40
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes yang telah dilakukan pada kondisi awal siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui bahwa melalui
pembelajaran dengan metode bermain peran, prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan. Walau demikian penggunaan metode bermain
peran mempunyai kelemahan yang harus diperhatikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Masih perlu dijelaskan kepada siswa bahwa pembelajaran ini berguna
bagi siswa. 2.
Kegiatan bermain peran membutuhkan persiapan yang sungguh-sungguh matang, tidak boleh semaunya sendiri, agar pelaksanaan dapat berjalan
dengan baik. 3.
Pendampingan terhadap siswa membutuhkan tenaga yang lebih dan membutuhkan kesabaran maksimal, jika guru tidak siap maka metode
bermain peran akan sia-sia. Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka
diperlihatkan rangkuman hasil penelitian pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Penelitian
No. Kondisi Awal
Target Akhir Siklus Siklus I
Siklus II 1.
73.36 73.00
2. 70.56
72.80 3.
76.03 83.60
4. 83.46
79.30 5.
85.50 86.30
6. 92.20
76.00 7.
92.00 86.50
8. 88.70
90.20
41
9. 83.46
72,90 10.
83.80 84.30
11. 76.70
70.60 12.
85.00 89.10
13. 91.00
86.60 14.
88.00 81.80
15. 83.03
93.20 16.
71.50 81.60
17. 74.03
83.50 18.
88.60 92.20
19. 90.40
74.60 20.
85.10 84.90
21. 89.20
95.20 22.
84.73 75.40
23. 83.63
87.50 24.
81.70 92.00
Rata-rata 53.04 80
83.07 83.05 Persentase
ketuntasan 32 76 75
79
Pada akhir siklus I peneliti memberikan 20 soal bentuk pilihan ganda untuk mengevaluasi siswa dalam pembelajaran yang telah diterima. Hasil
penelitian siklus I diperoleh rata-rata 83.07 dan persentase ketuntasan 75. Hasil dari siklus I salah satu indikator keberhasilannya belum tercapai. Maka
penelitian ini dilanjutkan pada siklus II dan dilakukanlah serangkaian perencanaan untuk siklus II.
Pada akhir siklus II peneliti yang memberikan 20 soal dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui perolehan nilai evaluasi siswa dalam
pembelajaran yang telah berlangsung. Pada siklus II perolehan nilai siswa mengalami perubahan, beberapa siswa ada yang mengalami peningkatan dan
beberapa siswa ada yang mengalami penurunan. Hasil penelitian pada siklus
II diperoleh rata-rata 83.05 dan persentase ketuntasan 79.
antar sebag
meng prose
dilan
rata d
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Selama ra siswa dan
gai fasilitato gekpresikan
es pembelaj Melihat
njutkan lagi. Untuk m
dan persent Gam
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
pembelajar n guru. Gu
or dan tema n diri bagi s
jaran. hasil yang
. Penelitian memperjela
ase ketunta mbar 4.1 Gr
Kondisi Aw
an berlangs uru tidak dia
an untuk be siswa dan p
telah diper dihentikan
as hasil pen san.
rafik Rata-r
wal 53.04
sung terjad anggap sos
erbagi peng engalaman
roleh pada s karena indi
nelitian dap
rata Kondisi
Kon
i hubungan ok yang m
galaman. Pe kreativitas
siklus II, m icator keber
pat dilihat p
i Awal dan
ndisi Akhir 83.05
n yang harm enakutkan t
engalaman d bagi guru d
maka siklus rhasilan terc
pada grafik
Akhir
42
monis tetapi
dalam dalam
tidak capai.
rata-
1 2
3 4
5 6
7 8
Gambar 4.2
10 20
30 40
50 60
70 80
2 Grafik P
Kondisi Aw
ersentase K
wal 32
Ketuntasan K
Kond
Kondisi Aw
isi Akhir 79
wal dan Akhi
43
ir
44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dalam pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran, khususnya dalam
mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, BPK, dan lain-lain, sebagai
metode kegiatan pembelajaran PKn di kelas IV B SD Marsudirini Muntilan, Magelang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Metode bermain peran dalam pembelajaran PKn yang diterapkan di kelas IV B tersebut berlangsung dengan langkah-langkah, yaitu penyusunan
skenario yang akan ditampilkan, menunjukkan skenario tersebut kepada siswa, kemudian memilih siswa yang akan memerankan sesuai skenario yang
telah disusun, dan mempersiapkan tempat, kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan permainan peran.
Proses pembelajaran PKn dengan metode bermain peran yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik. Perolehan nilai rata-rata kelas dan
persentase kriteria ketuntasan minimal meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 53,04 dengan jumlah siswa yang
mencapai KKM 32 dan nilai rata-rata siswa mencapai 83,05 dengan jumlah siswa yang tuntas KKM 79 pada siklus II.