Perspektif dalam Balanced Scorecard

b. Koheren coherence Di dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab akibat causal relationship. Setiap perspektif keuangan, costumer, proses bisnis dan pembelajaran-pertumbuhan mempunyai tujuan atau sasaran strategis strategic objective c. Seimbang balance Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat perspektif meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang yang berfokus pada faktor internal dan eksternal. d. Terukur measured Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa „if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it‟ artinya perusahaan dapat mengukur sesuatu, perusahaan dapat mengelolanya dan jika perusahaan dapat mengelola sesuatu, perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Perspektif dalam Balanced Scorecard

Menurut Yowono, et al. 2007: 31, pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard dibagi dalam empat aspek yaitu sebagai berikut: a. Perspektif Keuangan Financial Perspective Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan siklus kehidupan bisnis yaitu: 1 Tahapan Pertumbuhan Growth Growth adalah tahap awal dari siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini, manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produkjasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan, 2 Tahapan Bertahan Sustain Tahapan kedua perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. 3 Tahapan Menuai Harvest Tahapan ketiga perusahaan benar-benar memanenmenuai hasil investasi pada tahap-tahap sebelumnya. Sasaran keuangan dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja. Laksmita 2011 menyatakan pengukuran kinerja keuangan untuk bank dapat diukur melalui rasio sebagai berikut: a Kualitas Aset – NPL Non Performing Loan NPL merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajiban kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. b Likuiditas – LDR Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Dendawijaya, 2009: 118 c Profit margin Profit margin merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan laba yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Dendawijaya, 2009: 122 d ROA Return On Assets ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.Dendawijaya, 2009: 120 e BOPO Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana misalnya dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didiminasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Dendawijaya, 2009: 121 b. Perspektif Pelanggan Customer Perspective Perpekstif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran yaitu sebagai berikut: 1 Customer Core Measurement Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen dalam pengukurannya yaitu: a Pangsa Pasar Market Share mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. b Retensi Pelanggan Customer Retention mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. c Akuisisi Pelanggan Customer Acquisition mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. d Kepuasan Pelanggan Customer Satisfaction menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition. e Profitabilitas Pelanggan Customer Profitablity mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. 2 Customer Value Proposition Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut: a Productservice attributes Atribut ProdukJasa, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. b Customer relationship Hubungan Pelanggan, mencakup penyampaian produkjasa kepada pelanggan, yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produkjasa dari perusahaan yang bersangkutan. c Image and reputation Citra dan Reputasi, menggambarkan faktor –faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada suatu perusahaan. c. Perspektif Bisinis Internal Perspective Internal business Analisis proses bisnis interal perusahaan dilakukan dengan menggunkan analisis value-chain. Di sini, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnisyang krits yang harus diunggulkan perusahaan. Dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis merekaberjalan dan apakah prodduk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam: 1 Proses Inovasi Proses inovasi adalah proses dimana perusahaan mampu memahami kebutuhan dari nasabah dan menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan. 2 Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan meyampaikan produk jasa. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada waktu, kualitas dan biaya. 3 Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada nasabah setelah penjualan produkjasa tersebut dilakukan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan. Menurut Hilton 2011: 427, bisnis internal dapat diukur dengan: 1 Efisiensi Transaksi Efisiensi transaksi dapat terlihat dari persentase transaksi online dan persentase dari transaksi yang eror setiap nasabah. 2 Efisiensi Proses Peminjaman Efisiensi proses peminjaman dapat dilihat dari rata-rata waktu persetujuan pinjaman. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Learning and Growth Perspective Perspektif pembelajran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolok ukur: 1 Produktifitas karyawan Adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian karyawan, inovasi dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para karyawan dengan jumlah yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. 2 Persentase Pelatihan karyawan yang terampil Untuk meningkatkan kompetensi dalam mengelola manajemen, sehingga karyawan dapat terus berkembang dan terampil di masing-masing unit kerja. 3 Kepuasan Karyawan Kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting dan hal ini merupakan pra-kondisi untuk meningkatkan daya tanggap mutu, produktivitas dan layanan pelanggan. Untuk mencapai kepuasan karyawan, maka pihak manajer dapat melakukan survey secara rutin. 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, dimana peneliti melakukan observasi secara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. B. Waktu dan Tempat penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 – Januari 2017 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Kembang Parama Muntilan yang beralamat di Jalan Pemuda No. 12 Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan dan nasabah PT. BPR Kembang Parama Muntilan. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan keuangan neraca dan laba rugi PT. BPR Kembang Parama Muntilan periode 2013-2015 dan hasil kuisioner kepuasan karyawan dan nasabah PT. BPR Kembang Parama Muntilan.