Umur Usaha Budaya Organisasi

39 Skala usaha merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva Ferry dan Jones, 1979 dalam Ambarwati dkk., 2015. Menurut Holmes dan Nicholls 1988, ukuran usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan dan besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi. Indikator skala usaha menurut Holmes dan Nicholls 1988 adalah dapat dilihat dari jumlah karyawan dan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan. Setiyadi 2007 menyatakan skala usaha yang bisa dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah: a. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu. b. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. c. Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu. d. Total aset, merupakan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu.

2.4.4 Umur Usaha

Umur usaha adalah lamanya sebuah perusahaan berdiri, berkembang dan bertahan. Khusna 2013 dalam Tuti dan Dwijayanti, 2014 menyatakan umur usaha adalah banyaknya waktu yang ditempuh oleh usaha dalam menjalankan usahanya untuk menunjukkan kemampuan bersaingnya. Umur perusahaan 40 merupakan lamanya suatu perusahaan telah berdiri dan menjalankan operasi usahanya yang dapat dinyatakan dalam tahun. Umur usaha merupakan lamanya perusahaan berdiri yang dihitung dari tahun perusahaan berdiri. Indikator untuk mengukur umur usaha menurut penelitian Rudiantoro dan Siregar 2012 yaitu umur perusahaan diukur berdasarkan waktu dalam tahun sejak pendirian perusahaan sampai dengan penelitian dilakukan.

2.4.5 Budaya Organisasi

1. Pengertian Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan norma, nilai-niali, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya isi budaya organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga berpengaruh pada pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi Wirawan, 2007:10. Robbins dan Coulter 2010:63, budaya organisasi adalah nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi cara mereka bertindak. 2. Asal Usul Terbentuknya Budaya Organisasi Robbins 2001:523-524 mengungkapkan budaya asli ditunjukkan dari filsafat pendirinya, selanjutnya budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam memperkerjakan karyawannya. Tindakan dari manajemen 41 puncak menentukan iklim umum dari perilaku baik yang diterima maupun tidak. Bagaimanapun karyawan diasosiasikan, tingkat sukses yang dicapai akan tergantung pada kecocokan nilai-nilai yang dianut oleh karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi. 3. Penggolongan Budaya Organisasi Wallach 1983, dalam Anwar dan Amalia 2010, menggolongkan budaya organisasi menjadi tiga observed variableindocator variables , yaitu: a. Birokrat tercemin dalam lingkungan kerja yang terstruktur, teratur, tertib, dan berurutan serta mempunyai regulasi yang jelas. Lingkungan dengan kultur atau budaya birokrat mempunyai garis batas tanggungjawab yang jelas antar bagian atau level birokrasi organisasi. b. Inovatif, memiliki lingkungan kerja yang penuh tantangan, menyediakan tugas-tugas berisiko, dan memerlukan kreativitas untuk menyelesaikannya. Lingkungan kerjanya bersifat menekan, kompetitif, dan berorientasi hasil. c. Suportif ditandai dengan lingkungan kerja yang bersahabat, ramah, saling percaya, adil, saling membantu, dan memberikan kebebasan individu. Kultur ini lebih mengutamakan pembinaan hubungan kepada semua pihak. 4. Dimensi Budaya Organisasi Robbins dan Coulter 2010:63 menyatakan ada 7 tujuh dimensi yang menjabarkan budaya organisasi: 42 a. Inovasi dan pengambilan risiko inovation and risk taking , yaitu seberapa besar organisasi mendorong para karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko. b. Perhatian pada detail attention to detail , yaitu seberapa besar dalam ketelitian, analisis, dan perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya. c. Orientasi hasil outcome orientation , yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian sasaran hasil, ketimbang pada cara mencapai sasaran proses. d. Orientasi manusia people orientation , yaitu seberapa jauh organisasi bersedia mempertimbangkan faktor manusia karyawan di dalam pengambilan keputusan manajemen. e. Orientasi tim team orientation , yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada kerja kelompok tim, ketimbang kerja individu, dalam menyelesaikan tugas-tugas. f. Agresivitas agressiveness , yaitu seberapa besar organisasi mendorong para karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari pada santai. g. Kemantapan stability , yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada pemeliharaan status quo di dalam pengambilan berbagai keputusan dan tindakan. 43 5. Indikator Budaya Organisasi Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel budaya organisasi merujuk pada 7 tujuh dimensi budaya organisasi yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter 2010 yang secara keseluruhan menangkap hakikat budaya organisasi, 7 tujuh budaya organisasi tersebut dikembangkan sehingga dapat mengukur atau menggambarkan variabel budaya organisasi, antara lain: a. Inovasi dan pengambilan risiko inovation and risk taking , yaitu adanya tuntutan oleh perusahaan untuk melakukan inovasi dan keberanian mangembil risiko pada setiap pekerjaan. b. Perhatian pada detail attention to detail , yaitu seberapa besar dalam ketelitian, tanggung jawab, dan perhatian pada detail seperti adanya tata tertib, struktur organisasi, dan kebersihan dalam perusahaan. c. Orientasi hasil outcome orientation , yaitu seberapa besar perusahaan menekankan pada pencapaian sasaran hasil, serta adanya pantauan terhadap kinerja karyawan. d. Orientasi manusia people orientation , yaitu adanya hubungan yang harmonis antara manajer dengan karyawan serta adanya penghargaan berbasis kerja. e. Orientasi tim team orientation , yaitu seberapa besar organisasi menekankan pada kerja kelompok tim, ketimbang kerja individu, dalam menyelesaikan tugas-tugas. 44 f. Agresivitas agressiveness , yaitu seberapa besar organisasi mampu memahami kebutuhan karyawan serta adanya usaha untuk meningkatkan kulitas perusahaan. g. Kemantapan stability , yaitu adanya stabilitas dalam produktivitas, mampu menjaga stabilitas laba yang diperoleh, serta mempunyai konsep arah visi dan misi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan UMKM dan Implikasinya Terhadap Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 (Survei pada UMKM di Kota Bandung)

2 39 60

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi di Bandarlampung)

1 17 53

Implementasi laporan keuangan sesuai SAK ETAP(Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) pada CV.Sapta Putra Mekar

10 71 68

Ilustrasi Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Sak Etap) sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan pada CV Indo Karya.

1 3 18

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH.

0 0 12

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ATAS PERSEDIAAN PADA APOTIK UNO MEDIKA

0 2 10

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 15

KOLABORASI RISET ANALISIS FAKTOR YANG MEMBENTUK PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA KOPERASI DI SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA UMKM (Di Kelurahan Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta) - STIE Widya Wiwaha Repository

0 0 96

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi standar akuntansi keuangan entitas mikro kecil menengah pada UMKM kota Surabaya - UWKS - Library

0 0 15