Teori Belajar Yang Dijadikan Dasar Pengembangan Multimedia di

54 oleh persepsi serta pemahamanya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencangkup ingatan, retensi, pengolaan informasi, emosi, dan aspke-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif peserta didik berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih, 2005:36 menjelaskan bahwa proses belajar akan terjadi jika mengikuti proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta didik. proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Pada pengembangan multimedia peneliti memperhatikan sasaran yang akan menjadi pengguna media. Penyesuaian penyampaian materi baik penataan materi penyusunan materi dan penggunaan elemen pendukung untuk memperjelas penyampaian materi dan penyesuaian tata kalimat yang digunakan dalam multimedia akan disesuaikan dengan 55 perkembangan peserta didik, sehingga terjadinya pembelajaran aktif dan efektif pada pengguna media.

2. Teori Konstruktivistik

Menurut Eveline 2014: 39 dalam pandangan konstrutivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Dalam proses belajar pembentukan pengetahuan dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan belajar, aktif berpikir menyusun konsep dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, sedangkan guru dalam proses pembelajaran berperan membantu peserta didik agar proses pengkonstruksian pengetahuan berjalan dengan baik. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri. Menurut Asri Budiningsih 2005: 56 dalam teori konstruktivistik kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara peserta didik tinggal menerimanya. Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh peserta didik setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa peserta didik akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks 56 pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latarbelakang, dan minatnya. Dengan demikian didalam lingkungan belajar akan muncul berbagai pandangan di setiap peserta didik. Berdasarkan penjelasan diatas pembelajaran merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga setiap individu yang belajar akan terus membangun pengetahuan dan pandangan mereka mengikuti pemahaman baru dan pemahaman yang mereka punya. Dalam lingkungan belajar yang aktif akan menciptakan berbagai pandangan di setiap peserta didik. Dalam multimedia pada menu materi selain terdapat penyampaian materi terdapat juga selingan pertanyaan didalamnya yang membuat peserta didik untuk berpikir. Disamping itu peserta didik dapat memilih untuk mempelajari materi yang terlebih dahulu untuk dipelajari sehingga menciptakan pembelajaran aktif pada peserta didik. Dalam materi pengenalan sturktur bumi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks yang dilengkapi gambar dan animasi pendukung. Terdapat simulasi praktek mengenal struktur bumi dengan buah alpukat.

3. Teori Sibernetik

Menurut Asri Budiningsih 2005: 81 teori sibernetik adalah teori belajar yang memandang proses belajar merupakan pengelolaan informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses pembelajaran memang penting dalam teori sibernetik namun yang lebih penting adalah system informasi yang akan dipelajari peserta didik inilah yang akan 57 menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh system informasi. Menurut Reigeluth dkk dalam Asri Budiningsi, 2005: 84 mengembangkan suatu strategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah, yaitu pemilihan, penataan urutan, rangkuman, dan sintesis. Menurut mereka. a. Jika isi mata pelajaran ditata dengan menggunakan urutan dari umum ke rinci, maka isi atau materi pelajaran pada tingkat umum akan menjadi kerangka untuk mengkaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan struktur representasi informasi di dalam LTM long term memory, sehingga akan mempermudah proses penelusuran kembali informasi. b. Jika rangkuman diintegrasikan ke dalam strategi penataan isi atau materi pelajaran. Maka akan berfungsi menunjukan kepada peserta didik informasi mana yang perlu diberi perhatian disamping mengemat kapasitas WM working memory Menurut Suciati dalam Thobroni 2013: 191 ada beberapa langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mengaplikasikan teori belajar sibernetik sebagai berikut: a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. b. Menentukan materi pembelajaran. c. Mengkaji system informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan system informasi tersebut. e. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan system informasinya. 58 f. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. Berdasarkan teori sebernetik dalam pengembangan multimedia memperhatikan kemasan sajian materi pemilihan maupun penataan urutan dan penggunaan rangkuman sebagai salah satu system informasi. Pada bagian materi peserta didik bisa memili materi manakah yang ingin dipelajari terlebih dahulu. Setiap materi disajikan dari materi umum berupa penjelasan awal menuju kedalam materi yang lebih rinci. Dan rangkuman sebagai sajian materi inti pada multimedia.

F. Kedudukan Penelitian Dalam Kawasan Teknologi Pendidikan

Menurut Molenda dalam Dewi Salma 2014: 56 pada skema definisi AECT 2004 menjelaskan bahwa Teknologi Pendidikan adalah studi dan praktek dalam proses memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui proses menciptakan, menggunakan, mengelola proses dan sumber yang tepat. Gambar 1. Skema Definisi AECT 2004 Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen dalam definisi AECT 2004 sebagai berikut : 59 1. Studi Elemen ini mengandung makna bahwa teori dan praktek ke- TP-an didasarkan atas hasil knstruksi pengetauan terus-menerus melalui penelitian dan praktek refleksi studi. 2. Ethical Practice praktek etis Kode etik sebagai landasan praktek. Elemen ini mengandung makna bahwa teknologi pendidikan sebagai profesi harus memiliki kode etik. Dalam hal ini kode etik bukanlah sekedar aturan dan harapan, tapi merupakan landasan praktek. 3. Facilitating Learning Elemen ini mengandung makna bahwa facilitating sama dengan memberikan kemudaan dengan cara merancang, mengorganisasikan sumber-sumber dan menyediakan peralatan yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran sesuai kebutuan, efektif, efisien dan menarik. 4. Improving Performance Elemen ini mengandung makna bahwa improving harus membuat kemudahan, memberikan cara-cara yang terbaik untuk mencapai tujuan, dan mengarah pada kualitas hasilproduk yang dapat diprediksi. Produk atau hasil mengara pada efektifitas belajar ang dapat diprediksi. a. Create Element ini mengandung makna bahwa menbuat atau menciptakan berkaitan dengan penelitian, teori dan praktek dalam membuat atau