36
b. Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Menurut Ghozali 2005 : 111, “uji
heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2005 : 111 adalah sebagai berikut :
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2 Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar dbawah 0 dan y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. c. Uji autokorelasi
Menurut Erlina 2008 : 107, “uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1”. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin
Watson DW. Panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menurut Erlina 2008 :107 adalah sebagai berikut:
1 Bila nilai DW terletak antara batas atas dL dan 4-dU, maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi. 2
Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah dL, maka koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.
3 Bila nilai DW lebih dari pada 4-dL, maka maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita sebut variabel bebas ini tidak orthogonal Erlina,
2008 : 105. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidak nya
Universitas Sumatera Utara
37
multikolinearitas antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variable
Inflation Factor dan nilai tolerance. Multikolinearitas terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10.
2. Pengujian hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji denga analisis regresi berganda. Model dalam penelitian ini adalah:
Y = a + X
1
NPF + X
2
CAR + X
3
FDR + X
4
BOPO + e
Penjelasan: Y
= ROA Return on Asset a
= Konstanta X
1-
X
4
= Koefisien regresi NPF
= Non performing financing CAR
= Capital adequacy ratio FDR
= Financing to deposit ratio BOPO
= Beban Operasional pendapatan operasional e
= Koefisien error
a. Uji koefisien determinasi R
2
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, maka digunakanlah koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Dalam penelitian ini, nilai koefisien
determinasi yang dipakai adalah nilai adjusted R
2
. Nilai adjusted R
2
adalah nol sampai dengan
1. Apabila nilai adjusted R
2
semakin mendekati 1, maka variable independennya memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji parsial Uji t
Secara parsial, pengujian hipotesis dilkukan dengan uji t. Menurut Ghozali 2005 : 84, “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
38
mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial individu. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
1 Hipotesis diterima apabila t
tabel
pada sig-prob a 0,05 2
Hipotesis ditolak apabila t
hitung
t
tabel
pada sig-prob a 0,05
c. Uji simultan Uji F