5. Persepsi, Perilaku Pemilih dan
Partisipasi Politik
Dalam Proses
Pemberdayaan Demokratisasi Masyarakat
Dari hasil penelitian dan temuan di lapangan diketahui bahwa pemilih dengan latar belakang jenis pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin dan
usia dalam memberikan persepsi, berperilaku serta dalam berpartisipasi politik berbeda-beda. Berarti masyarakat pemilih dalam menentukan sikap terhadap
Pemilu Legislatif 2004 berbeda pula. Perbedaan di sini terjadi dalam memberikan persepsi, berperilaku maupun dalam berpartisipasi atau tidak
berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif 2004. Untuk membangun persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politik dalam Pemilu Legislatif 2004 dan
Pemilu 2009, maka diperlukan adanya usaha pemberdayaan masyarakat agar pada persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politiknya lebih baik.
Dalam hal ini pengembangan masyarakat yang termasuk di dalamnya pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya sangat erat kaitannya dengan
pendidikan politik dalam Pemilu dalam rangka membangun demokrasi. Untuk menuju Pemilu yang demokratis dengan partisipasi yang tinggi dari masyarakat
diperlukan adanya upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya strategi pemberdayaan masyarakat yang lebih sesuai agar
dalam melakukan pengembangan masyarakat dalam pendidikan politik dan demokratisasi dapat berhasil dengan baik.
Partisipasi begitu penting dalam sistem politik demokrasi karena demokrasi itu sendiri mengasumsikan bahwa yang paling mengetahui tentang
apa yang baik bagi seseorang adalah orang itu sendiri, oleh karena itu dibutuhkan partisipasi secara terus menerus dari masyarakat untuk
menunjukkan apa yang baik bagi dirinya sendiri Muhammad Asfar, 2006:12- 14
Diperlukan adanya upaya strategi pemberdayaan masyarakat yang lebih sesuai agar dalam melakukan pengembangan masyarakat dalam pendidikan
politik dan demokratisasi dapat berhasil dengan baik. Strategi di sini dimaksudkan adalah bagaimana melakukan upaya pemberdayaan kepada
pemilih dengan memperhatikan latar belakang dari masyarakat pemilih. Ada 3 tiga konsep utama pemberdayaan dalam praktek perubahan
sosial, yaitu tradisional, direct action aksi langsung dan transformasi Mark G. Hanna, 1994 dalam Hikmat 2004. Konsep tersebut meliputi konsep 1
Tradisional menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan, 2 Strategi direct action membutuhkan
dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi, 3 Strategi
transformatif yang menunjukkan bahwa pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan sebelum pengidentifikasian kepentingan diri sendiri.
Adapun langkah strategi pemberdayaan yang perlu dilakukan ke depan dalam pemberdayaan pendidikan demokrasi masyarakat dengan menganut
pada konsep utama pemberdayaan yaitu secara tradisional, tindakan langsung direct action serta dengan transformasi informasi dan pengetahuan. Tiga 3
konsep tersebut dilakukan dengan memperhatikan latar belakang masyarakat yang meliputi aspek pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, jenis kelamin dan
usia masyarakat pemilih. Teknik melakukan dalam strategi pemberdayaan
disesuaikan dengan kondisi yang ada dan mudah dipahami oleh masyarakat itu sendiri.
Menurut Rappaport 1985 dalam Hikmat 2004, Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang
menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan
agar individu yang bersangkutan lebih berdaya. Kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
cclix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persepsi pemilih terhadap Pemilu Legislatif 2004
Pengetahuan pemilih terhadap Pemilu Legislatif 2004 adalah untuk memilih partai politik dan wakil rakyat secara langsung, yang dianggap mampu
mewakili suara kebutuhan masyarakat yang telah memilihnya. Pemahaman terhadap Pemilu Legislatif 2004 hanya dipahami oleh panitia pelaksana
Pemilu, simpatisan partai politik, sedangkan sebagian masyarakat umum kurang memahami. Sikap dari berbagai kelompok masyarakat secara umum
menyatakan setuju dengan Pemilu Legislatif, sedangkan sebagian kelompok masyarakat menyatakan tidak setuju, Pemilu dianggap tidak ada manfaatnya
dan tidak seperti yang diharapkan. Tanggapan masyarakat secara umum menyatakan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2004 sudah berjalan baik dan
lancar meskipun sistemnya rumit dan membingungkan. Partai politik dan calon kurang melakukan sosialisasi terhadap program kerjanya ke masyarakat
akibatnya kurang dikenal dan dipahami oleh masyarakat.
2. Perilaku Pemilih Terhadap Pemilu Legislatif 2004
Masyarakat menggunakan hak pilih sesuai dengan hati nurani karena mempunyai alasan, sebagai warga negara Indonesia, untuk mencari pemimpin,
menyalurkan aspirasinya untuk memilih wakil rakyat langsung dan