Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi Atau Perusahaan Gaya Kepemimpinan

Berdasarkan definisi yang sudah dijelaskan terdahulu maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan menurut Nawawi 2003:20 merupakan aktivitas seseorang untuk mempengaruhi individu, kelompok, dan organisasi sebagai satu kesatuan sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok dan organisasi agar bersedia melakukan kegiatan atau bekerja untuk mencapai tujuan kelompok dan organisasi.

2.1.5 Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi Atau Perusahaan

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi. Pengarahan terhadap pekerjaan yang dilakukan pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi perusahaan maupun lembaga – lembaga harus di berikan oleh pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat menjadi efektif. Menurut Robin 2003:40 pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Keadaan ini menggambarkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan, jika suatu organisasi atau perusahaan memiliki perbedaan dengan yang lain dapat dilihat dari sejauh mana pemimpinnya dapat bekerja secara efektif. Menurut Kartono 2006:69 pemimpin yang efisien itu mampu menghadapi setiap permasalahan dengan sikap lebih terbuka, dan dengan itikad baik yang besar dari pada seorang pemimpin kerdil serta non efisien yang selalu dipenuhi oleh ide-ide sempit ide fixed. Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Gaya Kepemimpinan

Pengertian gaya kepemimpinan menurut Nawawi 2003:15 adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya. Beberapa Gaya Kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Kepemimpinan Demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal pada diri sendiri dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. 2. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya Otoriter ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin sentralistik sebagai satu-satunya penentu, penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. 3. Gaya Kepemimpinan Bebas Laissez Faire Pada gaya kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan Universitas Sumatera Utara kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Selain itu ada beberapa tipe gaya kepemimpinan lainnya. Menurut Kartono 2008:82. 1. Tipe Karismatik Tipe ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar dan karyawan-karyawan yang bisa dipercaya. 2. Tipe Paternalistik Tipe ini menganggap bahwa bawahannya sebagai9 manusia belum dewasa, tidak memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kepada pengikut atau bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri dan selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar. 3. Tipe Populistis Kepemimpinan populistis lebih berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakt yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan utang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan kehidupan nasionalisme. Universitas Sumatera Utara 4. Tipe Administratif atau Eksekutif Tipe ini mampu menyelenggarakan tugas administratif secara efektif. Para pemimpin terdiri dari Teknokrat, dan administratur yang mampu menggerakkan modernisasi dan pembangunan. Menurut Robbin 2008:90 terdapat 3 macam model gaya kepemimpinan, yaitu: Transaksional, Transformasional, Laissez-faire. Ketiga gaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan Transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Indikator dari model kepemimpinan ini adalah : a. Penghargaan bersyaarat: menjalankan pertgukaran kontraktual antara penghargaan dan usaha. b. Manajemen dengan pengecualian aktif: mengamati dan mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar, serta melakukan tindakan perbaikan. c. Manajemen dengan pengecualian pasif: dilakukan hanya jika standar tidak tercapai. Universitas Sumatera Utara 2. Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan Transformasional adalah pemimpin yang menginpirasikan para pengikutnya untuk menyampaikan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa. Indikator dari model kepemimpinan ini adalah : a. Pengaruh yang ideal: memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, serta mendapatkan respek dan keprcayaan. b. Motivasi yang inspirasional: mengkomunikasikan espektasi yang tinggi, dan menyatakan tujuan penting secara sederhana. c. Stimulasi Intelektual: meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang cermat. d. Pertimbangan yang bersifat individual: memberikan perhatian pribadi, serta melatih dan memberikan saran. 3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire Kepemimpinan ini dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok. Indikator dari model kepemimpian ini adalah: Universitas Sumatera Utara a. Tidak ada ikatan: melakukan pekerjaan dengan semaunya. b. Memberikan reaksi apabila ada masalah: ikut campur bila ada masalah didalam perusahaan. c. Tidak disiplin: selalu terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan. d. Tidak bertanggung jawab: menunda-nunda pekerjaan, sering mengabaikan pekerjaan.

2.1.7 Kinerja Karyawan