Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam masa pencarian identitas diri, remaja dituntun dengan adanya tugas perkembangan remaja. Salah satu media pelaksana tugas perkembangan remaja adalah sekolah. Sekolah mencoba mengaplikasikannya dengan adanya peraturan asrama. Peraturan asrama yang berlaku ditafsirkan kedalam tugas perkembangan remaja dan disesuaikan dengan visi misi sekolah. Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian tentang tuntutan asrama yang berlaku, pengelompokan peraturan asrama paling banyak terdapat pada kelompok tugas perkembangan dalam mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita yaitu 12 peraturan. Peraturan asrama tersebut mengatur penampilan siswa putra dan putri dalam hal berpakaian, memilih potongan rambut, penggunaan aksesoris, larangan membawa senjata tajam dan barang-barang yang mendukung adanya pornoaksi serta larangan siswa untuk masuk keluar unit lain tanpa adanya izin dari warga unitnya. Hal ini didukung dengan adanya peraturan yang lainnya yaitu peraturan yang mengatur tentang penerimaan fisik dan penggunaannya secara efektif. Peraturan yang dimaksud berjumlah 3 peraturan. Peraturan tersebut mengatur tentang kewajiban warga asrama menjaga kesehatan pribadi, larangan membawa barang yang mengganggu kesehatan fisik seperti rokok, minuman keras dan obat-obatan terlarang, serta kewajiban warga asrama untuk mengikuti kegiatan perlombaan di asrama. Pengelompokan peraturan asrama yang 112 ditafsirkan dapat membantu melaksanakan tugas perkembangan dalam hal mendapatkan kebebasan emosi dari orang lain terdapat 8 peraturan. Peraturan tersebut mengatur otonomi pribadi siswa dalam mengatur waktu untuk opera harian, belajar, dan berdoa. Dalam pengaturan otonomi pribadi, terdapat juga 4 peraturan untuk mencapai kemandirian ekonomi. Peraturan tersebut mengatur siswa dalam mengelola keuangan pribadi dan larangan membawa barang-barang mewah sehingga siswa dapat berhemat dan menerapkan kesederhanaan. Sekolah berharap agar siswa-siswa memiliki sikap dan nilai-nilai kehidupan yaitu dengan memberlakukan 10 peraturan. Peraturan tersebut mengatur perilaku siswa agar tidak mencuri, tidak berbuat asusila, menjaga kesopanan di jalan dan pada saat menerima tamu, serta menjaga ketenangan asrama. Peraturan ini juga mendukung untuk mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu bertanggungjawab secara sosial yang ditafsirkan kedalam 8 peraturan. Peraturan tersebut mengatur perizinan siswa dengan pamong saat akan meninggalkan asrama, pemeliharaan dan penggunaan fasilitas asrama sesuai dengan kebutuhan, serta keikutsertaan siswa dalam kegiatan bermasyarakat diluar asrama. Sekolah sebagai media pelaksana tugas perkembangan sudah mengupayakan agar peraturan yang berlaku sesuai dengan tugas perkembangannya dalam rangka pencarian identitas. Namun, hal ini masih ada kekurangan yang ditunjukan dengan adanya pelanggaran siswa terhadap peraturan asrama. Pelanggaran siswa yang paling tinggi yaitu dalam hal menaati jam bebas. Pelanggaran terhadap peraturan asrama ini terkait dengan tugas perkembangan 113 remaja dalam mendapatkan kebebasan secara emosi dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Hal ini menunjukan bahwa siswa sedang dalam masa pencarian apa yang sesuai dengan dirinya sehingga ditunjukan dengan sikap melanggar peraturan. Pencarian identitas diri siswa ditunjukan sikap melanggar peraturan yang memiliki komponen kognitif dan afektif. Kompononen kognitif yang muncul adalah pemikiran siswa untuk melanggar peraturan guna memenuhi pencarian kesesuaian dengan dirinya tetapi juga pemikiran siswa akan sanksi yang diterima setelah melakukan pelanggaran. Komponen afektif yang muncul adalah kebingungan siswa dalam menjalankan peraturan asrama. Oleh karena itu, siswa perlu adanya pendampingan dan perngarahan tentang peraturan asrama agar siswa dapat menemukan identitas diri yang sesuai. Namun, pelanggaran tidak hanya karena siswa sedang dalam masa pencarian identitas diri tetapi juga ada faktor lain seperti pamong asrama dan anggapan peraturan asrama yang kuno.

B. Saran