Pengukuran Baseline Kinerja performance baseline Mengukur Tolok Ukur Kinerja Performance Baseline

Catatan: P{z  USL–X-bar S}  1.000.000 = P{z 45 – 37 2} = P {z  4} ={1–Pz  6 10  6 10   4} = 1–0,999968 = 32 6 10  6 10  P{z  LSL–X-bar S}  1.000.000 = P{z  35 – 37 2} = P {z 6 10   - 1} = 0,158655 =158.655 Lihat tabel lampiran 1 6 10  6 10  Dari tabel lampiran 5 angka DPMO = 158.687 adalah paling dekat dengan DPMO =158.655 pada nilai Sigma =2,50. C pm = USL – LSL   2 2 6 S T bar X    = 45–35   2 2 2 40 37 6   = 10 21,63 = 0,46 Sumber : “Pedoman Implementasi Six Sigma”, hal.23, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002 . Untuk menganalisa kualitas suatu produk yang memiliki berbagai macam variabel produk memiliki variabel lebih dari satu, maka produk tersebut analisanya tiap – tiap variabel. Untuk lebih jelasnya seperti tabel di bawah ini. Tabel 2.6 \Sumber : “Pedoman Implementasi Six Sigma”, hal.230, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002 .

2.5.2.2 Pengukuran Baseline Kinerja performance baseline

Baseline kinerja dalam proyek Six Sigma biasanya diterapkan menggunakan satuan pengukuran DPMO dan tingkat kapabilitas sigma sigma level . Sesuai dengan konsep pengukuran yang biasanya diterapkan pada tingkat proses, output dan outcome, maka baseline kinerja juga dapat ditetapkan pada tingkat proses, output dan outcome. Pengukuran biasanya dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana output dari proses dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Sumber : “Pedoman Implementasi Six Sigma”, hal.112, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002 .

2.5.2.3 Mengukur Tolok Ukur Kinerja Performance Baseline

Proyek peningkatan kualitas Six Sigma akan berfokus pada upaya-upaya giat dalam peningkatan kualitas menuju kegagalan nol zero defect sehingga memberikan kepuasan total kepada pelanggan. Oleh karenanya, sebelum suatu proyek Six Sigma dimulai, maka harus diketahui tingkat kinerja yang sekarang current performance, atau dalam terminologi Six Sigma disebut sebagai tolok ukur kinerja performance baseline.Setelah mengetahui tolok ukur kinerja ini, maka kemajuan peningkatan peningkatan yang dicapai setelah memulai proyek Six Sigma dapat diukur sepanjang masa berlangsung proyek Six Sigma itu. Tolok ukur kinerja dalam proyek Six Sigma biasanya ditetapkan menggunakan satuan pengukuran DPMO Defects Per Million Opportunities dan SQL Sigma Quality Level. Hasil pengukuran pada tingkat output dapat berupa data variabel maupun data atribut, yang akan ditentukan kinerjanya menggunakan satuan pengukuran DPMO Defects Per Million Opportunities dan SQL kapabilitas sigma. Rumus yang digunakan adalah :  Rata-rata sampel dalam subgrup – X Pyzdek, 2003: 394 adalah:  Rata-rata sampel keseluruhan – X Pyzdek, 2003: 395 adalah:  Rentang – R Pyzdek, 2003: 394 adalah:  Standar deviasi – s Gaspersz, 2002: 128 adalah: d2 dilihat dalam Tabel Lampiran 1  Probabilitas cacat dalam DPMO untuk 1 batas spesifikasi Gaspersz, 2002: 131 adalah:  Probabilitas cacat dalam DPMO untuk 2 batas spesifikasi Gaspersz, 2002: 124 adalah:  Kapabilitas Sigma – SQL Tabel Lampiran 5 Sumber : “Pedoman Implementasi Six Sigma”, hal.124, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002 .

2.5.3 Analyze A