatkan identitas diri. j. Pendidikan Menurut Diener, tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kebahagiaan dan hubungan ini sangat kuat untuk kelompok berpenghasilan rendah di negara maju dan populasi di negara-negara miskin. Hal ini mungkin karena di negara-negara terbelakang pendidikan memberikan manfaat yang lebih besar. Di negara-negara terbelakang, orang yang berpendidikan rendah kemungkinan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan, dimana mereka bisa mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan dan tempat tinggal. Universitas Sumatera Utara

5. Kebahagiaan pada Lansia