Sejarah Pasar Laguboti Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti dari Tahun 1945 - 1999

17

2.2 Sejarah Pasar Laguboti

Sejak dahulu hingga sekarang pasar memegang peranan yang amat penting terutama bagi masyarakat. Pasar bagi masyarakat bukan saja sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar, yang memperkenalkan berbagai alternatif kebudayaan dan akan memberi perubahan-perubahan bagi kehidupan masyarakat, tetapi pasar juga berfungsi sebagai sentral dari masyarakat yang berada disekitarnya, untuk saling berinteraksi serta memberi dan menerima informasi. Pasar sebagai pusat pertemuan penjual dan pembeli ataupun sebaliknya, biasanya berada di tempat- tempat yang strategis, yakni tempat yang mudah dicapai baik oleh pihak penjual maupun oleh pihak pembeli; tempat yang tidak jauh dari tempat hunian; tempat yang aman dari gangguan umum, misalnya di pinggir belahan sungai, dekat persimpangan jalan, dan sebagainya. Terbentuknya pasar ada dua macam: Pertama pasar sebagai lembaga atau tempat orang berjual beli, terjadi secara kebetulan saja. Kedua pasar terjadi berdasarkan suatu perencanaan. Masyarakat merasa kekurangan dalam kehidupan perekonomian di desanya karena belum adanya pasar. Maka sejumlah masyarakat mengusulkan kepada pemerintah untuk segera dibangun pasar di daerah tersebut. Masyarakat bersama aparat pemerintah setempat bermufakat untuk mendirikan pasar di tempat yang telah direncanakan dan disepakati bersama. Pasar itu terbentuk karena adanya kerjasama manusia. Universitas Sumatera Utara 18 Manusia sangat berperan dalam terbentuknya suatu pasar yang artinya bahwa manusia penggerak dari terbentuknya suatu pasar. Dalam kehidupan manusia sehari-hari tempat manusia jual-beli suatu barang disebut pajak akan tetapi hal tersebut hanya berlaku dalam komunitas sehari-hari sedangkan kata yang bakunya adalah pasar. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian dari pajak adalah pungutan wajib, hak untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara sedangkan pasar adalah tempat orang berjual beli. Biasanya setiap pasar yang ada selalu berkaitan dengan nama tempat dimana pasar itu berdiri dan biasanya pasar dikelola oleh pemerintah. Pasar Onan Laguboti adalah salah satu pasar yang dikelola oleh pemerintah maka segala iuran harus diserahkan kepada pemerintah seperti halnya uang sewa tempat berjualan atau sering disebut kios diserahkan langsung kepada pemerintah. Secara historis Pasar Onan Laguboti dulunya disebut Onan Magodang. Onan Magodang ini dulunya hanya merupakan tanah kosong yang digunakan masyarakat sebagai tempat pesanggrahan atau tempat pertemuan raja-raja Batak Raja Bius dalam melakukan pertemuan penting, kecuali hari Senin karena difungsikan sebagai pasar Onan 10 . Pasar Onan Laguboti ini memiliki keunikan tersendiri dari pasar yang lain, nama pasar sekaligus nama kota diambil dari nama seorang anak Bius Sipaut Tua. Bius Sipaut Tua memiliki dua anak yaitu Raja Sibagotnipohan dan Raja Laguboti. 10 A. Kristina Smanjuntak, Wawancara di Pasar Laguboti, Kabupaten Toba Samosir tanggal 7 April 2014 Universitas Sumatera Utara 19 Kecamatan Laguboti dan sekaligus nama pasarnya diambil dari Raja Laguboti karena Raja Laguboti dilahirkan di laguboti. Pada zaman pemerintahan belanda pasar Laguboti selalu berpindah-pindah karena setiap belanda mengetahuinya selalu merusak dan bahkan membakar, walapun begitu penduduk kecamatan Laguboti tidak putus asah karena melalui pasar Onan mereka dapat melakukan transaksi jual beli. Pada tahun 1930 pedagang masih menjajakan barang dagangannya dalam jumlah yang masih relatif sedikit. Jumlah pedagangnya pun masih sedikit, serta jarak berjualannya juga masih benar-benar mengikat di antara para pedagang tersebut. Aturan yang berlaku hanya peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan di antara para pedagang 11 . berjauhan antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya. Para pedagang pada masa itu belum ditentukan tempat berjualannya karena belum memiliki aturan. Para pedagang biasanya menggunakan lahan yang kosong di sekitar Onan Pesanggrahan sebagai tempat menjajakan barang dagangannya. Dengan kata lain, lapaklahan mereka tidak menetap. Siapa cepat dia dapat, istilah tersebut menggambarkan pola hidup pedagang pada masa itu. Siapa yang pertama tiba di areal dagang dialah yang akan menempati areal tersebut hanya untuk hari itu saja. Pada hari selanjutnya, areal dagangnya bisa saja berganti ke tempat lain hanya karena terlambat atau telah ditempati oleh pedagang lain. Atau dengan kata lain, tidak ada peraturan sewa lahan untuk berdagang pada masa itu. 11 Wawancara dengan Op. Parulian Br. Hutahean, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 7 April 2014. Universitas Sumatera Utara 20 Jenis barang dagangan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sayur-mayur, padi, ubi, ikan, pakaian, jagung dan kebutuhan hidup lainnya. Pada tahun 1945 Onan Magodang dipindahkan ke pusat kota di laguboti, seiring dengan perkembanganya Onan diganti menjadi Pasar Laguboti. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, maka bertambah pula para pedagang yang berjualan di pasar laguboti dan barang yang diperdagangkan bukan hanya kebutuhan pokok saja tetapi berbagai jenis kebutuhan lainya. Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah, karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya 12 . Dengan demikian, dulunya jumlah penduduk yang berada di sekitar pasar masih sangat jarang telah berubah menjadi daerah yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka yang datang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan rumah di dekat pasar yang memanfaatkan badan pasar sehingga menyebabkan luas pasar semakin menyempit. Untuk menghindari penyempitan tersebut, masyarakat membuat kawat duri di pinggiran pasar yang berguna untuk membuat batasan antara rumah warga dengan pasar. 12 Zoer, aini, Djamuel Irwin, Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal.74 Universitas Sumatera Utara 21 Seiring dengan kemajuan pada waktu itu, tanah kosong berubah secara perlahan. Sebagian pedagang mulai membuat undung-undung yaitu tenda yang dibangun dengan empat buah bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi pedagang masa itu sangat memprihatinkan. Pada saat hujan turun misalnya, pedagang yang menjajakan barang dagangannya langsung di atas tanah yang beralaskan tikar akan sangat merugi dikarenakan kondisi Onan akan menjadi sangat becek. Oleh karena itu pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang para pedagang memberikan iuran berlebih. Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka tidak memberikan iuran kepada petugas pasar. Pasar Onan Laguboti melakukan aktifitas setiap hari dari pagi sampai sore dan hari pekannya hari Senin. Pada hari senin para pedagang berdatangan dari penjuru daerah bahkan dari luar kecamatan Laguboti karena hanya di Laguboti saja Onan yang di dapatkan di Tapanuli Utara. Para pedangang dan pembeli berdatangan ke Onan Laguboti untuk melakukan transaksi jual beli barang. Universitas Sumatera Utara 22

2.3 Komposisi Penduduk