Kerangka Berpikir Luas Segitiga dengan Ketiga Sisinya Diketahui

{ }{ } { }{ } { }{ } { }{ } Setengah keliling ΔABC adalah Dari , diperoleh: Subtitusi persamaan-persamaan di atas ke √ Terbukti Supriyono, 2007:1

2.1.6 Kerangka Berpikir

Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas X di salah satu SMA di Kab. Brebes, dapat diketahui bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam materi trigonometri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata ulangan harian kelas X materi trigonometri belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata ulangan harian kelas X materi trigonometri pada tahun 20112012 adalah 70. Sekitar 50 peserta didik harus mengalami perbaikan. Ini menunjukkan bahwa persentase ketuntasan masih di bawah kriteria ketuntasan klasikal yaitu sekurang-kurangnya 75. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan memberikan beberapa soal kemampuan pemecahan masalah materi trigonometri, diperoleh kemampuan pemecahan masalah peserta didik di salah satu SMA di Kab. Brebes masih rendah. Menyadari pentingnya belajar kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, sudah sepantasnya kemampuan pemecahan masalah matematika ditingkatkan. Agar kemampuan pemecahan masalah matematika berkembang dan meningkat, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat serta menjadikan pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Namun, jika kita lihat pembelajaran matematika yang berlangsung di sebagian besar sekolah selama ini belum menjadikan pembelajaran matematika sebagai pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Materi trigonometri merupakan salah satu materi yang dikupas di sekolah menengah tingkat atas SMA. Peserta didik merasakan pelajaran trigonometri terutama untuk sub materi aturan sinus, aturan cosinus dan luas segitiga dalam pelajaran matematika merupakan materi yang sulit karena terlalu banyak rumus yang harus dihafalkan. Peserta didik sering lupa dengan rumus dan seringkali mereka kebingungan jika sudah dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan aturan sinus, aturan cosinus dan luas segitiga. Kegiatan pembelajaran disekolah menggunakan model ekspositori dimana peserta didik memperoleh informasi secara langsung tanpa adanya pemahaman yang mendalam. Prestasi peserta didik dengan pembelajaran ekspositori masih belum optimal. Untuk itu perlu adanya pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Hasil penelitian Yu Chang 2009: 9, menyatakan bahwa Model Eliciting Activities berguna untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Dalam Model Eliciting Activities , kegiatan pembelajaran diawali dengan penyajian suatu masalah untuk menghasilkan model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika, dimana peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Vygotsky bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rohayati 2012 dengan judul Penerapan pendekatan Model Eliciting Activities MEAs untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Matematis Peserta didik SMP. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohyati menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Model Eliciting Activities MEAs lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik melalui pembelajaran dengan metode ekspositori dan respon peserta didik terhadap pembelajaran menunjukkan respon yang positif. Penelitian Widyastuti 2012 yang berjudul Pengaruh pembelajaran Model Eliciting Activities terhadap kemampuan representasi matematis dan Self-Efficacy peserta didik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis peserta didik yang memperoleh pembelajaran Model Eliciting Activities secara statistik lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh pembelajaran konvensional. Berdasarkan argumen tersebut, peneliti beranggapan bahwa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Eliciting Activities efektif diterapkan, sehingga nilai kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan banyaknya peserta didik lebih dari sama dengan dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan pembelajaran Model Eliciting Activities lebih baik dari pada peserta didik yang mendapatkan pembelajaran ekspositori .

2.1.7 Hipotesis Penelitian