Yogyakarta”. Kesimpulan dari hasil penerapan siklus III menunjukan adanya peningkatan rerata hasil belajar 83,43
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andini Kusuma Astuti 2007 tentang “Penerapan strategi pembelajaran listening team untuk meningkatkan
aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di SMP N 4 Depok.” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Classroom Action Research
CAR, dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa hasil penerapan siklus III menunjukkan adanya peningkatan keaktifan positif siswa sebesar
50,33, dan keaktifan negatif menunjukan penurunan sebesar 5,76.
C. Kerangka Pikir
Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh guru sebagai pengelola utama. Kemampuan guru di dalam mengatur serta menglola
kelas saat belajar mengajar berlangsung dapat membantu siswa melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Di samping itu juga guru harus
mampu menjabarkan materi ajar ke dalam kegiatan pembelajaran yang bisa mendorong siswa belajar aktif di dalamnya. Kemampuan guru dalam
mengelola dan menerapkan metode serta strategi pembelajaran yang tepat saat pengajaran berlangsung akan meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Sering kali proses belajar mengajar masih cenderung berpusat pada guru, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat kegiatan belajar mengajar tidak terjadi interaksi
antara guru dan siswa. Hal ini dapat ditunjukkan pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa hanya sedikit yang menanggapi. Komunikasi adalah
salah satu hal vital dalam pendidikan. Seorang guru melakukan komunikasi dengan para siswa ketika proses belajar mengajar, dengan komunikasi yang
efektif maka transfer ilmu dan nilai bisa berjalan efektif. Begitu juga sebaliknya, jika komunikasi tidak efektif, maka transfer nilai dan ilmupun
tidak akan optimal. Dampak yang terjadi misalnya siswa lambat dalam memahami pelajaran. Lebih bahaya lagi adalah bisa jadi muncul mis
interpretasi. Siswa salah menginterpretasikan maksud dari guru sehingga yang dia pahami justru hal yang salah.
Metode pengajaran konvensional sering di terapkan secara berulang, sehingga siswa mengalami kebosanan dalam menerima pelajaran, bukan
karena guru tidak bisa mengelola kelas atau menerapkan metode yang tepat sesuai dengan kondisi siswa yang ada, tetapi justru guru menganggap dengan
mengunakan metode ceramah itu lebih cocok dengan karakteristik dirinya. Semua itu dapat menimbulkan kelemahan-kelemahan yang dapat kita lihat,
seperti guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya. Beberapa kasus-kasus yang terjadi siswa enggan
mengajukan pertanyaan dan memilih diam dikarenakan siswa belum mengerti sepenuhnya dan kurang memahami materi, sehingga siswa bingung apa yang
akan ditanyakan. Pemakaian metode ceramah dan modul yang selama ini guru terapkan
dalam pembelajaran tidak sepenuhnya salah, tetapi jika metode ini digunakan
terus menerus maka siswa akan mengalami kebosanan, sehingga di khawatirkan siswa tidak lagi mempunyai minat untuk menerima materi ajar
secara maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk merubah pradigma, bahwa tidak selamanya pembelajaran
konvensional tidak mengajak siswa dalam belajar aktif, namun sebaliknya pembelajaran konvensional juga bisa menjadi pembelajaran yang aktif, yang
bisa mempelajari gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari, jika semuanya dikemas dengan metode dan strategi yang
tepat. Strategi pembelajaran kooperatif listening team merupakan salah satu
strategi belajar yang menitik beratkan pada keaktifan dalam belajar. Karena skenario pembelajaran tersebut sangat mendukung cara belajar siswa aktif.
Strategi pembelajarannya yaitu dalam satu kelas siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat tugas yang berbeda. Tugas-
tugas mereka, antara lain yaitu tim pertama mempunyai tugas bertanya, maksudnya kelompok ini diberi tugas sebagai kelompok penanya, anggota
kelompok ini minimal mengajukan 4 pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. Tim yang kedua kelompok yang menjawab pertanyaan,
maksudnya kelompok ini mendapat tugas untuk menjawab pertanyaan dari kelompok satu. Tim yang ketiga kelompok yang setuju, maksudnya
kelompok ini mendapat tugas menyatakan point yang mereka setujui dari jawaban kelompok dua disertai dengan alasan. Tim yang ke empat tim yang
tidak setuju, maksudnya kelompok ini mendapat tugas point-point mana yang
mereka tidak setujui atau tidak menyepakati dari jawaban kelompok tiga disertai dengan alasan.
Sebelum mereka mengadakan diskusi kelompok, guru menentukan tema atau permasalahan yang hendak di diskusikan misal dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari, agar topik pembicaraan tidak keluar dari tema yang disepakati. Dengan menerapkan metode dan strategi belajar seperti ini mereka
akan lebih senang belajar dengan teman-temannya atau satu kelompok. Siswa yang tadinya enggan berpartisipasi dan aktif dalam belajar akan termotivasi
oleh teman sekelompoknya, mereka akan menunjukkan eksistensi di depan teman-temannya. Adanya kebanggaan terhadap kelompok dalam hal positif
menjadikan kerja sama yang lebih baik secara mental maupun fisik. Kesimpulan dari kerangka pemikiran di atas, yaitu bahwa model
pembelajaran kooperatif dengan strategi listening team merupakan salah satu strategi belajar yang menitik beratkan pada keaktifan dalam belajar. Karena
skenario pembelajaran tersebut sangat mendukung cara belajar siswa aktif. Siswa akan lebih memahami dan mengerti materi ajar yang disampaikan oleh
guru tidak hanya bersifat hafalan saja, sehingga akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata diklat chasis dan pemindah daya di kelas XI
TKR 2 SMK PIRI 1 Yogyakarta.
D. Hipotesis Penelitian