Penentuan Kapabilitas Proses Six Sigma

Tabel 2.4 : Perbedaan True 6–Sigma dengan Motorola’s 6–Sigma Sumber : Vinscent Gasperz , 2002, hal 11

2.4.2.2 Penentuan Kapabilitas Proses

Keberhasilan implementasi program peningkatan Six Sigma ditunjukan melalui peningkatan kapabilitas proses dalam menghasilkan produk menuju tingkat kegagalan nol zero defect. Konsep perhitungan kapabilitas proses menjadi sangat penting untuk dipahami dalam implementasi program Six Sigma. Teknik penentuan kapabilitas proses yang berhubungan dengan CTQ untuk data variabel dan atribut. Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak dan dalam konteks pengendalian proses statistika dikenal dua jenis data yaitu : 1. Data atribut Attributes Data merupakan data kualitatif yang dihitung mengunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan produk,banyaknya jenis cacat pada produk. 2. Data Variabel Variables Data merupakan data kuantitatif yang diukur menggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume merupakan data variabel. Didalam teknik penentuan kapabilitas proses untuk kasus untuk data variabel misalnya; berdasarkan kebutuhan pelanggan diketahui bahwa diameter pipa yang diinginkan adalah 40 mm dengan batas toleransi adalah 5 mm. Pelanggan akan menolak setiap pipa yang diserahkan apabila diketahui berdiameter diatas 45 mm, dan dibawah 35 mm. Dalam konteks program peningkatan kualitas Six Sigma, menyatakan CTQ yang perlu diperhatikan adalah diameter pipa dengan spesifikasi sebagai berikut:  1. CTQ Critical-to-Quality = Diameter pipa 2. Spesifikasi target T = 40 mm 3. Batas spesifikasi atas Upper specification limit = USL = 45 mm 4. Batas spesifikasi bawah Lower specification limit = LSL = 35 mm 5. Rata-rata mean proses = X-bar 6. Standar deviasi proses S = R-bard 2 atau S =   1 2    n x x i dimana d 2 adalah koefisien untuk pendugaan standar deviasi tergantung pada ukuran contoh sampel. 7. Kapabilitas proses C pm = USL – LSL     2 2 6 S T bar x    Indeks kapabilitas proses C pm digunakan untuk mengukur tingkat pada mana suatu output proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan. Semakin tinggi nilai C pm menunjukkan bahwa output proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan, yang berarti pula bahwa tingkat kegagalan dari proses semakin berkurang menuju target tingkat kualitas kegagalan nol zero defect oriented. Jika mengetahui berapa persen range interval toleransi spesifikasi bagi nilai rata-rata interval toleransi spesifikasi= USL – LSL menyimpang dari nilai target T, maka : Off-target = Absolut X-bar – T USL – LSL  100

2.4.3 Faktor Penentu Dalam Six Sigma