Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi

4.2 Pembahasan 4.2.1 Penentuan Kadar Air Daun Benalu Kopi Dari hasil penelitian diperoleh kadar air untuk simplisia daun benalu kopi adalah sebesar 11. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air ±10 . Tujuan dari penentuan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang besarnya kandungan air didalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan Harborne, 1987. Dan juga proses pengeringan didalam prosedur percobaan bertujuan untuk mencegah kerusakan yang ada dalam tanaman sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan juga bertujuan untuk mencegah penjamuran pada sampel ,dimana kapang dapat berkembang dengan baik dalam simplisia dengan kadar air sekitar 18 Miryanti et al, 2011.

4.2.2 Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi

Dari hasil penelitian yang diperoleh kadar ekstrak metanol daun benalu kopi lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat yaitu masing-masing sebesar 11 dan 20,71. Kadar ekstrak etil asetat daun benalu kopi lebih besar dibandingkan ekstrak metanol kemungkinan karena didalam daun benalu kopi memiliki kadar tanin yang lebih besar dibandingkan dengan senyawa metabolit sekunder lainnya. 4.2.3 Skrining Fitokimia Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dari suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol adalah alkaloid, flavonoid, tanin dan terpenoida, sedangkan dalam ekstrak etil asetat adalah alkaloid, flavonoid dan terpenoid dapat dilihat dari tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Ekstrak metanol daun benalu kopi positif pada golongan alkaloida, apabila direaksikan dengan pereaksi Bouchardat yang menghasilkan endapan cokelat. Pada pembuatan pereaksi Bouchardat, iodin bereaksi dengan ion I - dari kalium iodida menghasilkan ion I 3 - yang berwarna cokelat. Pada uji Bouchardat, ion logam K + akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap Pardede et al, 2013 Gambar 4.6 dibawah ini menunjukkan reaksi alkaloid dengan pereaksi Bouchardat. I 2 + I - I 3 - Coklat Kalium-Alkaloid Endapan cokelat Gambar 4.6 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Bouchardat Pardede et al, 2013. Pada uji flavonoida, penambahan NaOH pada ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi menghasilkan perubahan warna menjadi biru violet yang menunjukkan kandungan golongan flavonoid. Sedangkan penambahan HCl pekat digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan terganti oleh H + dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula dapat dijumpai yaitu glukosa, galaktosa, dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah jingga Sangi et al, 2008. Gambar 4.7 menunjukkan reaksi flavonoid dengan HCl pekat dan serbuk Mg. Gambar 4.7 Reaksi uji flavonoid dengan HCl pekat dan serbuk Mg Sangi et al, 2008 Universitas Sumatera Utara Pengujian tanin dilakukan dengan penambahan larutan FeCl 3 5 pada ekstrak metanol daun benalu kopi sehingga menghasilkan hasil yang positif dan terbentuk warna biru kehitaman. Pada penambahan larutan FeCl 3 5 diperkirakan larutan ini bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Pereaksi FeCl 3 dipergunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk tanin Robinson, 1995. Gambar 4.8 menunjukkan reaksi tanin dengan FeCl 3 . Gambar 4.8 Reaksi uji tanin dengan FeCl 3 Robinson, 1995. Dan juga terpenoid, analisis senyawa didasarkan pada kemampuan senyawa tersebut membentuk warna dengan penambahan CeSO 4 1 dalam H 2 SO 4 10. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi merah kecoklatan yang menunjukkan kandungan golongan senyawa terpenoida. Dari hasil uji skrining fitokimia ekstrak etil asetat mengandung golongan senyawa flavonoida, alkaloida dan terpenoida. Ekstrak metanol dan etil asetat memberikan hasil yang negatif untuk golongan saponin. Ekstrak metanol dapat mengikat golongan flavonoida dan tanin karena pelarut metanol merupakan pelarut yang kepolarannya sangat tinggi sehingga dapat mengikat senyawa polar dan juga senyawa nonpolar. Sedangkan pada ekstrak etil asetat tidak terkandung tanin karena tanin sangat polar sehingga pelarut etil asetat tidak dapat melarutkan tanin. Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Daun Benalu Kopi.