64
Gambar 4. Diagram persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013
berdasarkan kajian literatur
Adanya interaksi obat walaupun dengan jumlah yang relatif kecil harus tetap diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap respon pengobatan yang
diterima oleh pasien. Interaksi obat yang terjadi dapat menimbulkan efek yang menguntungkan ataupun merugikan pasien Tatro, 2007 dan Syamsudin, 2013.
Terkait dengan interaksi obat, maka dalam penggunaan obat perlu dicermati, dilakukan monitoring dan kombinasi obat yang merugikan harus dihindari Nah,
2007.
3. Proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat
antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain dengan obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik
Interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain dengan obat lain di Instalasi Rawat
Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada bulan Desember 2013 disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.
0,3
99,7 Persentase peresepan
dengan interaksi obat Persentase peresepan
tanpa interaksi obat
65
Gambar 5. Diagram proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat
lain dengan obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode
Desember 2013
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi interaksi antara obat antihipertensi dengan obat lain memiliki persentase yang paling tinggi yaitu
sebesar 63 82, kemudian diikuti oleh persentase obat lain dengan obat lain sebesar 22 29, dan persentase obat antihipertensi dengan antihipertensi yaitu
sebanyak 13,4 19. Hal tersebut dapat diakibatkan karena obat yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik bisa lebih dari satu obat. Berdasarkan pola
peresepan pada pasien gagal ginjal kronik, penggunaan obat yang paling banyak yaitu obat antihipertensi, sehingga kemungkinan untuk berinteraksi dengan obat
lain cukup tinggi.
4. Proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik
Dalam penelitian ini dikaji dua jenis interaksi obat yaitu secara farmakokinetik dan farmakodinamik. Jenis interaksi obat pada peresepan pasien
15
63 22
Obat antihipertensi dengan obat
antihipertensi
Obat antihipertensi dengan obat lain
Obat lain dengan obat lain
66
gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Diagram proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 berdasarkan kajian literatur N= 130
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa jenis interaksi yang paling besar yaitu interaksi farmakodinamik sebesar 85 110 interaksi obat
dibandingkan dengan jenis interaksi farmakokinetik yaitu sebesar 15 20 interaksi obat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Peradnyani 2006 yaitu jenis
interaksi farmakodinamik memiliki persentase tertinggi yaitu 92,9 117 interaksi obat dibandingkan interaksi farmakokinetik sebesar 7,1 9 interaksi
obat. 85
15 Interaksi
farmakodiamik Interaksi
farmakokinetik
67
5. Jumlah kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien