Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti dari Tahun 1945 - 1999

(1)

PERKEMBANGAN PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945 - 1999 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : Lonny.S. Simanjuntak Nim :100706022

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945 – 1999 SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan O

L E H

NAMA : LONNY.S. SIMANJUNTAK

NIM : 100706022

Pembimbing

Dra. Peninna Simajuntak, MS. NIP. 1961022698602001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945 – 1999

Yang telah diajukan oleh:

Nama : Lonny.S.Simanjuntak

NIM : 100706022

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing

Tanggal, 13 Juni 2014 Dra. Peninna Simajuntak, MS.

NIP. 1961022698602001

Tanggal, 18 Juni 2014 Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M. Hum. NIP. 19640922989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP. 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia UJian

Di terima oleh :

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

Pada Hari :Selasa Tanggal :22 juli 2014

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013197603100

Panitia Ujian

No. Nama Tanda tangan 1 Drs. Edi Sumarno, M.Hum ( ...) 2 Dra. Nurhabsyah, M.Si ( ...) 3 Dra. Peninna Simanjuntak, M.Si ( ...) 4 Dra. Lila Pelita Hati, M.Si ( ...) 5 Drs. Samsul Tarigan ( ...)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sejak awal hingga penyelesaian. Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan dan meraih gelar program sarjana pada Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul, PERKEMBANGAN PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945-1999, sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, banyak rintangan maupun hambatan yang dialami penulis. Akan tetapi dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Juni 2014

Penulis

( Lonny.S. Simanjuntak )


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan tenaga, pikiran, serta bimbingan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Kepada Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, beserta Pembantu Dekan I Dr. M. Husnan Lubis, M.A, Pembantu Dekan II Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, berkat bantuan dan fasilitas yang penulis peroleh di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, maka penulis dapat menyelesaikan studinya.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum sebagai Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan dorongan, nasehat dan motivasi kepada penulis baik selama kuliah maupun pada saat mengerjakan penulisan skripsi ini. Juga kepada Ibu Dra. Nurhabsyah, Msi, sebagai Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU dan juga selaku dosen Ilmu Sejarah yang selalu mengigatkan skripsi dan memberi masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi .


(8)

3. Ibu Dra. Haswita, M.SP. sebagai Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah sabar dan tanpa henti-hentinya memberi wejangan dan nasehat bagi penulis walaupun penulis belum bisa menjadi anak didik yang baik.

4. Terima kasih banyak juga penulis hanturkan kepada Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S. selaku pembimbing skripsi penulis, terimakasih atas segala arahan, bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik Ibu sangat berperan besar menuntun penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen penulis khususnya di Departemen Sejarah. Semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan, juga kepada Bang Amperawira selaku Tata Usaha Departemen Sejarah terimakasih atas bantuanya.

6. Kepada kedua orang tua penulis, Ayah handa M.D. Simanjuntak dan Ibunda H. Hutapea yang telah melahirkan dan memberikan cinta kasih sayang yang tak ternilai harganya, kiranya kasih karunia Tuhan selalu berlimpah kepada mereka. Kepada Kakak dan Abang yang selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis; Kristina Simanjuntak, AMD, Juliana Simanjuntak, Hendra Santo Simanjuntak, ST, Lyssa Mariana Simanjuntak, AMD. Dan juga kepada Adek saya tersayang Dedy Antoni Simanjuntak yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.


(9)

7. Kepada Andreas.T.Sipahutar terima kasih telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

8. Terima kasih juga penulis hanturkan kepada seluruh narasumber dalam penulisan skripsi ini yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh kawan-kawan Mahasiswa Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya stambuk 010 terima kasih atas pengalaman luar biasa yang telah kita lewati bersama. serta abang dan kakak senior yang menjadi penasehat penulis yang senantiasa memberikan masukan positif demi terselesaikannya skripsi penulis, dan juga adik-adik junior penulis ucapkan terima kasih.

Akhirnya dengan rasa suka cita penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala kontribusi yang diberikan dari semua pihak baik yang sudah disebutkan maupun yang belum tak sempat tersebutkan karena adanya keterbatasan. Semoga kebaikan saudara-saudariku yang telah penulis terima sampai saat ini dapat terbalaskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Doa penulis selalu menyertai kalian semua. Amin.

Medan, Juni 2014

Penulis


(10)

Abstrak

Pasar tradisional merupakan sarana pertemuan masyarakat dalam melakukan aktifitas dagang dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Dengan adanya pasar tradisional, keberadaan masyarakat desa sangat terbantu bukan hanya dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup saja., melainkan dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan pasar tradisional tidak berdiri begitu saja, akan tetapi atas keinginan masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal pembangunannya.

Pasar (Onan) Laguboti adalah salah satu pasar tradisional yang keberadaannya masih bertahan hingga sekarang. Pasar (Onan) awalnya hanya sebuah lahan kosong yang selanjutnya dalam perkembangannya mengalami kemajuan baik dari perkembangan kondisi fisik pasar dan perkembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti telah ikut serta mendorong pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti adanya perbaikan jalan dan pembangunan pasar yang lebih memadai. Dapat dikatakan bahwa pesatnya perkembanganm Pasar (Onan) Laguboti telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Dalam hal penulisan skripsi, penulis menggunakan metode penelitian yaitu, heuristik (tahap pengumpulan data/sumber), kritik sumber ( tahap penyeleksian sumber-sumber yang diperoleh), interpretasi (tahap penafsiran dan analisis sumber), dan historiografi (tahap penulisan)

Skripsi ini bersifat deskriptif naratif, dimana penulis mencoba mengungkapkan data maupun menceritakan keseluruhan secara mendetail mengenai PERKEMBANGAN PASAR (ONAN) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945-1999.


(11)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

KATA PENGANTAR ... I UCAPAN TERIMA KASIH ... III ABSTRAK ... IV DAFTAR ISI ... V

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Dan Manfaat ... 8

1.4 Tinjauan Pustaka ... 9

1.5 Metode Penelitian ... 11

BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945-1999 2.1 Letak Geografis ... 15

2.2 Sejarah Pasar Laguboti ... 17


(12)

2.4 Kondisi Masyarakat ... 25

2.4.1 Mata Pencaharian ... 25

2.4.2 Pendidikan ... 27

2.5 Pengertian Pasar ... 30

BAB III PERKEMBANGAN PASAR (ONAN) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945-1999 3.1 Keadaan Onan sebelum dipindahkan ke Pasar Laguboti ... 32

3.2 Keadaan Pasar sesudah dipindahkan ke Pasar Laguboti ... 36

3.3 Pengelolaan Pasar Laguboti ... 40

3.4 Aktifitas Onan Laguboti ... 42

3.5 Transportasi dan Komunikasi ... 45

BAB IV PERANAN PASAR ( ONAN ) TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN SEKITAR 4.1 Pemenuhan Kebutuhan Hidup ... 48

4.2 Pusat Interaksi ... 55

4.3 Pasar Sebagai Pusat Informasi Harga ... 59

4.4 Pasar Sebagai Sarana Informasi Dagang... 61

4.5 Pasar Sebagai Sarana Informasi Kebudayaan ... 63


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 66 5.2 Saran ... 69 Daftar Pustaka

Daftar Informan Daftar Foto Lampiran


(14)

Abstrak

Pasar tradisional merupakan sarana pertemuan masyarakat dalam melakukan aktifitas dagang dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Dengan adanya pasar tradisional, keberadaan masyarakat desa sangat terbantu bukan hanya dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup saja., melainkan dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan pasar tradisional tidak berdiri begitu saja, akan tetapi atas keinginan masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal pembangunannya.

Pasar (Onan) Laguboti adalah salah satu pasar tradisional yang keberadaannya masih bertahan hingga sekarang. Pasar (Onan) awalnya hanya sebuah lahan kosong yang selanjutnya dalam perkembangannya mengalami kemajuan baik dari perkembangan kondisi fisik pasar dan perkembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti telah ikut serta mendorong pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti adanya perbaikan jalan dan pembangunan pasar yang lebih memadai. Dapat dikatakan bahwa pesatnya perkembanganm Pasar (Onan) Laguboti telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Dalam hal penulisan skripsi, penulis menggunakan metode penelitian yaitu, heuristik (tahap pengumpulan data/sumber), kritik sumber ( tahap penyeleksian sumber-sumber yang diperoleh), interpretasi (tahap penafsiran dan analisis sumber), dan historiografi (tahap penulisan)

Skripsi ini bersifat deskriptif naratif, dimana penulis mencoba mengungkapkan data maupun menceritakan keseluruhan secara mendetail mengenai PERKEMBANGAN PASAR (ONAN) LAGUBOTI DARI TAHUN 1945-1999.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, ekonomi, dan sosial, dan kebudayaan pada waktu serta tempat tertentu1. Peristiwa sejarah itu mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia. Peristiwa sejarah itu memiliki hubungan sebab akibat yaitu peristiwa yang satu saling berkaitan dengan peristiwa yang lainnya.

Objek kajian sejarah bukan saja mencakup segala aktifitas manusia tetapi juga mencakup suatu kajian mengenai fungsi dan dampak suatu tempat yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan perubahan dan aktifitas manusia tersebut. Pada kesempatan ini penulis mencoba mengangkat sebuah studi kajian mengenai Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti dari Tahun 1945-19992. Pengertian perkembangan yang dimaksud penulis di sini adalah sebuah proses yang mengalami perubahan ke arah yang lebih besar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga disebutkan bahwa perkembangan itu berkaitan dengan perihal

1

Louis Gottschalk, Understanding History, Mengerti Sejarah, (Terj) Nugroho Notosusanto Jakarta: UI press, 1985. hal.2

2

Balai Pustaka, Kamus Besar Indonesia (KBBI) edisi ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2007.


(16)

berkembang yang mana berkembang itu sendiri artinya menjadi besar (luas, banyak, dsb).

Manusia sebagai pelaku utama dalam kehidupan ini selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan itu sudah ada sejak dari dulu manusia ada diciptakan. Dalam usaha memenuhi kebutuhannya tersebut salah satu kegiatannya memerlukan adanya suatu Pasar

(Onan) sebagai sarana pendukungnya. Kegiatan di pasar berarti melibatkan setiap masyarakat, baik selaku pembeli maupun penjual yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pengertian pasar yang dimaksud adalah hidup dan mencari kehidupan, tempat bertemu, dan bertransaksi untuk saling memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Pasar dapat dikatakan sebagai tempat yang nyata dimana terdapat lokasi, bangunan, dan ada orang-orang di dalam bangunan tersebut3. Di Pasar kita bisa berbelanja sayuran, daging, sembilan kebutuhan pokok, bumbu dapur, buah-buahan, pakaian, barang kelontong, dan sebagainya. Pasar kemudian bukan hanya menjadi tempat untuk menjual dan membeli barang, tetapi meluas pada transaksi alat-alat produksi dan jasa.

Pasar menjadi ajang pertemuan dari segenap penjuru desa bahkan digunakan sebagai alat politik untuk menukar informasi penting. Areal pasar juga merupakan kawasan pembauran karena berbagai macam suku hadir disana. Ada banyak suku dan karakter bertemu dan hidup bersaing di pasar. Di pasar tidak ada lagi budaya tertentu

3

Malano Herman, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, IKAPI, 2001. Hal.10


(17)

yang mendominasi karena mereka sudah menyatu dalam budaya pasar. Kita bisa menjumpai orang Jawa, Minang, Batak, Sundah, dan lain sebagainya mencari nafkah saling berdampingan dalam lapak dan kios yang sempit.

Pasar memegang peranan penting dalam menyediakan berbagai kesempatan untuk mencari dan memperoleh pendapatan. Selain itu pasar juga dapat berperan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat setempat dengan dunia luar. Dengan adanya pasar, maka orang-orang dari daerah lain akan berdatangan, baik untuk berbelanja, berdagang, maupun menjual jasa. Orang – orang yang datang dari daerah inilah yang akan membawa pengetahuan maupun informasi tentang berbagai hal. Dengan demikian pasar merupakan salah satu media informasi bagi masyarakat.

Melihat begitu penting dan besarnya pengaruh pasar bagi kondisi perekonomian dan tumpuan pembangunan secara luas, maka penulis dalam penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi dan menelusuri perkembangan dan keberadaan

Onan Laguboti dengan judul ’’Perkembangan Pasar ( Onan) Laguboti dari Tahun 1945-1991. Kata Onan berasal dari kata bahasa Batak Toba yang terdiri dari 2 suku kata yaitu ‘’On’’ dan ‘’an’’ yang artinya ini dan itu. Secara umum dapat diartikan bahwa Onan berarti proses memilih barang yang akan dibeli di pasar atau yang sering disebut masyarakat Batak Toba dengan Sebutan Onan. Kata ini telah sejak lama dipergunakan oleh masyarakat Batak Toba jika mereka hendak membeli barang-barang keperluan mereka ke pasar (Onan).

Pasar (Onan) sebagai tempat pertemuan transaksi antara pedagang dan pembeli dalam satu produk mempunyai arti penting bagi pertumbuhan perekonomian


(18)

penduduk lokal daerah, baik secara langsung maupun tidak4. Dengan adanya pasar akan memungkinkan berkembangnya tingkat dan taraf ekonomi masyarakat karena mampu memberikan lowongan pekerjaan dalam upaya peningkatan taraf hidup. Pasar adalah salah satu tempat yang paling ramai, bahkan disebut sebagai pusat kota. Dalam hal ini pasar sudah menjadi kebutuhan akan pertukaran perekonomian masyarakat.

Kegiatan berdagang merupakan salah satu bentuk yang dilakukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini dilakukan dimana saja dan salah satunya dilakukan di pasar. Berbicara mengenai kegiatan ekonomi tidak terlepas dari faktor yang mendukung adanya kegiatan perdagangan. Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar karena didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, misalnya: transportasi, produk yang diperdagangkan, dan terutama tempat berlangsungnya kegiatan, yaitu pasar. Bagi pedagang, Pasar merupakan tempat bekerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kegiatan perdagangan awalnya dilakukan dengan sistem barter pada daerah yang terbuka (barang ditukar dengan barang). Pasar yang merupakan kegiatan jual beli itu biasanya: (1) terletak di tempat yang mudah didatangi dari berbagai arah: (2) berlangsung pada waktu tertentu (3) mengutamakan benda-benda keperluan untuk rumah tangga.

4

Muharji Utomo, Dampak Pengembangan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat, Jakarta : Pradnya Paramitha, 1996, hal.77.


(19)

Keberadan pasar ada pada masyarakat dimana saja, termasuk pada orang Batak Toba. Biasanya orang Batak Toba menyebut pasar dengan istilah Onan.

Sebagai pusat aktifitas ekonomi di daerah-daerah, Onan terdapat di hampir setiap wilayah yang didiami sub etnik Batak Toba di Tapanuli. Salah satu Onan tersebut adalah Onan Lagubot yang terdapat di kecamatan Laguboti. Pasar (Onan) Laguboti adalah salah satu pasar yang terdapat di Kelurahan Laguboti yang berada di wilayah Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tapanuli Utara. Pasar Laguboti ini disebut sebagai pasar tradisional; yang digunakan masyarakat sebagai tempat berdagang. Onan

Laguboti melakukan aktifitas pada setiap hari dari pagi sampai sore dan hari pekannya hari Senin. Pada hari senin para pedagang berdatangan dari penjuru daerah bahkan dari luar kecamatan Laguboti karean hanya di Laguboti saja Onan yang di dapatkan di Tapanuli Utara. Para pedangang dan pembeli berdatangan ke Onan

Laguboti untuk melakukan transaksi jual beli barang. Dari uraian di atas dapat dikatakan kedatangan pedagang mempengaruhi perkembangan pasar (Onan)

Laguboti.

Uraian tersebut di atas membuat penulis tertarik untuk mendalami kehidupan masyarakat Laguboti. Karena salah satu pendorong utama perkembangan ekonomi dan aspek lainnya adalah pasar. Ruang lingkup temporal yang diambil adalah 1945-1999. Tahun 1945 adalah awal perkembangan pasar dengan dipindahkannya Onan Magodang ke pusat kota Laguboti dan kedatangan para pedagang dari Balige, Parsoburan, Porsea, Silaen, Dolok sanggul, Borbor, Silimbat dan lain-lain. Sebelum


(20)

tahun 1945 pasar ini dulunya berada di perkampungan Omp Raja Hutapea yang berjarak sekitar 500 meter, pasar ini disebut Onan Magodang.

Pada tahun 1945 telah terjadi perubahan di daerah tersebut karena semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Laguboti. Dalam proses perkembangannya, pemerintahan daerah berlangsung secara bertahap, yang ditandai dengan adanya perubahan maupun peningkatan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, seperti pendidikan, ekonomi, sarana dan prasarana, sosial budaya, sistem pemerintahan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan tuntutan hidup masyarakat yang juga semakin meningkat dan jenis barang dagangan pun bertambah, yang sebelumnya jenis barang yang dijual adalah berupa hasil-hasil pertanian dan kebutuhan dapur untuk sehari-hari menjadi lebih banyak dengan munculnya pedagang lain dari luar daerah. Selain itu Laguboti termasuk kota kecil di Tanah Batak di Kabupaten Toba Samosir sebelumnya Tapanuli Utara. Sejak dulu masyarakat kota Laguboti ini teruji mampu berpikir bisnis maju melebihi kebesaran kotanya. Dari kota ini terkenal pemuka bisnis angkutan massal terkenal seperti Makmur, Bintang Utara dan armada angkot lainnya.

Adapun alasan penelitian ini dilihat mulai kurun waktu 1945, karena pada tahun tersebut adalah perpindahan Onan Magodang ke pusat Kota Laguboti dan pada tahun ini mulai berkembang pesat melebihi kotanya5. Penelitian ini diakhiri pada tahun 1999 adalah karena pada tahun ini Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup

5


(21)

lama dan melewati berbagai proses, pada akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba Samosir dan Kabupaten DATI II Mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Kabupaten Toba Samosir diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia sekaligus melantik Drs.Sahala Tampubolon selaku Penjabat Bupati Toba Samosir. Pada saat itu, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Drs.Parlindungan Simbolon.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam suatu penulisan, rumusan masalah sangat penting sebab sangat memudahkan penulis dalam pengarahan pengumpulan data dalam rangka untuk memperoleh data yang relevan. Hal ini menjadi landasan dalam penulisan ini sehingga penulisan lebih mudah dan terarah karena telah berpedoman pada rumusan masalah. Berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini maka ada beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji, yaitu:

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Pasar Laguboti?

2. Bagaimana perkembangan Pasar Laguboti dari tahun 1945-1999?


(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan sejarah terbentuknya Pasar Laguboti.

2. Menjelaskan perkembangan Pasar Laguboti dari tahun 1945-1999.

3. Menjelaskan peran Pasar (Onan) Laguboti terhadap masyarakat setempat dan sekitar.

Sementara manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan informasi yang baru dalam penelitian serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademik, terutama dalam sosial Ilmu Sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.

2. Menambah koleksi serta perbendaharaan tulisan mengenai sejarah lokal. 3. Menjadi sebuah karya tulis (skripsi), sebagai persyaratan untuk menjadi

Sarjana Ilmu Budaya Sejarah.

4. Bagi pemerintah, masyarakat setempat dan sekitarnya semoga dapat meningkatkan perkembangan Pasar Laguboti.


(23)

1.4 Tinjauan Pustaka

Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan dengan mengunakan refrensi yang berhubungan. Agar pemaparan sebuah karya ilmiah lebih objektif, maka selayaknyalah mengunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas baik berupa buku-buku yang mendukung paparan secara teoritis maupun paparan fakta-fakta. Maka penulis mengunakan beberapa buku paduan dasar dalam penelitian ini.

Malano Herman, dalam ‘’Selamatkan Pasar Tradisional’’(2001). memaparkan peranan pasar tradisional dalam menggerakkan ekonomi rakyat di seluruh negeri, selanjutnya beliau memaparkan fungsi penting pasar tradisional yaitu sebagai muara dari produk-produk rakyat disekitarnya juga merupakan lapangan kerja yang sangat berarti bagi masyarakat. Paparan ini dapat membantu penulis dalam meneliti tentang peranan penting Pasar Laguboti sebagai salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Laguboti.

H.S.M Delly, dalam ‘’Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Sumatera Barat’’ (1990). memaparkan bahwa pasar sebagai arena pertemuan dari berbagai warga masyarakat dan suku bangsa, mempunyai peranan dalam perubahan kebudayaan yang mengakibatkan pembauran informasi yang membawa pembaharuan. Sistem mata pencaharian hidup atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi yang merupakan salah satu isi dan sekaligus unsur kebudayaan, tentunya


(24)

sangat berkepentingan dalam melaksanakan fungsinya sebagai penghubung antara manusia dan alam sekitarnya.

Mulya Bangun, dalam ‘’Tinjauan Ekonomi Sosial dan Pembangunan: Sepanjang Sumatera dan Kalimantan Barat’’ (1996). menjelaskan bahwa suatu masyarakat menentukan pilihan hidupnya dengan bermata pencaharian pokok terhadap menyambung hidupnya melalui getah pohon. Ini disebabkan kemungkinan masyarakat untuk memilih pilihan hidup sedemikian rupa.

T. Dibyo Harsono, dalam “ Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar ) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Sumatera Utara’’(1994). membahas tentang bagaimana peranan pasar tradisional terhadap perkembangan taraf perekonomian masyarakat di daerah. Beliau juga menyatakan bahwa pasar tradisional ikut serta dalam pembangunan perekonomian di daerah, serta membuka lowongan pekerjaan baru yang berdampak pada peningkatan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat.

Utomo Muhaji, dalam ‘‘Dampak Pengembangan Ekonomi ( Pasar ) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat’’ (1996). membahas tentang pengertian pasar beserta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Beliau berasumsi bahwa pasar merupakan pusat perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan perekonomian dapat dilihat dari aktifitas penduduk dalam membudidayakan lingkungan yang ada untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu beliau juga berasumsi bahwa dengan berkembangnya transportasi telah membawa dampak yang sangat besar terhadap perkembangan pasar di suatu daerah.


(25)

Puspita Sari Saragi dalam “Pasar Melati di Medan 1995-2000’’ (Skripsi), membahas tentang dampak pertumbuhan Pasar Melati terhadap masyarakat di sekitar Pasar Melati. penulis menggambarkan secara naratif mengenai Pasar Melati dari awal berdirinya, kegiatan atau aktifitas masyarakat sekitar Pasar Melati dan sampai pada perkembangan pasar tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian yang ilmiah, pemakain metode sejarah sangatlah penting. Pada umumnya yang disebut dangan metode sejarah adalah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur atau teknik sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian6. Sejumlah sistematika yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu penelitian di dalam merekonstruksi kejadian pada masa lalu. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa masa lampau.

Penulisan sejarah deskriftif haruslah melalui tahapan demi tahapan. Dalam metode sejarah ada empat tahap dalam penelitian sejarah menurut Louis Gottschalk yaitu :

1. Heuristik, yakni kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau;

2. Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak itu sejati, baik bentuk maupun isinya;

6

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 11.


(26)

3. Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh;

4. Historiografi, yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk Tulisan sejarah7.

Sesuai dengan metode tersebut, maka langkah proses dari penelitian ini adalah:

1.Heuristik

Heuristik adalah pengumpulan data atau sumber-sumber yang ditemui mengenai Perkembangan Pasar yang akan ditulis peneliti. Sumber-sumber ini dikumpulkan guna mendapatkan data-data yang relevan sesuai dengan topik yang diteliti yaitu Perkembangan Pasar di Kota Laguboti. Pengumpulan sumber-sumber sejarah dilakukan dengan metode wawancara dan studi kepustakaan.

Penulis dalam penelitian ini mengunakan metode wawancara tidak terstruktur dan wawancara berstruktur yaitu dengan mempersiapkan suatu pedoman wawancara (intervieu guide) dalam bentuk pertanyaan terbuka, dimana pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa terbatas dalam memberikan jawaban. Informan dalam wawancara dibagi dalam dua kategori pertama informan kunci yaitu orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman luas tentang

Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti. Informan yang kedua adalah informan biasa

7

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta : UI Press, 1986, hal. 17.


(27)

yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi untuk melengkapi data yang sudah ada.

Informan biasa yang dimaksud adalah orang-orang yang mengetahui dan terlibat di dalam Pasar Laguboti dan warga disekitar tempat tinggal. wawancara dengan informan biasa dilakukan dengan wawancara terstruktur yaitu dengan membagikan satu set daftar wawancara yang disusun secara sistematis untuk memudahkan peneliti menarik kesimpulan dari hasil wawancara, sample tidak diambil secara keseluruhan karena kendala-kendala di lapangan.

Untuk melengkapi sumber-sumber selanjutnya yaitu studi pustaka dilakukan dengan cara membaca buku-buku, majalah, dokumen atau refrensi yang ada hubungannya dengan Pasar yang dikaji. Sumber-sumber yang didapat dari perpustakaan digabungkan dan kemudian dijabarkan secara sistematis hingga didapat wujud dalam bentuk penulisan. Studi lapangan yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi langsung yakni dengan mengamati dan berbelanja ke Pasar Laguboti.

2. Kritik Sumber

Pada tahap kritik sumber, setelah sumber-sumber yang terkumpul pada kegiatan heuristik kemudian disaring dan diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data tulisan pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui asli atau tidaknya sumber tersebut. Kritik sumber ini terbagi dua, yakni kritik ekstern yakni meliputi berbagai sumber yang penulis kumpulkan baik berupa dokumen atau sumber pustaka dimana aspek fisiknya tersebut


(28)

diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi kondisi dokument itu sehingga mendapat sumber yang autentik. Selanjutnya kritik inter adalah berupa pengujian atas keaslian isi data yang kita peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data yang dipercaya (credible)8.

3. Interpretasi

Setelah diperoleh data yang valid dan akurat, maka tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan atau menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Pada tahap ini sangat diperlukan kecermatan dan sikap menghindari subyektifitas terhadap fakta pada perkembangan Pasar di Laguboti.

4. Historigrafi

Historigrafi atau penulisan sejarah adalah tahap akhir metode penelitian sejarah. Pada tahap ini, studi ini berusaha untuk memahami historic realite (sejarah sebagaimana yang dikisahkan), sehingga mampu dikisahkan dan disajikan masalah ”Perkembangan Pasar (Onan) Laguboti dari Tahun 1945-1999” secara kronologis pada masyaraka Laguboti.

8


(29)

BAB II

SEJARAH TERBENTUKNYA PASAR (ONAN) LAGUBOTI DARI TAHUN

1945-1999

2.1 Letak Geografis Kecamatan Laguboti

Kecamatan Laguboti merupakan salah satu kecamatan dari 27 Kecamatan yang ada di Daerah Tk II Kabupaten Tapanuli Utara dengan Ibukotanya Laguboti berjarak 55 Km dari Tarutung ( Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara)9. Secara geografis kecamatan Laguboti terletak pada Lintang Utara 2.30 – 2.15 dan pada bujur timur 99.00 – 99.14 dengan batas-batasnya adalah:

Sebelah Timur : Kecamatan Habinsaran dan kecamatan Silaen

Sebelah Barat : Kecamatan Balige

Sebelah Utara : Danau Toba

Sebelah Selatan : Kecamatan Siborong-borong

Luas wilayah Kecamatan Laguboti adalah 7.390 Ha ( 73,90 Km) atau 1/125 dari luas Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan ini terdiri dari satu kelurahan dan tiga puluh Desa. pada tahun 1999 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup

9

Pemda Tk. II Tapanuli Utara Kantor Sensus dan Statistik Laguboti , kecamatan Laguboti Dalam Angka, 1989, Laguboti, Hal. 5


(30)

lama dan melewati berbagai proses, pada akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba Samosir dan Kabupaten DATI II Mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Kabupaten Toba Samosir diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia sekaligus melantik Drs.Sahala Tampubolon selaku Penjabat Bupati Toba Samosir. Pada saat itu, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Drs. Parlindungan Simbolon.

Kecamatan Laguboti Terdiri atas 31 Desa/Kelurahan yaitu:

1. Kel. Pasar Laguboti 20. Somarhirhir

2. Sibuea 21. Gompar Jonggara

3. Sitangkola 22. Sidulang

4. Sibarani nasampulu 23. Ujung Tanduk

5. Huta Tinggi 24. Sintong Marnipi

6. Lumban Dolok 25. Sitoluama I

7. Simatibung Dolok 26. Sitoluama II

8. Simatibung Toruan 27. Gasaribu

9. Lumban Ria-ria 28. Pintu Bosi

10.Siraja Bondar I 29. Ompu Raja Hutapea 11.Siraja Bondar II 30. Simatupang

12.Siraja Lubis 31. Pardingaran

13.Siraja Gorat 14. Aruan

15.Lumban Bagasan Dolok 16. Lumban Bagasan Toruan 17. Banua luhu

18.Gompar Sigiring 19.Siringo-ringo


(31)

2.2 Sejarah Pasar Laguboti

Sejak dahulu hingga sekarang pasar memegang peranan yang amat penting terutama bagi masyarakat. Pasar bagi masyarakat bukan saja sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar, yang memperkenalkan berbagai alternatif kebudayaan dan akan memberi perubahan-perubahan bagi kehidupan masyarakat, tetapi pasar juga berfungsi sebagai sentral dari masyarakat yang berada disekitarnya, untuk saling berinteraksi serta memberi dan menerima informasi.

Pasar sebagai pusat pertemuan penjual dan pembeli ataupun sebaliknya, biasanya berada di tempat- tempat yang strategis, yakni tempat yang mudah dicapai baik oleh pihak penjual maupun oleh pihak pembeli; tempat yang tidak jauh dari tempat hunian; tempat yang aman dari gangguan umum, misalnya di pinggir belahan sungai, dekat persimpangan jalan, dan sebagainya. Terbentuknya pasar ada dua macam: Pertama pasar sebagai lembaga atau tempat orang berjual beli, terjadi secara kebetulan saja. Kedua pasar terjadi berdasarkan suatu perencanaan. Masyarakat merasa kekurangan dalam kehidupan perekonomian di desanya karena belum adanya pasar. Maka sejumlah masyarakat mengusulkan kepada pemerintah untuk segera dibangun pasar di daerah tersebut. Masyarakat bersama aparat pemerintah setempat bermufakat untuk mendirikan pasar di tempat yang telah direncanakan dan disepakati bersama. Pasar itu terbentuk karena adanya kerjasama manusia.


(32)

Manusia sangat berperan dalam terbentuknya suatu pasar yang artinya bahwa manusia penggerak dari terbentuknya suatu pasar. Dalam kehidupan manusia sehari-hari tempat manusia jual-beli suatu barang disebut pajak akan tetapi hal tersebut hanya berlaku dalam komunitas sehari-hari sedangkan kata yang bakunya adalah pasar. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian dari pajak adalah pungutan wajib, hak untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara sedangkan pasar adalah tempat orang berjual beli.

Biasanya setiap pasar yang ada selalu berkaitan dengan nama tempat dimana pasar itu berdiri dan biasanya pasar dikelola oleh pemerintah. Pasar (Onan) Laguboti adalah salah satu pasar yang dikelola oleh pemerintah maka segala iuran harus diserahkan kepada pemerintah seperti halnya uang sewa tempat berjualan atau sering disebut kios diserahkan langsung kepada pemerintah. Secara historis Pasar (Onan)

Laguboti dulunya disebut Onan Magodang. Onan Magodang ini dulunya hanya merupakan tanah kosong yang digunakan masyarakat sebagai tempat pesanggrahan atau tempat pertemuan raja-raja Batak (Raja Bius) dalam melakukan pertemuan penting, kecuali hari Senin karena difungsikan sebagai pasar (Onan)10.

Pasar (Onan) Laguboti ini memiliki keunikan tersendiri dari pasar yang lain, nama pasar sekaligus nama kota diambil dari nama seorang anak Bius Sipaut Tua. Bius Sipaut Tua memiliki dua anak yaitu Raja Sibagotnipohan dan Raja Laguboti.

10

A. Kristina Smanjuntak, Wawancara di Pasar Laguboti, Kabupaten Toba Samosir tanggal 7 April 2014


(33)

Kecamatan Laguboti dan sekaligus nama pasarnya diambil dari Raja Laguboti karena Raja Laguboti dilahirkan di laguboti. Pada zaman pemerintahan belanda pasar Laguboti selalu berpindah-pindah karena setiap belanda mengetahuinya selalu merusak dan bahkan membakar, walapun begitu penduduk kecamatan Laguboti tidak putus asah karena melalui pasar (Onan) mereka dapat melakukan transaksi jual beli.

Pada tahun 1930 pedagang masih menjajakan barang dagangannya dalam jumlah yang masih relatif sedikit. Jumlah pedagangnya pun masih sedikit, serta jarak berjualannya juga masih benar-benar mengikat di antara para pedagang tersebut. Aturan yang berlaku hanya peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan di antara para pedagang11. berjauhan antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya. Para pedagang pada masa itu belum ditentukan tempat berjualannya karena belum memiliki aturan. Para pedagang biasanya menggunakan lahan yang kosong di sekitar Onan Pesanggrahan sebagai tempat menjajakan barang dagangannya. Dengan kata lain, lapak/lahan mereka tidak menetap. Siapa cepat dia dapat, istilah tersebut menggambarkan pola hidup pedagang pada masa itu. Siapa yang pertama tiba di areal dagang dialah yang akan menempati areal tersebut hanya untuk hari itu saja. Pada hari selanjutnya, areal dagangnya bisa saja berganti ke tempat lain hanya karena terlambat atau telah ditempati oleh pedagang lain. Atau dengan kata lain, tidak ada peraturan sewa lahan untuk berdagang pada masa itu.

11

Wawancara dengan Op. Parulian Br. Hutahean, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 7 April 2014.


(34)

Jenis barang dagangan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sayur-mayur, padi, ubi, ikan, pakaian, jagung dan kebutuhan hidup lainnya.

Pada tahun 1945 Onan Magodang dipindahkan ke pusat kota di laguboti, seiring dengan perkembanganya Onan diganti menjadi Pasar Laguboti. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk, maka bertambah pula para pedagang yang berjualan di pasar laguboti dan barang yang diperdagangkan bukan hanya kebutuhan pokok saja tetapi berbagai jenis kebutuhan lainya. Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah, karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya12.

Dengan demikian, dulunya jumlah penduduk yang berada di sekitar pasar masih sangat jarang telah berubah menjadi daerah yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka yang datang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan rumah di dekat pasar yang memanfaatkan badan pasar sehingga menyebabkan luas pasar semakin menyempit. Untuk menghindari penyempitan tersebut, masyarakat membuat kawat duri di pinggiran pasar yang berguna untuk membuat batasan antara rumah warga dengan pasar.

12

Zoer, aini, Djamuel Irwin, Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal.74


(35)

Seiring dengan kemajuan pada waktu itu, tanah kosong berubah secara perlahan. Sebagian pedagang mulai membuat undung-undung yaitu tenda yang dibangun dengan empat buah bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi pedagang masa itu sangat memprihatinkan. Pada saat hujan turun misalnya, pedagang yang menjajakan barang dagangannya langsung di atas tanah yang beralaskan tikar akan sangat merugi dikarenakan kondisi Onan akan menjadi sangat becek. Oleh karena itu pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang para pedagang memberikan iuran berlebih.

Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka tidak memberikan iuran kepada petugas pasar. Pasar (Onan )Laguboti melakukan aktifitas setiap hari dari pagi sampai sore dan hari pekannya hari Senin. Pada hari senin para pedagang berdatangan dari penjuru daerah bahkan dari luar kecamatan Laguboti karena hanya di Laguboti saja Onan yang di dapatkan di Tapanuli Utara. Para pedangang dan pembeli berdatangan ke Onan Laguboti untuk melakukan transaksi jual beli barang.


(36)

2.3 Komposisi Penduduk

Pada dasarnya komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk menurut ciri-ciri tertentu, ciri-ciri tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

2. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.

3. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan dan sebagainya.

4. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah pedesaan, perkotaan, provinsi, kabupaten dan sebagainya.

5. Apa- apa saja yang diperjualbelikan pedagang laki-laki dan pedagan perempuan di Pasar Laguboti.

Ciri penduduk tersebut penting diketahui karena dapat memberikan gambaran dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya sebagai persediaan sumber daya manusia. Misalnya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang pada gilirannya akan menentukan tingkat pendapatan dan produktivitasnya. Sedangkan komposisi penduduk menurut apa-apa saja yang diperjualbelikan pedagang laki-laki dan pedagang perempun di pasar Laguboti.


(37)

Menurut hasil penelitian pedagang laki-laki lebih banyak menjual pakaian dari pada pedagang perempuan sedangkan pedagang perempuan kebanyakan menjual bumbu dapur, sayur- sayaran, ulos, perabotan rumah tangga, makanan, ikan dll. Secara geografis berdasarkan tempat, daerah pedesaan, perkotaan, dan sebagainya. Menurut geografis Kecamatan Laguboti terdiri dari 31 Desa/ Kelurahan; Kel. Pasar Laguboti, Sibuea, Sitangkola, Sibarani nasampulu, Huta Tinggi, Lumban Dolok, Simatibung Dolok, Simatibung Toruan, Lumban Ria-ria, Siraja Bondar I, Siraja Bondar II, Siraja Lubis, Siraja Gorat, Aruan, Lumban Bagasan Dolok, Lumban Bagasan Toruan, Banua luhu, Gompar Sigiring, Siringo-ringo, Somarhirhir, Gompar Jonggara, Sidulang, Ujung Tanduk, Sintong Marnipi, Sitoluama I, Sitoluama II, Gasaribu, Pintu Bosi, Ompu Raja Hutapea, Simatupan, Pardingaran. Di wilayah kelurahan tersebut juga tersebar masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti suku: Batak, Minang, jawa, Cina dan lain sebagainya.

Keadaan jumlah penduduk yang tinggal di Kelurahan Laguboti, menurut sumber data dari Kantor Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara Dalam Angka 1989 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 9.093 jiwa yakni laki-laki berjumlah 4.190 dan perempuan berjumlah 4.903. Masyarakat Kelurahan Laguboti penduduknnya terdiri dari warga Negara Indonesia Asli. Masyarakat Kelurahan Laguboti mempunyai sistem kekerabatan yang erat, baik antar suku berlainan maupun antar agama. Di daerah ini KB sudah berjalan dengan cukup baik karena mereka sadar bahwa sebenarnya memiliki banyak anak akan merepotkan mereka. Selain kesadaran


(38)

dari warga itu sendiri, pelayanan pemerintah kepada warganyapun berjalan cukup baik. Penduduk Kelurahan Laguboti yang berjumlah 9.093 jiwa ini dapat diklasifikan berdasarkan kewarganegaraan, umur, dan jenis kelamin.

TABEL I

Komposisi Penduduk Laguboti Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.

NO Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >65 1022 1133 991 866 546 587 610 603 489 495 421 400 311 553 1020 1073 976 822 603 552 580 534 515 521 489 489 407 929 2042 2206 1967 1688 1149 1139 1190 1137 1004 1016 910 889 718 1482

TOTAL 9.027 9.510 18.537


(39)

TABEL II

Komposisi Pedagang Laguboti Menurut Apa saja yang diperjualbelikan di Pasar Laguboti.

NO Dagang yang diperjualbelikan Laki-laki perempuan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pedagang pakaian jadi Pedagang pakaian bakal

Pedagang pakaian bekas ( Monza) Pedagang perabotan rumah tangga Pedagang bumbu dapur

Pedagang ulos Pedagang ikan Pedagang makanan Pedagang klontong Pedagang sayur dan buah Pedagang asesosir 27 15 5 15 8 - 5 7 13 5 5 20 10 8 5 20 12 17 13 9 10 11 47 25 13 20 28 12 22 20 22 15 16

TOTAL 105 135 240

Sumber ; Petugas Peraturan Pasar Laguboti.

2.4 Kondisi Masyarakat

Berbicara mengenai kondisi masyarakat maka disini penulis akan menguraikan keadaan masyarakat Laguboti dengan :

2.4.1 Mata Pencaharian

Masyarakat Laguboti pada dasarnya memiliki sumber mata pencaharian dari bertani, beternak, dan mengambil ikan dari danau Toba ( martoba ). Mereka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga sudah menjadi tujuan paling utama dari setiap kepala keluarga. Seiring munculnya beragam kebutuhan hidup yang akan dipenuhi dan lebih berbeda dari biasanya maka tidak jarang mereka melakukan sistem barter yaitu menukarkan barang ataupun benda


(40)

yang mereka inginkan dengan barang yang mereka punya untuk saling melengkapi dan memenuhi barang kebutuhan tadi. Misalkan saja pisang dari petani di tukar dengan ikan hasil tangkapan orang pinggiran danau, jagung ditukar dengan beras, ikan di tukar dengan beras dan lain lain. Akan tetapi seiring dengan perkembangan masyarakat Laguboti sudah memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

TABEL III

Mata Pencaharian Penduduk Laguboti Tahun 1989

NO Mata Pencaharian Jumlah

1 Bertani 8.725

2 Pegawai Negeri Sipil 468

3 Polisi 10

4 Nelayan 93

5 Wiraswasta 7.658

Jumlah 16954


(41)

2.4.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berpretasi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan out put yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan penduduk. Kombinasi antara investasi dalam modal manusia dan modal fisik diharapkan akan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produksi tenaga kerja.

Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, dan semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan suatu masyarakat. Pendidikan merupakan usaha dalam meningkatkan kwalitas kehidupan intelektual bangsa, konkritnya untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan mereka dapat menghadapi perubahan zaman yang terjadi. Dari data yang penulis dapatkan bahwa pada tahun 1989 jumlah sekolah 36 unit. Ditinjau bahwa kecamatan Laguboti dapat digolongkan sebagai daerah pendidikan, terbukti dengan adanya 25 unit sekolah Dasar, 4 unit sekolah SLTP dan 7 unit sekolah SLTA.


(42)

TABEL IV Jumlah Sekolah

No Tingkat Sekolah Jumlah Sekolah

1 SD 25

2 SLTP 4

3 SLTA 7

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara Tahun 1989 2.4.3 Agama

Penduduk Kecamatan Laguboti menurut Agama, mayoritas adalah penganut agama Kristen Protestan sebanyak 95,7 % menyusul penganut Islam lainnya seperti Parmalim sebanyak 0,59 %, Islam 2,25 % , Katolik 1,39 % dan agama Budha 0,09 % sedangkan Hindu tidak ada penganutnya. Menurut data yang terdapat di Kantor Kelurahan Laguboti untuk lebih jelasnya dapat dilihat komposisi penduduk menurut pemeluk agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(43)

TABEL V

Komposisi penduduk Menurut Agama Yang Dianut NO Agama Yang Dianut Jumlah

1 Kristen Protestan 17.669

2 Katolik 257

3 Islam 415

4 Budha 17

5 Aliran kepercayaan 109

Jumlah 18.467

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara dalam Angka 1989

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas bahwa penduduk Kecamatan Laguboti sebagian besar penduduknya menganut suatu agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Para warga tidak ada yang memeluk agama selain yang telah disebutkan di atas setiap penduduk Kecamatan Laguboti ini taat menjalankan ibadahnya masing-masing dan kerukunan antar umat beragama berjalan dengan baik, dimana masing-masing umat agama saling menghormati. Dalam melaksanakan ibadah mereka memiliki sarana ibadah masing-masing seperti: Gereja, Mesjid, Parsanggarahan. Bangunan tempat peribadatan tersebut telah diakui dan mendapat izin mendirikan bangunan dari pejabat pemerintah setempat. Adapun jumlah sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Laguboti adalah sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini.


(44)

TABEL VI

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Agama Yang Ada Di Kelurahan Laguboti

N0 Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Gereja 22

2 Mesjid 2

3 Parsaktian 1

Jumlah 25

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Tapanuli Utara 1989

Bila kita perhatikan jumlah sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Laguboti dapatlah dikatakan bahwa sarana yang tersedia sudah memadai serta telah menampung banyaknya pemeluk tiap-tiap agama.

2.4.4 Pengertian Pasar

Dalam ilmu ekonomi, Pasar merupakan suatu tempat dimana terjadi pertemuan antara permintaan dan penawaran terhadap suatu jenis barang atau jasa tertentu. Selanjuntnya ilmu ekonomi membagi pasar atas dua bagian yaitu:

1. Pasar Abstrak, yaitu tempat bertemuanya pembeli dan penjual terhadap sesuatu atau beberapa jenis barang yang mana barang tersebut tidak ada di tempat, jadi barang yang diperjualbelikan hanyalah berupa contohnya saja.


(45)

2. Pasar Konkrit, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli terhadap sesuatu atau beberapa jenis barang yang terdapat disana.

Konteks penelitian ini menggunakan konsep pasar konkrit, yang mana pasar merupakan suatu tempat dimana masyarakat dapat membeli dan lansung mendapatkan barang yang dibutuhkan. Di dalam pasar senantiasa terjadi interaksi yang ada di dalamnya, maka pasar dapat digolongkan sebagai suatu masyarakat atau kelompok sosial. Pergertian pasar ditunjau dari segi ilmu sosial berarti pasar adalah suatu komunitas yang khusus.

Pasar digolongkan kedalam crowd adalah karena pasar hanya beroperasi dalam kegiatan ekonomi dalam waktu-waktu tertentu saja, misalnya pagi, siang, dan sore hari. Walaupun masyarakat pasar bersifat kerumunan, namun kerumunan tersebut bukan karena tidak disengaja, tetapi sudah direncanakan. Disamping itu pasar juga merupakan suatu organisai ekonomi yang bergerak dalam bidang distribusi barang dan jasa melalui bekerjanya dua mekanisme yaitu fungsi permintaan dan fungsi penawaran.


(46)

BAB III

PERKEMBANGAN PASAR ( ONAN ) LAGUBOTI DARI TAHUN (1945-1999)

3.1 Keadaan Onan Sebelum dipindahkan ke Pasar Laguboti

Secara historis Pasar (Onan) Laguboti dulunya disebut Onan Magodang.

Onan Magodang ini dulunya hanya merupakan tanah kosong yang digunakan masyarakat sebagai tempat pesanggrahan atau tempat pertemuan raja-raja Batak (Raja Bius) dalam melakukan pertemuan penting, kecuali hari Senin karena difungsikan sebagai pasar (onan)13. Onan Magodang terletak di desa Omp Raja Hutapea yang berjarak jauh dari pusat kota sekitar 500 meter. Sebelum Onan Magodang

dipindahkan kepusat kota Onan Magodang selalu berpindah –pindah karena zaman Belanda dulu Belanda selalu merusak dan bahkan membakar walapun begitu penduduk laguboti tidak putus asah untuk melakukan transaksi pertukaran barang (masih bersifat barter).

Dahulu areal ini merupakan tanah kosong yang biasanya digunakan oleh Raja-Raja Adat dalam melakukan pertemuan. Lama kelamaan daerah ini menjadi Onan Magodang yang dijadikan sebagi tempat melakukan aktifitas dagang masyarakat. Hal ini terjadi atas permintaan penduduk laguboti yang didasari atas kegundahan masyarakat akan pentingnya Marsaor (berkumpul). Pada tahun 1930 pedagang masih

13

A. Kristina Smanjuntak, Wawancara di Pasar Laguboti, Kabupaten Toba Samosir tanggal 7 April 2014.


(47)

menjajakan barang dagangannya dalam jumlah yang masih relatif sedikit. Jumlah pedagangnya pun masih sedikit, serta jarak berjualannya juga masih benar-benar mengikat di antara para pedagang tersebut. Aturan yang berlaku hanya peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan di antara para pedagang. berjauhan antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya. Para pedagang pada masa itu belum ditentukan tempat berjualannya karena belum memiliki aturan yang Para pedagang biasanya menggunakan lahan yang kosong di sekitar OnanMagodang

sebagai tempat menjajakan barang dagangannya. Dengan kata lain, lapak/lahan mereka tidak menetap. Siapa cepat dia dapat, istilah tersebut menggambarkan pola hidup pedagang pada masa itu. Siapa yang pertama tiba di areal dagang dialah yang akan menempati areal tersebut hanya untuk hari itu saja. Pada hari selanjutnya, areal dagangnya bisa saja berganti ke tempat lain hanya karena terlambat atau telah ditempati oleh pedagang lain. Atau dengan kata lain, tidak ada peraturan sewa lahan untuk berdagang pada masa itu.

Jenis barang dagangan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sayur-mayur, padi, ubi, ikan, pakaian, sirih, pinang, timbaho, attirha (ubi yang direbus dengan daun) dan kebutuhan hidup lainnya. Pada saat itu para pedagang di pasar belum mengenal adanya uang, sehingga proses jual beli dengan uang belum ada pada masa itu. Sistem yang dikenal pada masa itu adalah sistem barter, di mana barang ditukar dengan barang. Cara menghitung sistem barter pada


(48)

masa itu tidak didasarkan pada nilai kegunaan dan manfaat barang melainkan berdasarkan kebutuhan masyarakat pada masa itu.

Sebagai contoh Omp Sahat memiliki 6 tumba beras. Beliau membutuhkan 4 ekor ikan mas sebagai lauk di rumah. Kemudian beliau akan mencari orang yang membutuhkan beras di Onan yang kebetulan membawa ikan mas dan bersedia menukarkannya dengan beras yang dimilikinya. Kebetulan Omp Posman memiliki 4 ekor ikan mas yang ingin menukarkan ikan dengan beras. Mereka akan membawa barang dagangannya ke Onan Magodang. Ketika Omp Sahat dan Omp Posman bertemu maka akan terjadi barter (pertukaran) barang dagangan yang didasarkan atas kebutuhan masing-masing. Mereka tidak mempermasalahkan banyak dan sedikitnya yang mereka tukarkan.

Pengunjung Onan Magodang sebelum tahun 1945 hanyalah warga dari sekitar daerah laguboti. Hal ini disebabkan karena pada masa itu belum ada angkutan yang memadai untuk masyarakat melakukan aktifitas dagang ke daerah lain. Hal inilah yang menyebabkan pengunjung dan pedagang masih relatif sedikit jumlahnya. Seiring dengan perkembangan mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah karena manusia tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya.

Pada awal kemerdekan tahun 1945 Onan Magodang tidak lagi digunakan oleh raja-raja Bius dalam melakukan aktivitas rapat atau pertemuan lagi melainkan


(49)

telah sepenuhnya menjadi pasar. Kemudian satu tahun setelahnya yakni tahun 1946

Onan Magodang diganti namanya dengan Pasar Laguboti sesuai dengan nama kotanya14. Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah, karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya15. Dengan demikian, dulunya jumlah penduduk yang berada di sekitar pasar masih sangat jarang telah berubah menjadi daerah yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka yang datang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan rumah di dekat pasar yang memanfaatkan badan pasar sehingga menyebabkan luas pasar semakin menyempit. Untuk menghindari penyempitan tersebut, masyarakat membuat kawat duri di pinggiran pasar yang berguna untuk membuat batasan antara rumah warga dengan pasar.

Seiring dengan kemajuan pada waktu itu, tanah kosong berubah secara perlahan. Sebagian pedagang mulai membuat undung-undung yaitu tenda yang dibangun dengan empat buah bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi pedagang masa itu sangat memprihatinkan. Pada saat hujan turun misalnya, pedagang yang menjajakan barang dagangannya langsung di atas tanah yang beralaskan tikar akan sangat merugi dikarenakan kondisi Onan akan menjadi sangat becek. Oleh karena itu

14

Wawancara dengan Omp Marta Br. Siagian di desa Omp Raja Hutapea, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 9 April 2014.

15

Zoer, aini, Djamuel Irwin, Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal.74.


(50)

pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang para pedagang memberikan iuran berlebih. Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka tidak memberikan iuran kepada petugas pasar .

Setiap barang telah ditentukan dengan harga yang diatur oleh pihak pedagang sehingga di pasar terjadi persaingan dalam menentukan harga barang. Istilah yang digunakan pada masa itu adalah sasukku (sasukku = 50sen). Pedagang biasanya menentukan harga barang dengan kebutuhan mereka untuk membeli barang lain yang mereka butuhkan dalam tingkat kewajaran harga yang berlaku di pasar. Dalam hal ini pemerintah tidak ikut ambil bagian dalam menentukan harga barang di pasar.

3.2 Keadaan Pasar sesudah dipindahkan ke Pasar Laguboti

Pada tahun 1948 di Tapanuli, terlebih di Pasar Laguboti terjadi perombakan secara besar-besaran. Onan Magodang yang dulunya hanya berupa undung-undung


(51)

dibuat dengan menggunakan tenda sebagai pelindung dari hujan dan terik matahari sebagai tempat berjualan para pedagang. Akan tetapi bentuk fisik bangunannya masih tergolong sederhana, luas lapak masing-masing tidak merata. Ada beberapa yang luasnya 5x4 meter, dan ada pula yang luasnya hanya 4x3 meter karena lapak pedagang kain lebih luas dibandingkan dengan lapak pedagang keperluan dapur.

Pasar Laguboti dibangun atas kerjasama kementerian perdagangan dengan pemerintah. Pada tahun itu hanya ada 97 bangunan sebagai tempat berjualan para pedagang16. Walaupun telah dibangun lebih baik, ternyata jumlah pedagang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini menyebabkan Pasar Laguboti tidak dapat lagi menampung banyaknya para pedagang, sehingga banyak di antaranya yang berjualan di luar pasar dengan memanfaatkan badan jalan sebagai tempat berjualannya. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar Kecamatan Laguboti.

Para pedagang yang berasal dari luar Laguboti biasanya menggunakan kuda beban sebagai alat transportasi mereka untuk mengangkut barang dagangannya, saat itu belum ada angkutan kendaraan bermotor. Barang dagangan yang diperjual belikan pada masa itu tidak jauh berbeda dengan sebelum dipindahkan ke pasar laguboti akan tetapi berubah secara kuantitas. Barang dagangan yang sebelumnya dijual hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari saja telah berubah menjadi motif untuk mencari keuntungan lebih yang mampu digunakan untuk hari berikutnya.

16

Wawancara dengan Poltak Hutajulu di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 11 April 2014.


(52)

Harga barang dagangan yang dijual pada masa itu pun bervariasi tergantung kepada harga di pasaran. Setelah itu akan terjadi tawar menawar antara pedagang dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga.

Kondisi seperti ini berlangsung cukup lama, hingga dimulainya kedatangan pedagang dari luar Kecamatan Laguboti ( Balige, Siborong-borong, Parsoburan, Porsea, Silaen, Dolok sanggul , Silimbat, Borbor (tarutung), bahkan dari Siantar dll) pada tahun 1978. Pada tahun 1978 dibangunlah bangunan baru yang lebih mewah. Pasar yang dulunya hanya terbuat dari papan dirubah menjadi pasar dengan bangunan yang lebih bagus. Bangunannya berubah menjadi bangunan beton dengan ukuran merata yaitu 4x5 meter keseluruhannya. Sementara itu, menunggu pembangunannya selesai, lokasi Pasar Laguboti untuk sementara waktu dipindahkan ke tanah lapang Tangsi yang masih berada di sekitar wilayah Laguboti itu juga.

Awalnya pemindahan tersebut mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat. Bentuk perlawanan mereka ditunjukkan dengan cara berjualan bukan di dalam lapangan melainkan di sepanjang jalan hingga ke jalan besar Laguboti. Hal ini sangat mengganggu aktifitas lalu lintas. Pada tahun 1981 pembangunan Pasar Laguboti yang baru dengan bangunan beton telah rampung. Pedagang pun dipindahkan kembali dari tanah lapang ke dalam Pasar Laguboti yang baru. Masyarakat pun menerima dengan bangga hasil pembangunan pasar yang baru. Akan tetapi pada tahun 1995 terjadi perubahan yang sangat jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasar dibagi atas beberapa Balerong yaitu:


(53)

1. Blairung A

Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual pakaian baru, kain bakal, Ulos, Pakaian baju bekas ( Monza ), barang pecah belah dan alat dapur seperti keramik, piring, gelas, kaca, ember, serta aksesoris. Dalam hal ini pada balerong pertama ini mereka dikenakan biaya retribusi yang lebih besar yakni 3000 rupiah per hari sebagai sewa lahan. Dengan kata lain mereka harus membayar sewa lahan sesuai dengan tarif yang sudah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Letaknya berada langsung di depan pintu masuk ke pasar laguboti.

2. Blairung B

Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, dan bahan pangan seperti beras, gula, minyak, dan lain-lain. Dalam hal ini, pada kelas kedua para pedagang dikenakan biaya retribusi sebesar 2000 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya berada tepat di samping blairung A.

3. Blairung C

Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual makanan tradisional seperti pecal, mie sop, mie gomak, teh manis, dan lain sebaginya. Dalam hal ini, pada blairung C para pedagang dikenakan biaya 1500 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya di samping Blairung B.


(54)

Sebenarnya, hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih, di mana pada satu lokasi terdapat berbagai jenis barang dagangan dan juga menjaga kenyamanan bagi setiap pembeli yang berbelanja di pasar tersebut. Retribusi yang dikenakan per orang dan per hari sepenuhnya diserahkan kepada Dinas Pasar Kecamatan Laguboti.

3.3 Pengelolaan Pasar Laguboti

Pasar tradisional merupakan pusat aktifitas sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan sosial lainnya. Keberadaan pasar tradisional terus mengalami perkembangan dan semakin banyak pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan pasar tradisional tersebut.

Dalam hal pengelolaan, Pasar Laguboti lebih bersifat pelayanan kepada masyarakat yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Pasar Laguboti dipegang oleh Petugas Peraturan Pasar (PERPAS). Tugas pokok dari PERPAS adalah menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar yang meliputi pendapatan serta sarana kebersihan, keamanan, dan ketertiban.

Petugas PERPAS Pasar Laguboti mengelola segala kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas di pasar. Pengelolaannya meliputi pembangunan bangunan fisik pasar, pelayanan kebersihan dengan menyediakan tong sampah yang bekerjasama dengan dinas kebersihan, pemungutan pajak sewa bangunan, dan


(55)

pelaksana keamanan dan ketertiban di area pasar. Pajak atau sewa bangunan selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak Kecamatan yang mengurusi masalah keuangan dan pendapatan kecamatan.

Pada dasarnya sistem pengelolaan Pasar Laguboti bukan hanya dikendalikan oleh petugas pasar (PERPAS) melainkan adanya peran serta masyarakat pedagang yang banyak menggantungkan hidupnya di Pasar Laguboti. Para pedagang yang mengelola Pasar Laguboti adalah para pedagang yang berjualan menetap di mana telah memiliki lapak/tempat berjualan yang tidak berpindah dan telah menandatangani kontrak atas sewa areal dagang. Para pedagang yang menyewa dengan sistem kontrak mulai ada sejak tahun 1997 dimana setiap tempat berdagang yang mereka sewa dikenakan biaya pajak yang berbeda tergantung kepada balerong masing-masing.

Sistem pengelolaan Pasar Laguboti adalah sistem yang bersifat kekeluargaan, di mana pemerintah menetapkan harga sewa di samping berdasarkan balerong juga didasarkan pada tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat. Dalam menetapkan harga sewa biasanya pihak pemerintah akan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan masyarakat setempat sehingga pajak sewa yang dikenakan kepada masyarakat tidak terlalu besar dan masyarakat pun akan tepat waktu dalam pembayaran karena semua aturan yang menyangkut sewa didasarkan pada kesepakatan antara pemerintah setempat dengan masyarakat sekitar.


(56)

3.4 Aktifitas Pasar Laguboti

Dari Segi geografis, Pasar Laguboti memiliki posisi yang strategis karena letaknya berada pada pusat kota yang merupakan jalur lintas sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat memudahkan masyarakat memperoleh kebutuhan sehari-hari maupun untuk mengadakan kegiatan ekonomi. Bahkan sebagai jalur transportasi yang dilalui, maka daerah ini sangat penting. Pedagang –pedangan yang di luar daerah Laguboti banyak yang mengarahkan usahanya ke Pasar Laguboti karena kebutuhan masyarakat sangat dibutuhkan.

Disamping itu kegiatan pasar tersebut setiap hari banyak membantu para petani, yang berada dari luar daerah. Sebab dengan berlangsungsungnya kegiatan di pasar setiap hari maka para petani bisa menjual hasil-hasil produksi pertaniannya di pasar. Kegiatan pasar ini banyak ditentukan oleh produktivitas masyarakat yang bersangkutan dengan hasil-hasilnya sangat mendesak untuk segera dipasarkan. Misalnya apabila daerah tempat kegiatan pasar tersebut memiliki daerah-daerah yang cukup potensial produksinya dan merupakan lalu lintas ekonomi yang penting maka produktivitas masyarakat setempat akan berjalan dengan keadaan yang berlaku dan tetap menuntut kegiatan pasar selalu berlangsung setiap harinya.

Kegiatan atau aktifitas pasar tradisional tersebut membawa kegiatan yang bermacam-macam mulai dari saat pembukaan sampai selesai. Pasar laguboti melakukan aktifitas setiap hari dari pagi sampai sore dan hari pekannya adalah hari


(57)

senin. Pada kegiatan pasar tradisional ini masyarakat datang dari berbagai daerah lain dengan membawa hasil-hasil produksi mereka sekaligus untuk membeli berbagai jenis komoditi lainnya yang menjadi kebutuhan mereka. Keadaan seperti ini sudah berlangsung sejak dahulu yang tidak lagi kapan hal itu untuk pertama kali dimulai.

Di samping itu tidak sedikit juga pedagang yang berasal dari petani yang telah menjual tanahnya. Hasil penjualan tanah tersebut dimanfaatkan sebagai modal untuk membuka toko-toko atau kedai-kedai dalam skala yang lebih besar serta dilengkapi dengan berbagai kebutuhan masyarakat. bagi pemilik modal yang besar meskipun keuntungan dari setiap penawaran tidak begitu besar tetapi karena jumlah permintaan yang cukup besar maka hasilnya akan tetap besar pula. Sementara bagi pedagang kecil dengan penawaran yang lebih terbatas maka keuntungannya juga sedikit. Pedagang-pedagang ini menyediakan berbagai macam jenis kebutuhan masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, secara tidak langsung telah membangkitkan gairah penduduk untuk membuka bidang-bidang usaha baru di berbagai sudut dan pelosok Pasar Laguboti. Dalam menjalankan aktivitas perdagangan setiap harinya para pedagang ada yang menjalankan aktifitas usahanya dengan seorang diri atau pribadi tetapi ada juga yang membutuhkan tenaga kerja tambahan baik sebagai karyawan atau buruh kasar. Tenaga kerja ini kebanyakan berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat saudaranya sendiri. Bahkan tidak


(58)

jarang yang tidak diupah, namun hanya diberikan tanggungan makan dan diberi sedikit kebutuhan sandang.

Kebutuhan pokok cukup tersedia di pasar ini, jadi pedagang di pasar ini, selain pedagang kecil terdapat juga pedagang menengah, walaupun dalam jumlah yang masih sedikit. Di kalangan para pedagang ada kalanya dijumpai persaingan, namun tidak membawa suatu konflik yang dapat menimbulkan pertentangan dan memang pada dasarnya bersaing dalam peningkatan barang memang sudah wajar, secara pribadi bagi masing-masing yang besaing tersebut tidak menimbulkan pertentangan yang dalam, malah saling ingat-mengingatkan menggalang kebersamaan dan penuh toleran sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dalam suatu lokasi tempat mencari nafkah hidup.

Tampaknya rasa keakraban di antara pedagang maupun pembeli di pasar tersebut cukup tinggi dan baik hal ini mengakibatkan kerja sama antara mereka terjalin baik dan menjadikan kesatuan yang kuat di antara mereka. Ditambah dengan suasana yang demikian menjadikan pasar tradisional itu menjadi pasar yang ramai dikunjungi oleh masyarakat ramai, hal ini sebagai akibat adanya pertemuan antar kebudayaan yang berbeda dalam pasar, selanjutnya dapat saling mengisi dan mempengaruhi sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang pada awalnya diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat sehingga dapat berlangsungnya komunikasi.


(59)

Jadi dalam hal ini berarti telah menjadikan fungsi pasar tersebut secara meluas yakni sebgaai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar. Fungsi nyata tersebut dapat menghimpun nilai sosial budaya baru sebagai perwujupan dari adanya pertemuan-pertemuan di antara aneka kebudayaan yang saling berbeda, sebab di dalam pasar akan terjadi interaksi dari beberapa kebudayaan baik budaya yang dibawa oleh pedagang maupun budaya dari pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung akan terjadi interaksi dari berbagai kebudayaan.

3.5 Transportasi dan Komunikasi

Transportasi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Demikian juga halnya dengan masyarakat Laguboti, transportasi sudah dapat dikatakan lumayan lancar dimana telah adanya sarana transportasi berupa jalan yang beraspal sehingga untuk mencapai pasar tersebut para pendatang yang datang dari luar daerah tidak mengalami kesulitan lagi karena. Sarana yang sudah memadai memudahkan para pedagang untuk mengadakan transaksi jual beli secara langsung.

Jalan-jalan untuk menuju ke areal pasar tersebut pada umumnya sudah dapat dijangkau oleh kendaraan besar maupun kecil. Alat transportasi yang digunakan para pedagang maupun para pembeli untuk menjangkau pasar antara lain kendaraan umum, kendaraan pribadi, truk (pick up), maupun becak. Hal ini begitu menguntungkan masyarakat yang mempunyai kendaraan sendiri, karena disamping


(60)

mereka tidak mengeluarkan biaya untuk transportasi, mereka juga dapat mengantar barang dagangan kapan mereka mau. Semakin lancarnya transportasi serta jalannya yang dilalui bagus tentu komunikasi dengan masyarakat luar juga menjadi semakin lancar.

Komunikasi yang lancar baik dengan masyarakat kota maupun masyarakat desa sekitarnya membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat, karena masyarakat dengan sendirinya menerima masukan-masukan dari masyarakat pendatang sebagai bahan perbandingan dengan apa yang telah dilakukan selama ini. Tidak jarang hal-hal yang dibawa masyarakat pendatang memberi semangat kepada masyarakat setempat untuk meningkatnya hasil produksi maupun cara mereka berdagang. Sarana transportasi yang memadai ini juga memberi perkembangan untuk pasar Laguboti.

Semakin majunya pasar tentu membawa pengaruh yang besar bagi perekonomian masyarakat. tapi satu hal tidak dapat diabaikan, karena tuntutan kebutuhan semakin bertambah dimana-mana, banyak para pedagang harus memenuhi kebutuhan keluarganya terutama anaknya yang masih sekolah. Pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor perkembangan pasar karena dengan semakin bertambahnya penduduk tentu kebutuhan yang diperlukan semakin banyak yang tentu mendorong pasar untuk meningkatkan barang yang diperjual-belikan. Tapi disini tentu tidak terlepas juga segi negatif yakni dengan pertambahan penduduk tentu mengakibatkan pemilik atas tanah semakin sempit karena tanah memang sudah terbatas luasnya.


(61)

Dengan sendirinya walaupun kebutuhan pasar semakin meningkat tentu mempunyai dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Lancarnya transportasi karena jalan yang sudah baik, ditambah dengan fasilitas kendaraan yang sudah banyak beroperasi melintasi pasar tersebut membuat para pedagang yang datang dari luar, dengan cepat sampai ke pasar. Dengan adanya fasilitas tersebut maka barang dagangan seperti sayur-mayur dan buah-buahan datang dari luar kota, tidak mengalami kerusakan dan barang tersebut akan tiba dengan cepat.

Pasar Laguboti adalah salah satu pasar yang berkembang dengan baik dan cukup singkat karena letaknya strategis untuk dijadikan sebagai tempat untuk berdagang, ditambah dengan cepatnya pertambahan penduduk sehingga kebutuhan yang dibutuhkan terus bertambah. Oleh karena itu banyak para petani dari desa-desa membawa hasil pertanian mereka ke pasar tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa sarana jalan telah mamadai ini mendorong atau memberi kesempatan bagi perkembangan ekonomi masyarakat dan juga memudahkan jalur komunikasi dengan masyarakat dari luar pasar tersebut.


(62)

BAB IV

PERANAN PASAR ( ONAN )LAGUBOTI TERHADAP MASYARAKAT

SETEMPAT DAN SEKITAR

4.1 Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Pasar dapat berbentuk sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sebagai pusat kegiatan kebudayaan. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar menunjukkan perannya dalam aspek perekonomian di tengah-tengah masyarakat dan lingkungannya.

Pengertian pasar di mata masyarakat dapat bermacam-macam. Pasar dapat berarti tempat orang berjual beli, pusat pengadaan barang kebutuhan dan barang keinginan, tempat perputaran modal uang, dan juga tempat berbelanja, tempat tukar menukar barang, tempat tumbuh dan berkembangnya modal usaha, tempat memberi lapangan kerja dan lapangan usaha, pusat informasi dan komunikasi, tuntunan standar harga barang dan jasa, sarana dan media pemberi kesejahteraan bagi masyarakat, pusat pengenalan metode dan teknik pemasaran, dan lain-lain.

Pasar sebagai lembaga pertemuan penjual dan pembeli ataupun sebaliknya, biasanya terdapat di tempat-tempat yang strategis, yakni tempat yang mudah dicapai, baik oleh penjual maupun pembeli; tempat yang tidak jauh dari pemukiman penduduk; tempat yang aman dari gangguan umum, misalnya dekat persimpangan jalan dan sebagainya17. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pasar merupakan

17

Prawironoto, Hartati, Peranan Pasar Pada Masyarakat Jawa Tengah, Semarang: Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan. 1991, hal, 78


(63)

suatu arena pertemuan antar masyarakat penjual dan pembeli barang-barang dan jasa yang berasal dari pedesaan maupun dari perkotaan, pasar induk, pabrik, dan industri.

Di pasar itu terjadi proses dan transaksi jual beli antar warga masyarakat penjual dan pembeli. Manusia hidup ingin memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya sehingga ia dapat mencapai suatu kepuasan yang sempurna. Di samping itu, manusia hidup ingin menciptakan segala sesuatu yang merupakan kebutuhan hidup tanpa bantuan orang lain, namun hal ini hanya suatu teori dan khayalan belaka. Kiranya tidak ada manusia di dunia ini yang serba sempurna palagi hidupnya tidak memerlukan pertolongan orang lain.

Pasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Pasar Pemerintah Daerah ialah pasar yang didirikan, diurus dan dikuasai oleh pemerintah daerah. 2. Pasar Desa ialah pasar yang didirikan dan diurus oleh pemerintah kelurahan/desa atas izin pemerintah daerah. Pasar Laguboti adalah Pasar yang dibangun atas kerjasama kementerian perdagangan dengan pemerintah kabupaten Toba Samosir. Dasar penetapan suatu tempat jual beli umum harus mencakup unsur-unsur, seperti unsur pertemuan penjual dan pembeli, baik dari golongan masyarakat lemah maupun golongan menengah dan atas unsur penyediaan barang-barang keperluan sehari-hari dan unsur pasar sebagai tempat kegunaan umum.

Dalam perkembangannya, suatu pasar selalu mengalami perubahan, baik jumlah pedagangnya maupun pemekaran bangunan dan luasnya. Ada pedagang baru masuk, ada pula pedagang yang keluar atau pindah ke tempat lain. Apabila jumlah pedagang yang masuk lebih banyak dari yang keluar, hal ini akan menyebabkan


(64)

semakin bertambahnya kebutuhan tempat maupun bangunan yang diperlukan sebagai tempat berjualan. Maju mundurnya suatu pasar tergantung pada gerak perputaran ekonomi pasar. Penggerak ekonomi pasar antara lain pedagang, yang mengharapkan barang dagangannya cepat laku dan pembeli yang ingin membeli barang yang sesuai dengan kebutuhannya. Adanya barang di pasar karena adanya permintaan dan penawaran.

Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi mendorong dan memperlancar kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomis bagi masyarakat setempat; seperti yang terlihat dengan adanya perubahan-perubahan di bidang produksi, distribusi, maupun konsumsi. Perubahan tersebut terjadi karena pasar menyediakan barang-barang kebutuhan primer dan sekunder bagi kebutuhan konsumsi masyarakat. Dalam bidang distribusi, pasar juga memiliki fungsi yang sangat penting yaitu menyebarluaskan barang-barang hasil produksi masyarakat.

Kebutuhan tambahan (sekunder) adalah kebutuhan yang keberadaannya tidak mutlak harus dipenuhi untuk terselenggaranya suatu kehidupan. Jenis kebutuhan sekunder ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan pokok terpenuhi. Oleh karena itu, fungsi kebutuhan sekunder ini adalah tidak untuk mempertahankan hidup melainkan untuk mempertinggi mutu hidup. Kebutuhan sekunder ini dapat berupa barang-barang kebutuhan primer, kemudian di tingkat kualitas maupun kuantitasnya, tetapi dapat juga berupa barang-barang yang bersifat pelengkap.

Kebutuhan sekunder yang dipenuhi oleh rumah tangga, seperti pendidikan, kesehatan, dan kebersihan serta lain-lain yang meliputi hiburan dan sebagainya. Hal


(65)

ini dapat dicerminkan dari besarnya pengeluaran rumah tangga untuk keperluan memenuhi masing-masing kebutuhan sekunder yang diperlukan.

Dalam sistem produksi, ada hal-hal yang dipandang pokok bagi seorang produsen untuk dapat mengembangkan usahanya yaitu mengenai modal dan tenaga kerja. Dalam arti ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi barang dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru (dalam hal ini hasil perdagangan). Modal pedagang yang berupa barang adalah bangunan beserta jenis barang yang ingin diperdagangkan. Namun untuk mendapatkan hal tersebut dibutuhkan uang. Oleh karena itu, modal erat kaitannya dengan uang. Jadi, modal perdagangan selalu dinyatakan nilainya dalam bentuk uang, karena uang merupakan alat tukar untuk keperluan berdagang, seperti bangunan dan barang yang diperdagangkan.

Dengan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan modal dalam penelitian ini adalah uang yang tidak dibelanjakan pada keperluan konsumtif, melainkan di investasikan untuk keperluan produksi perdagangan. Mengenai modal, uang tidak lepas dari usaha untuk mendapatkannya, dan erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi pedagang dan juga kesempatan usaha. Apabila kemampuan ekonomi lebih, maka mereka tidak akan kesulitan mendapatkan modal uang, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, sebelum membahas asal modal uang yang digunakan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai kemampuan ekonomi pedagang di daerah penelitian.

Kemampuan ekonomi pedagang disini diukur dari kecukupan pangan, artinya untuk memenuhi kebutuhan dasar (pangan) untuk konsumsi sehari-hari tidak


(66)

mengalami kesulitan. Keadaan tersebut tentunya berhubungan dengan pendapatan pedagang, dan jumlah tanggungan keluarga. Mengenai pendapatan rumah tangga dari jumlah tanggungan keluarga akan menghasilkan pendapatan perkapita rumah tangga, dan ini merupakan tolak ukur apakah rumah tangga yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan atau tidak.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dari pendapatan sektor perdagangan dan pendapatan non perdagangan, pendapatan dari sektor perdagangan akan dilihat dari banyak barang yang diperdagangkan. Sedangkan pendapatan dari non perdagangan dilihat oleh pekerjaan di luar usaha dagang seperti pegawai negeri, pegawai swata, pensiunan, buruh bangunan, dan buruh tani. Pasar Laguboti cukup menyediakan modal uang dan barang. Koperasi simpan pinjam adalah sebagai salah satu tempat memperoleh uang.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Bapak Parlindungan Hutapea, salah seorang pedagang di Pasar Lagubot Tahun 1978 , belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh mereka yang membutuhkannya, khususnya para pedagang. Para pedagang cukup meminjam uang dari kerabat karena mereka anggap lebih beruntung, daripada harus meminjam kepada pihak koperasi simpan pinjam. Mereka beranggapan jika meminjam melalui pihak koperasi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti harus memiliki jaminan serta melakukan pengisian administrasi surat menyurat dimana pada saat itu masyarakat masih banyak yang buta huruf.


(67)

Mereka kebanyakan menganggap hal ini terlalu bertele-tele. Berbeda dengan meminjam dari kerabat terdekat, pihak peminjam tidak perlu melalui suatu prosedur peminjaman yang formal dan tanpa jaminan, tetapi cukup dengan kepercayaan saja, uang yang diterima pun sesuai dengan keinginan tanpa ada pemotongan biaya administrasi. Selain itu, jangka waktu pengembaliannya tidak perlu terburu-buru karena pengembalian pinjaman tersebut dapat dicicil/diangsur kapan saja tanpa ada jangka waktu pengembalian yang pasti18.

Ada juga beberapa pedagang yang memperoleh modalnya dengan tidak meminjam dari siapa pun tetapi berasal dari warisan orangtua mereka karena orangtuanya tidak dapat melanjutkan usahanya lagi karena faktor-faktor tertentu. Para pedagang ini hanya melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh orangtua mereka. Pada umumnya, mereka yang memperoleh modalnya dengan meminjam uang dari koperasi biasanya adalah para pedagang yang modal yang cukup kuat, dan pintar dalam mengolah uang, serta mempunyai pengalaman berdagang yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka.

Selain modal uang, pihak produsen (pedagang) dalam memproduksi suatu barang juga membutuhkan modal uang berupa barang. modal barang ini dapat kita klasifikasikan ke dalam 2 bentuk, yaitu modal barang tidak bergerak (toko atau kios tempat berdagang) dan modal barang bergerak (timbangan dan barang lain yang membantu dalam proses jual beli). Pasar yang disebut sebagai tempat jual beli merupakan unsur yang sangat penting dalam proses produksi yang lebih produktif.

18


(68)

Hal itu juga dikarenakan dari pihak produsen sangat berkepentingan agar barang produksinya menyebar sampai kepada para konsumen. Oleh karena itu, sarana distribusi sangat memegang peranan penting, terutama sarana alat transportasi dan kondisi jalan.

Di sisi lain alat tukar, alat ukur, dan tempat juga merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses distribusi agar barang dari pedagang bisa sampai dan dirasakan oleh pihak konsumen. Pada dasarnya, sistem konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan primer dan konsumsi sebagai kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang keberadaannya harus terpenuhi demi keberlangsungan hidup, sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang keberadaannya tidak harus terpenuhi dan tidak berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan hidup.

Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi menyentuh kehidupan masyarakat dan menimbulkan perubahan di bidang produksi, konsumsi, dan distribusi. Pasar sebagai pusat kegiatan masyarakat menyajikan beraneka barang dan jasa untuk dipertukarkan dan diperjual belikan dan akhirnya dimanfaatkan sepenuhnya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Manusia hidup ingin memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya sehingga ia dapat mencapai suatu kepuasan dan kemakmuran yang sempurna. Untuk itulah pasar merupakan salah satu wadah yang berperan penting dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia dan di pasar pula terjadi transaksi dalam prosedur kegiatan ekonomi yang berlangsung.


(1)

Pekerjaan : Bertani Alamat : Siraja deang

9. Nama : Op. Daniel Hutapea Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 78 Tahun Pekerjaan : Bertani Alamat : Siraja deang

10.Nama : Op. Parulian Hutapea Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 80 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Desa Omp Raja Hutapea

11.Nama : Op. Marta br. Siagian Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 78 Tahun Pekerjaan : Pedagang Alamat : Laguboti

12.Nama : Poltak Hutajulu Jenis Kelamin : Laki-Laki


(2)

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Perpas Alamat : Laguboti

13.Nama : Wilman Sibarani Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 53 Tahun Perkerjaan : PNS Alamat : Laguboti


(3)

Gambar 1

Sumber : A

. Peta Loka

Arsip Kabu asi Kecamat upaten Toba LAMPIR tan Lagubot a Samosir RAN


(4)

Foto Pasar Laguboti


(5)

(6)