36
pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa
lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang
iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang
para pedagang memberikan iuran berlebih. Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka tidak memberikan iuran kepada petugas
pasar . Setiap barang telah ditentukan dengan harga yang diatur oleh pihak
pedagang sehingga di pasar terjadi persaingan dalam menentukan harga barang. Istilah yang digunakan pada masa itu adalah sasukku sasukku = 50sen. Pedagang
biasanya menentukan harga barang dengan kebutuhan mereka untuk membeli barang lain yang mereka butuhkan dalam tingkat kewajaran harga yang berlaku di pasar.
Dalam hal ini pemerintah tidak ikut ambil bagian dalam menentukan harga barang di pasar.
3.2 Keadaan Pasar sesudah dipindahkan ke Pasar Laguboti
Pada tahun 1948 di Tapanuli, terlebih di Pasar Laguboti terjadi perombakan secara besar-besaran. Onan Magodang yang dulunya hanya berupa undung-undung
telah dirombak dan secara keseluruhan menjadi bangunan papan yang atapnya telah
Universitas Sumatera Utara
37
dibuat dengan menggunakan tenda sebagai pelindung dari hujan dan terik matahari sebagai tempat berjualan para pedagang. Akan tetapi bentuk fisik bangunannya masih
tergolong sederhana, luas lapak masing-masing tidak merata. Ada beberapa yang luasnya 5x4 meter, dan ada pula yang luasnya hanya 4x3 meter karena lapak
pedagang kain lebih luas dibandingkan dengan lapak pedagang keperluan dapur. Pasar Laguboti dibangun atas kerjasama kementerian perdagangan dengan
pemerintah. Pada tahun itu hanya ada 97 bangunan sebagai tempat berjualan para pedagang
16
. Walaupun telah dibangun lebih baik, ternyata jumlah pedagang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini menyebabkan Pasar Laguboti tidak dapat lagi
menampung banyaknya para pedagang, sehingga banyak di antaranya yang berjualan di luar pasar dengan memanfaatkan badan jalan sebagai tempat berjualannya.
Kebanyakan dari mereka berasal dari luar Kecamatan Laguboti. Para pedagang yang berasal dari luar Laguboti biasanya menggunakan kuda
beban sebagai alat transportasi mereka untuk mengangkut barang dagangannya, saat itu belum ada angkutan kendaraan bermotor. Barang dagangan yang diperjual belikan
pada masa itu tidak jauh berbeda dengan sebelum dipindahkan ke pasar laguboti akan tetapi berubah secara kuantitas. Barang dagangan yang sebelumnya dijual hanya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari saja telah berubah menjadi motif untuk mencari keuntungan lebih yang mampu digunakan untuk hari berikutnya.
16
Wawancara dengan Poltak Hutajulu di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 11 April 2014.
Universitas Sumatera Utara
38
Harga barang dagangan yang dijual pada masa itu pun bervariasi tergantung kepada harga di pasaran. Setelah itu akan terjadi tawar menawar antara pedagang dan
pembeli untuk mencapai kesepakatan harga. Kondisi seperti ini berlangsung cukup lama, hingga dimulainya kedatangan
pedagang dari luar Kecamatan Laguboti Balige, Siborong-borong, Parsoburan, Porsea, Silaen, Dolok sanggul , Silimbat, Borbor tarutung, bahkan dari Siantar dll
pada tahun 1978. Pada tahun 1978 dibangunlah bangunan baru yang lebih mewah. Pasar yang dulunya hanya terbuat dari papan dirubah menjadi pasar dengan bangunan
yang lebih bagus. Bangunannya berubah menjadi bangunan beton dengan ukuran merata yaitu 4x5 meter keseluruhannya. Sementara itu, menunggu pembangunannya
selesai, lokasi Pasar Laguboti untuk sementara waktu dipindahkan ke tanah lapang Tangsi yang masih berada di sekitar wilayah Laguboti itu juga.
Awalnya pemindahan tersebut mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat. Bentuk perlawanan mereka ditunjukkan dengan cara berjualan bukan di
dalam lapangan melainkan di sepanjang jalan hingga ke jalan besar Laguboti. Hal ini sangat mengganggu aktifitas lalu lintas. Pada tahun 1981 pembangunan Pasar
Laguboti yang baru dengan bangunan beton telah rampung. Pedagang pun dipindahkan kembali dari tanah lapang ke dalam Pasar Laguboti yang baru.
Masyarakat pun menerima dengan bangga hasil pembangunan pasar yang baru. Akan tetapi pada tahun 1995 terjadi perubahan yang sangat jauh berbeda dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Pasar dibagi atas beberapa Balerong yaitu:
Universitas Sumatera Utara
39
1. Blairung A
Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual pakaian baru, kain bakal, Ulos, Pakaian baju bekas Monza , barang pecah belah dan alat
dapur seperti keramik, piring, gelas, kaca, ember, serta aksesoris. Dalam hal ini pada balerong pertama ini mereka dikenakan biaya retribusi yang lebih besar yakni 3000
rupiah per hari sebagai sewa lahan. Dengan kata lain mereka harus membayar sewa lahan sesuai dengan tarif yang sudah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Letaknya
berada langsung di depan pintu masuk ke pasar laguboti. 2.
Blairung B Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual sayur-
sayuran, buah-buahan, ikan, dan bahan pangan seperti beras, gula, minyak, dan lain- lain. Dalam hal ini, pada kelas kedua para pedagang dikenakan biaya retribusi sebesar
2000 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya berada tepat di samping blairung A.
3. Blairung C
Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual makanan tradisional seperti pecal, mie sop, mie gomak, teh manis, dan lain sebaginya. Dalam
hal ini, pada blairung C para pedagang dikenakan biaya 1500 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya di samping Blairung B.
Universitas Sumatera Utara
40
Sebenarnya, hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih, di mana pada satu lokasi terdapat berbagai jenis barang dagangan dan juga menjaga kenyamanan
bagi setiap pembeli yang berbelanja di pasar tersebut. Retribusi yang dikenakan per orang dan per hari sepenuhnya diserahkan kepada Dinas Pasar Kecamatan Laguboti.
3.3 Pengelolaan Pasar Laguboti