96
dinilai paling bertanggung jawab untuk pelaksanaan sosialisasi ini adalah Kementerian Koperasi dan UKM, sebab Kementerian Koperasi dan UKM yang
paling mengerti kondisi UMKM saat ini, mulai dari kondisi geografis, latar belakang pengusaha, jenis usaha sehingga pelatihan dapat sesuai dengan
kebutuhan pengusaha UMKM. Penelitian ini sejalan dengan
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
UTAUT, dimana teori tersebut menjelaskan bahwa pengaruh sosial
socialiInfluence
, yaitu sejauh mana persepsi individu akan keyakinan orang lain dalam menggunakan sistem. Sosilaisasi SAK ETAP merupakan pengaruh sosial
yang mempengaruhi persepsi pemilik UMKM terkait SAK ETAP sehingga dapat berpengaruh terhadap implementasi SAK ETAP. Pada penelitian ini menunjukkan
terdapat pengaruh sosialisasi SAK ETAP terhadap implementasi SAK ETAP, sehinga mendukung teori UTAUT tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rudiantoro dan Siregar 2012 bahwa informasi dan sosialisasi SAK ETAP berpengaruh positif terhadap
pemahaman UMKM terkait SAK ETAP, sehingga mendukung implementasi SAK ETAP.
4.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilik terhadap Implementasi SAK
ETAP
Berdasarkan hasil uji hipotesis H
2
yang berbunyi tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK ETAP pada UMKM dinyatakan
diterima. Dari hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK
97
ETAP pada UMKM. Pengaruh tingkat pendidikan pemilik ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik, maka semakin tinggi pula
implementasi SAK ETAP pada UMKM di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat pendidikan pemilik merupakan pendidikan formal terkhir yang
dimiliki pemilik UMKM, pendidikan formal pemilik UMKM dapat berpengaruh terhadap pengetahuan akuntansi, karena materi akuntansi didapatkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, pengetahuan akuntansi yang lebih terutama didapatkan apabila seseorang menempuh pendidikan dengan jurusan akuntansi.
Pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyerap termasuk akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi dari pengetahuan baru Gray,
2006 dalam Rudiantoro dan Siregar, 2012. Hasil penelitian ini mendukung
Human Capital Theory
oleh Becker 1965 yang menyatakan bahwa pendidikan menanamkan ilmu pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai-nilai kepada manusia karenanya mereka dapat meningkatkan kapasitas belajar dan produksinya. Jadi pendidikan dapat berfungsi meningkatkan
produktivitas dan berperan sebagai sinyal kemampuan. Teori ini menyatakan bahwa investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh besar terhadap
peningkatan produktivitas. Teori tersebut juga menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital atau barang modal sebagaimana barang modal
lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pemilik dapat berpengaruh terhadap implementasi SAK ETAP, dimana pendidikan pemilik
tersebut merupakan suatu bentuk human kapital.
98
Dari hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebanyak 7 responden mempunyai pendidikan terakhir SD, 35
responden mempunyai pendidikan terakhir SMP, 79 responden mempunyai pendidikan terakhir SMA, 57 responden mempunyai pendidikan terakhir S1, 21
responden mempunyai pendidikan terkahir diploma dan 1 responden mempunyai tingkat pendidikan S2. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
responden dalam penelitian ini sebesar 78 responden dari 200 responden mempunyai tingkat pendidikan diatas SMP, sudah menempuh wajib belajar 9
tahun, akan tetapi masih terdapat responden yang mempunyai pendidikan terakhir SD dan SMP yaitu 22 responden dari 200 responden.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rudiantoro dan Siregar 2012 yang menyatakan jenjang pendidikan terakhir berpengaruh
positif terhadap pemahaman pengusaha terkait SAK ETAP. Selain itu, juga sejalan dengan hasil penelitian Aufar 2014 yang menyatakan bahwa pendidikan
terakhir pemilik UMKM berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.
4.2.3 Pengaruh Skala Usaha terhadap Implementasi SAK ETAP