17
2.2 Sejarah Pasar Laguboti
Sejak dahulu hingga sekarang pasar memegang peranan yang amat penting terutama bagi masyarakat. Pasar bagi masyarakat bukan saja sebagai pintu gerbang
yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar, yang memperkenalkan berbagai alternatif kebudayaan dan akan memberi perubahan-perubahan bagi
kehidupan masyarakat, tetapi pasar juga berfungsi sebagai sentral dari masyarakat yang berada disekitarnya, untuk saling berinteraksi serta memberi dan menerima
informasi. Pasar sebagai pusat pertemuan penjual dan pembeli ataupun sebaliknya,
biasanya berada di tempat- tempat yang strategis, yakni tempat yang mudah dicapai baik oleh pihak penjual maupun oleh pihak pembeli; tempat yang tidak jauh dari
tempat hunian; tempat yang aman dari gangguan umum, misalnya di pinggir belahan sungai, dekat persimpangan jalan, dan sebagainya. Terbentuknya pasar ada dua
macam: Pertama pasar sebagai lembaga atau tempat orang berjual beli, terjadi secara kebetulan saja. Kedua pasar terjadi berdasarkan suatu perencanaan. Masyarakat
merasa kekurangan dalam kehidupan perekonomian di desanya karena belum adanya pasar. Maka sejumlah masyarakat mengusulkan kepada pemerintah untuk segera
dibangun pasar di daerah tersebut. Masyarakat bersama aparat pemerintah setempat bermufakat untuk mendirikan pasar di tempat yang telah direncanakan dan disepakati
bersama. Pasar itu terbentuk karena adanya kerjasama manusia.
Universitas Sumatera Utara
18
Manusia sangat berperan dalam terbentuknya suatu pasar yang artinya bahwa manusia penggerak dari terbentuknya suatu pasar. Dalam kehidupan manusia
sehari-hari tempat manusia jual-beli suatu barang disebut pajak akan tetapi hal tersebut hanya berlaku dalam komunitas sehari-hari sedangkan kata yang bakunya
adalah pasar. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian dari pajak adalah pungutan wajib, hak untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada
negara sedangkan pasar adalah tempat orang berjual beli. Biasanya setiap pasar yang ada selalu berkaitan dengan nama tempat dimana
pasar itu berdiri dan biasanya pasar dikelola oleh pemerintah. Pasar Onan Laguboti adalah salah satu pasar yang dikelola oleh pemerintah maka segala iuran harus
diserahkan kepada pemerintah seperti halnya uang sewa tempat berjualan atau sering disebut kios diserahkan langsung kepada pemerintah. Secara historis Pasar Onan
Laguboti dulunya disebut Onan Magodang. Onan Magodang ini dulunya hanya merupakan tanah kosong yang digunakan masyarakat sebagai tempat pesanggrahan
atau tempat pertemuan raja-raja Batak Raja Bius dalam melakukan pertemuan penting, kecuali hari Senin karena difungsikan sebagai pasar Onan
10
. Pasar
Onan Laguboti ini memiliki keunikan tersendiri dari pasar yang lain, nama pasar sekaligus nama kota diambil dari nama seorang anak Bius Sipaut Tua.
Bius Sipaut Tua memiliki dua anak yaitu Raja Sibagotnipohan dan Raja Laguboti.
10
A. Kristina Smanjuntak, Wawancara di Pasar Laguboti, Kabupaten Toba Samosir tanggal 7 April 2014
Universitas Sumatera Utara
19
Kecamatan Laguboti dan sekaligus nama pasarnya diambil dari Raja Laguboti karena Raja Laguboti dilahirkan di laguboti. Pada zaman pemerintahan belanda pasar
Laguboti selalu berpindah-pindah karena setiap belanda mengetahuinya selalu merusak dan bahkan membakar, walapun begitu penduduk kecamatan Laguboti tidak
putus asah karena melalui pasar Onan mereka dapat melakukan transaksi jual beli. Pada tahun 1930 pedagang masih menjajakan barang dagangannya dalam
jumlah yang masih relatif sedikit. Jumlah pedagangnya pun masih sedikit, serta jarak berjualannya juga masih benar-benar mengikat di antara para pedagang tersebut.
Aturan yang berlaku hanya peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan di antara para pedagang
11
. berjauhan antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya. Para pedagang pada masa itu belum ditentukan tempat
berjualannya karena belum memiliki aturan. Para pedagang biasanya menggunakan lahan yang kosong di sekitar Onan Pesanggrahan sebagai tempat menjajakan barang
dagangannya. Dengan kata lain, lapaklahan mereka tidak menetap. Siapa cepat dia dapat, istilah tersebut menggambarkan pola hidup pedagang pada masa itu. Siapa
yang pertama tiba di areal dagang dialah yang akan menempati areal tersebut hanya untuk hari itu saja. Pada hari selanjutnya, areal dagangnya bisa saja berganti ke
tempat lain hanya karena terlambat atau telah ditempati oleh pedagang lain. Atau dengan kata lain, tidak ada peraturan sewa lahan untuk berdagang pada masa itu.
11
Wawancara dengan Op. Parulian Br. Hutahean, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 7 April 2014.
Universitas Sumatera Utara
20
Jenis barang dagangan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sayur-mayur, padi, ubi, ikan, pakaian, jagung dan kebutuhan hidup lainnya.
Pada tahun 1945 Onan Magodang dipindahkan ke pusat kota di laguboti, seiring dengan perkembanganya Onan diganti menjadi Pasar Laguboti. Seiring
dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, maka bertambah pula para pedagang yang berjualan di pasar laguboti dan barang yang diperdagangkan bukan
hanya kebutuhan pokok saja tetapi berbagai jenis kebutuhan lainya. Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah, karena manusia selalu
berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya
12
. Dengan demikian, dulunya jumlah penduduk yang berada di sekitar pasar
masih sangat jarang telah berubah menjadi daerah yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka yang datang banyak yang
menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan rumah di dekat pasar yang memanfaatkan badan pasar sehingga
menyebabkan luas pasar semakin menyempit. Untuk menghindari penyempitan tersebut, masyarakat membuat kawat duri di pinggiran pasar yang berguna untuk
membuat batasan antara rumah warga dengan pasar.
12
Zoer, aini, Djamuel Irwin, Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal.74
Universitas Sumatera Utara
21
Seiring dengan kemajuan pada waktu itu, tanah kosong berubah secara perlahan. Sebagian pedagang mulai membuat undung-undung yaitu tenda yang
dibangun dengan empat buah bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi pedagang masa itu sangat memprihatinkan. Pada saat hujan turun misalnya, pedagang yang
menjajakan barang dagangannya langsung di atas tanah yang beralaskan tikar akan sangat merugi dikarenakan kondisi Onan akan menjadi sangat becek. Oleh karena itu
pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa
lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang
iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang
para pedagang memberikan iuran berlebih. Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka
tidak memberikan iuran kepada petugas pasar. Pasar Onan Laguboti melakukan aktifitas setiap hari dari pagi sampai sore dan hari pekannya hari Senin. Pada hari
senin para pedagang berdatangan dari penjuru daerah bahkan dari luar kecamatan Laguboti karena hanya di Laguboti saja Onan yang di dapatkan di Tapanuli Utara.
Para pedangang dan pembeli berdatangan ke Onan Laguboti untuk melakukan transaksi jual beli barang.
Universitas Sumatera Utara
22
2.3 Komposisi Penduduk