Alat Peraga Montessori Matematika

Pada 1907, ketika Edoardo Talamo Direktur Jenderal dari Instituto Romano di Beni Stabili Asosiasi Bangunan Baik, meminta Montessori untuk mendirikan sekolah di sebuah wilayah miskin di Roma, yang bernama Casa dei Bambini atau Children’s House. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 50 anak, dari usia 3-7 tahun. Montessori memiliki beberapa motif ketika mendirikan Casa dei Bambini, yaitu: pertama, motif sosial dan ekonomi untuk menghasilkan reformasi sosial, khususnya peningkatan kondisi dari kelas pekerja; kedua, motif bahwa sekolah merupakan alat untuk membantu para ibu pekerja yang akan berkontribusi bagi gerakan untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak- hak bagi kaum perempuan. Reputasi Montessori yang semakin tinggi, menarik perhatian dunia pendidikan di negara-negara Eropa lain dan di Amerika Utara, khususnya di Amerika Serikat. Pada 1910, Montessori telah memperoleh pengakuan sebagai seorang pendidik inovatif yang signifikan di tanah kelahirannya di Italia, di mana ia memipin sebuah sekolah percontohan dan sebuah institut pelatihan bagi para kepala sekolah perempuan.

g. Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori memiliki ciri memiliki pengendali kesalahan auto correction, kemandirian auto education, menarik memiliki keindahan, bergradasi, dan kontekstual Montessori dalam Gutek, 2013:240. Penjelasan dari lima ciri tersebut yaitu: 1 Auto-correction Pada alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan auto- correction. Sehingga dengan alat peraga ini guru tidak lagi menjadi pengendali kesalahan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui secara mandiri kebenaran ataupun kesalahan dari aktivitas yang dilakukan tanpa bantuan dari orang lain. Montessori, 2002:171. 2 Auto-education Alat peraga Montessori memilik ciri kemandirian auto-education agar memungkinkan siswa untuk menggunakan alat tersebut secara mandiri dan guru berperan sebagai pengamat. Hal ini juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yang nantinya tidak akan menyulitkan siswa ketika membawa ataupun menggunakan alat tersebut Montessori, 2002:172-173 3 Menarik Alat peraga Montessori memilik ciri menarik agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Alat peraga dibuat menarik baik dari segi warna, bentuk, tekstur, dan sebagainya. Keberagaman warna dalam alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan keindahan di dalamnya, karena alat peraga yang warnanya menarik selain meningkatkan ketertarikan siswa untuk menggunakannya, juga dapat mengaktifkan sensorial siswa Montessori, 2002:174. 4 Bergradasi Alat peraga Montessori memiliki ciri bergradasi baik dari segi warna, tekstur, maupun berdasarkan usia perkembangan siswa. Ada dua jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gradasi pada alat peraga Montessori, yaitu gradasi umur dan gradasi rasional. Gradasi umur dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk jenjang kelas selanjutnya. Sedangkan gradasi rasional dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat yang melibatkan beberapa indra. Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak berwarna yang memiliki warna bergradasi misalkan dari warna biru tua ke biru muda. Pada alat peraga inkastri silinder juga terdapat ciri bergradasi di dalamnya. Seperti dilihat dari ukurannya, dari tinggi ke rendah ataupun dari gemuk ke kurus. Sedangkan untuk gradasi bentuk dapat diperkenalkan dengan menggunakan alat peraga Montessori “Pink Tower “. Alat peraga ini berupa kumpulan satuan kubus dengan berbagai ukuran. Dari alat peraga ini siswa akan diminta untuk menyusun kubus satuan dari ukuran yang paling besar sebagai dasar kemudian disusun ke atas dengan ukuran semakin kecil dari kubus di bawahnya. Keberagaman bentuk dan ukuran dari alat peraga pink tower ini, megajarkan siswa untuk membedakan konsep ukuran besar-kecil maupun berat-ringan Montessori, 2002:174-175 5 Kontekstual Ciri kontekstual ini merupakan ciri tambahan dari keempat ciri alat peraga Montessori sebelumnya. Menurut Liliard dalam Prastiwi, 2016:32 proses belajar seharusnya disesuaikan dengan konteks yang ada. Menurut Johnson dalam Prastiwi, 2016:32 konteks berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung sesorang. Diharapkan dengan adanya ciri kontekstual tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat memanfaatkan bahan maupun potensi yang ada pada lingkungan sekitar sehingga akan muncul hubungan antara pembelajaran dengan konteks yang ada pada lingkungan sekitar. Dengan menggunakan alat peraga, siswa akan memperoleh pengalaman yang relevan sehingga ketika pembelajaran berlangsung, siswa memperoleh pengalaman yang kontekstual yang dapat membantu siswa selama proses belajar. Kelima ciri di atas mennjadi pertimbangan peneliti dalam mengembangkan alat peraga Montessori. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori memiliki ciri auto correction, auti-education, menarik, bergradasi, dan kontekstual.

B. Penelitian yang Relevan