48
C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Pangudi Luhur Van Lith yang terletak di Jalan Kartini no 1 Muntilan. SMA Pangudi Luhur Van Lith memiliki asrama bagi
putra dan putri. Seluruh siswa diwajibkan untuk tinggal dan mengikuti kegiatan di asrama. Lokasi asrama putri terletak 500 meter dari sekolah di desa Pepe. Daya
tampung asrama putri sebanyak 180 orang. Asrama putri memiliki 9 unit dan setiap unitnya memuat 20 orang. Setiap tingkatan kelas memiliki 3 unit. Kamar
atau unit di asrama putri diberi nama Santa pelindung seperti Unit kelas X terdiri dari Agnes, Maria Goreti dan Cecilia. Unit kelas XI terdiri Theresia, Prepetua dan
Felicitas serta Lucia. Unit kelas XII terdiri dari Monika, Clara dan Elisabeth. Lokasi Asrama putra terletak di belakang sekolah. Asrama putra memiliki daya
tampung 300 orang. Asrama putra memiliki 12 unit dan setiap unitnya memuat 25 orang. Setiap tingkatan kelas memiliki 4 unit. Kamar atau unit di asrama putra
pada kelas X diambil dari nama-nama pulau seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. Unit kelas XI terdiri dari Sumatra, Bali, Maluku dan
Papua. Di samping itu, kamar atau unit kelas XII di ambilkan dari nama tokoh missioner yang mengajarkan agama Katolik seperti Sanjaya, Hoecken, Rutten,
dan Barnabas Sarikromo. Hal ini dapat dilihat dari gambar yang terlampir. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang berjumlah 160 siswa. Seluruh siswa kelas XI beragama katolik. Peneliti mengambil subjek ini karena menurut hasil
observasi, pelanggaran banyak dilakukan ketika menduduki kelas XI. Selain itu,
49
siswa kelas XI berasal dari seluruh penjuru Indonesia sehingga memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda.
Berdasarkan informasi data asal tempat tinggal siswa kelas XI, diperoleh hasil bahwa siswa terbanyak berasal dari Yogyakarta sebanyak 14 orang. Jika
dilihat dari propinsi Jawa Tengah maka ada 10 orang berasal dari Solo, 12 orang berasal dari Semarang, 7 orang dari Muntilan, 6 orang dari Magelang, 7 orang dari
Klaten, 3 orang dari Ambarawa, 3 orang dari Salatiga, 3 orang berasal dari Pekalongan, serta 2 orang berasal dari Temanggung. Dari propinsi Jawa Tengah
lainnya seperti Blitar, Cilacap, Tulungagung, Kebumen, Temanggung, Cepu, Rembang, Kendal, dan Bawen hanya terwakilkan oleh 1 orang dari setiap kota.
Adapula siswa yang berasal dari kota di Jawa Barat yaitu 7 orang berasal dari Tangerang, 10 orang berasal dari Bekasi, 4 orang berasal dari Bandung, 3 orang
berasal dari Purwokerto, dan 3 orang berasal Sukabumi. Daerah asal kota di Jawa Barat seperti Bogor, Cirebon, Karawang dan Serang-Banten hanya terwakilkan 1
orang dari masing-masing kota tersebut. Disamping itu juga, ada 10 orang yang berasal dari Jakarta. Asal siswa dari Jawa Timur yaitu 2 orang berasal dari
Sidoarjo, 2 orang berasal dari Surabaya, 1 orang dari Banyuwangi dan 1 orang berasal dari Pasuruan. Siswa tidak hanya berasal dari Jawa tetapi ada yang berasal
dari Bali sebanyak 4 orang, dan 3 orang berasal dari Flores. Disamping itu, siswa berasal dari Sumatra seperti Medan, Padang, Jambi, Palembang, dan Lampung
hanya terwakilkan oleh 1 orang dari setiap kota-kota tersebut. Siswa juga berasal dari Kalimantan seperti dari Pontianak, Ketapang, Sampit, Samarinda, Batam dan
Bontang yang diwakili oleh 1 orang dari masing-masing kota tersebut
50
Pelanggaran peraturan asrama tentu disebabkan karena berbagai hal. Peneliti disini tertarik untuk mengetahui penyebabnya dari sudut pandang siswa sebagai
remaja pelaku pendidikan yaitu dari alasan siswa melanggar peraturan asrama yang dikaitkan dengan karakteristik psikologis mereka sebagai remaja.
D. Alat Pengumpulan Data