diperlukan agar masyarakat berpartisipasi, yaitu adanya kesempatan untuk membangun kesempatan dalam pembangunan, kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan dan kemauan untuk berpartisipasi.
Menurut Himawan S Pambudi 2003 : 60 yang berhubungan dengan partisipasi dan pemberdayaan, dalam bidang politik adalah menggerakan perubahan sedemikian rupa, sehingga dipenuhinya syarat minimal bagi sebuah kondisi
baru. Syarat yang harus dipenuhi menyangkut dua hal utama, yakni 1 kepastian mengenai pengakuan hak-hak dasar rakyat untuk ambil bagian dalam proses politik; 2 adanya suatu kepastian mengenai mekanisme yang memungkinkan
adanya kontrol dari masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan.
e. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan salah satu dari sejumlah istilah yang memiliki banyak arti, namun biasanya istilah tersebut diterapkan pada aktivitas orang pada semua tingkat sistem politik, pemilih berpartisipasi dalam kegiatan
kampanye, pemberian suara pada pemilu, berpartisipasi dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Akan tetapi dalam hal lain, partisipasi politik juga diterapkan lebih kepada orientasi ketimbang aktivitas Nie dan Verba, 1975
dalam Hadi 2006 : 19. Sebagai definisi umum, dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang
untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah public policy. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintahan atau anggota parlemen dan sebagainya
Budihardjo, 1998:1. Menurut Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social Sciences :
“Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung,
dalam proses pembentukan kebijakan umum” The term “political participation” will refer to those voluntary activities by which members of a society share in the selection of rulers and, directly or
indirectly, in the formation of public policy. Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political Science :
“ Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-tindakan yang
diambil oleh mereka”. By political participation we refer to those legal activities by private citizens which are more or less directly aimed at influencing the selection of government personnel and or
the actions they take.
Samuel P Huntington dan Joan M Nelson dalam No Easy Choice : Political Participation in Developing Countries : “Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang
dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan
kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif”. By political participation we mean activity by private citizens designed on the influence government decision-making. Participation may be
individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective.
Di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan
masyarakat dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat Miriam Budihardjo,
1998: 3. Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan
suatu kebijakan umum dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum. Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi politik ialah
keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya Ramlan Surbakti, 1992: 141.
Menurut Keyth Fauls 1999: 133 dalam Krisno Hadi 2006: 19, ditegaskan bahwa partisipasi politik adalah keterlibatan secara aktif the active engagement dari individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan.
Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah. Sehingga dari pengertian partisipasi politik merupakan pengertian yang luas mencakup aktivitas
mendukung atau terlibat dalam suatu pemerintahan serta aktivitas mendukung atau terlibat dalam suatu pemerintahan serta aktivitas yang berkaitan dengan penolakan atau beroposisi kepada pemerintah.
Bentuk-bentuk partisipasi politik, menurut Gabriel A Almond dalam Krisno Hadi 2006: 19 dibedakan menjadi kegiatan politik konvensional dan non konvensional. Bentuk konvensional adalah bentuk partisipasi yang normal
dalam demokrasi modern. Bentuknya meliputi pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, dan komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.
Bentuk non konvensional adalah beberapa bentuk yang mungkin legal seperti petisi maupun yang ilegal, penuh kekerasan dan revolusioner. Bentuknya meliputi pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindakan
kekerasan politik terhadap harta benda, dan tindak kekerasan politik terhadap manusia.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik