41
dengan perempuan. Hal ini juga sesuai dengan sebuah penelitian meta analisis yang menyebutkan bahwa laki-laki lebih cepat progresif mengalami kerusakan
ginjal non diabetik dari pada perempuan. Pasien laki-laki yang mengalami gagal ginjal kronik kemugkinan disebabkan karena kebiasaan yang kurang baik pada
laki-laki seperti merokok, minum minuman yang beralkohol, dan jarang berolahraga yang dapat memicu timbulnya suatu penyakit. Keadaan tersebut
kurang diperhatikan, sehingga lambat laun dapat menyebabkan penyakit ginjal Diantary, 2007.
B. Gambaran Pola Peresepan Pasien Gagal Ginjal Kronik Instalasi Rawat
Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013
Gambaran pola peresepan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember
Tahun 2013 yang disajikan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu pertama gambaran umum pola peresepan meliputi jumlah obat tiap lembar rekam medik
pasien dan cara pemberian obat. Kedua adalah gambaran pola peresepan berdasarkan kelas terapi obat.
1. Gambaran umum pola peresepan
Gambaran umum pola peresepan meliputi jumlah obat tiap lembar rekam medik pasien dan cara pemberian obat.
a. Jumlah obat yang digunakan pada pola peresepan pasien gagal ginjal kronik.
Pada pengobatan pasien gagal ginjal kronik, pasien mendapatkan lebih dari satu jenis obat. Pemberian obat tersebut memungkinkan terjadinya interaksi
42
antara obat dengan obat. Jumlah obat yang digunakan pada tiap lembar rekam medik pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 disajikan dalam Tabel II di bawah ini.
Tabel II. Distribusi jumlah obat tiap lembar resep pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 No
Jumlah obat Jumlah lembar
resep N= 65 Persentase
1 1-2
1 1,5
2 3-4
27 41,5
3 5-6
27 41,5
4 7-8
7 10,8
5 9-10
3 4,7
Total lembar resep 65
100
Pada Tabel II di atas, menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode
Desember 2013 menggunakan obat berjumlah tiga sampai empat jenis dan lima sampai enam jenis memiliki persentase terbesar yaitu 41,5. Banyaknya gejala-
gejala penyakit yang menyertai penyakit gagal ginjal kronik mengakibatkan pasien menerima obat-obatan yang bervariasi sehingga jumlah obat yang
digunakan lebih dari satu jenis obat Dipiro et al., 2008. b.
Cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik. Cara pemberian obat secara umum pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di
43
Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel III dibawah ini.
Tabel III. Distribusi cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta periode Desember 2013 No
Cara Pemberian Obat Jumlah Obat
N = 326 Persentase
1 Per oral
307 94,2
2 Sub Kutan
18 5,5
3 Topikal
1 0,3
Total obat 326
100
Berdasarkan Tabel III, cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu secara per oral, sub kutan
dan topikal dengan persentase tertinggi adalah pemberian secara per oral sebesar 94,2 . Dalam peresepan ini, persentase pemberian secara per oral memiliki
persentase tertinggi karena penggunaan obat pada peresepan ini kebanyakan merupakan obat antihipertensi dan obat lain dengan rute pemberian secara per
oral. Terdapat juga cara pemberian secara sub kutan maupun topikal karena dalam peresepan ini pasien juga menerima insulin, eritropoietin, dan betametason untuk
mengobati penyakit penyerta. Beragamnya cara pemberian obat pada gagal ginjal kronik dikarenakan banyaknya penyakit penyerta Sudoyo, 2006.
2. Gambaran pola peresepan berdasarkan kelas terapi obat