Over Fishing pada Sumberdaya Perikanan

kembali pada saat effort telah melewati batas effort optimal Suyasa 2007. Gambar 9 menunjukkan kurva MSY untuk kegiatan perikanan tangkap. Gambar 9 Kurva MSY untuk kegiatan perikanan tangkap

2.5 Over Fishing pada Sumberdaya Perikanan

Perikanan merupakan salah satu sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui renewable namun perlu adanya pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut. Jika tidak, maka sumberdaya perikanan dipastikan akan berkurang atau bahkan, pada spesise ikan tertentu, akan habis Indra 2007. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan tangkap over fishing pada suatu daerah penangkapan ikan. Over fishing merupakan jumlah ikan yang tertangkap melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok ikan dalam daerah tertentu Fauzi 2005. Fauzi 2005 menjelaskan bahwa over fishing dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe, yaitu: 1. Recruitment over fishing adalah situasi dimana populasi ikan dewasa ditangkap sedemikian rupa sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan reproduksi untuk memperbaharui spesiesnya lagi. 2. Growth over fishing terjadi manakala stok yang ditangkap rata-rata ukurannya lebih kecil daripada ukuran yang seharusnya untuk berproduksi pada tingkat yield per recruit yang maksimum. 3. Economic over fishing terjadi jika rasio biayaharga terlalu besar atau jumlah input yang dibutuhkan lebih besar daripada jumlah input yang diperlukan untuk berproduksi pada tingkat rente ekonomi yang maksimum. 4. Malthusian over fishing terjadi ketika nelayan skala kecil yang umumnya miskin dan tidak memiliki alternatif pekerjaan memasuki industri perikanan namun menghadapi hasil tangkapan yang menurun. Widodo dan Suadi 2006 menambahkan bahwa terdapat kategori dari over fishing yang lainnya yaitu biological over fishing dan ecosystem over fishing. Berikut merupakan penjelasan mengenai dua kategori over fishing tersebut: 5. Biological over fishing merupakan kombinasi dari growth over fishing dan recruitment over fishing yang terjadi manakala tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu melampui tingkat upaya yang diperlukan untuk menghasilkan MSY. Adapun pencegahan terhadap biological over fishing meliputi pengaturan upaya penangkapan dan pola penangkapan. 6. Ecosystem over fishing terjadi sebagai hasil dari suatu perubahan komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan yang berlebihan, dimana spesies target menghilang dan tidak digantikan secara penuh oleh jenis “pengganti”. Nijikuluw 2002 vide Hiariey 2009 menjelaskan beberapa indikator suatu wilayah perairan yang telah mengalami over fishing. Adapun indikator tersebut antara lain: 1. Menurunnya produksi dan produktivitas penangkapan secara nyata; 2. Ukuran ikan yang menjadi target penangkapan semakin kecil; 3. Hilangnya spesies ikan yang menjadi target penangkapan ikan; 4. Munculnya spesies yang bukan target penangkapan dalam jumlah banyak. Selanjutnya, Nijikuluw 2002 vide Hiariey 2009 menambahkan bahwa gejala over fishing telah terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia berdasarkan aspek potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya. Persepsi yang keliru mengenai sumberdaya ikan sebagai sumberdaya yang dapat pulih dan tidak adanya kepastian hak serta akses terhadap sumberdaya ikan merupakan penyebab terjadinya over fishing Fauzi 2005. Over fishing memberikan dampak terhadap pergeseran armada untuk mencari daerah penangkapan baru yang lebih produktif dan mungkin terjadi secara nasional maupun antar negara secara legal maupun illegal. Pergeseran armada secara illiegal menimbulkan illegal fishing dan memberikan kerugian yang besar bagi stakeholder, khususnya masyarakat nelayan di daerah tersebut Hiariey 2009. Kondisi suatu perairan yang telah mengalami over fishing dapat diatasi dengan beberapa kebijakan pengelolaan yang dapat diambil oleh pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi over fishing antara lain Suyasa 2007: 1. Pembatasan alat tangkap, yaitu kebijakan yang ditujukan untuk melindungi sumberdaya ikan dari penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak. Selain itu, kebijakan ini juga dapat digunakan untuk melindungi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang kurang atau tidak efisien atau alasan sosial politik lainnya. 2. Penutupan musim, merupakan kebijakan yang umumnya dilakukan oleh negara yang telah memiliki penegakkan hukun yang maju. Kebijakan ini didasarkan pada sifat sumberdaya ikan yang sangat tergantung pada musim dan sering kali hanya ditujukan pada satu spesies ikan dalam kegiatan perikanan yang multispesies. 3. Penutupan area, yaitu kebijakan yang menghentikan kegiatan penangkapan ikan di suatu perairan. Kebijakan ini bersifat jangka panjang permanent atau dapat juga berlaku dalam kurun waktu tertentu. Pada beberapa negara menerapkan kebijakan ini untuk kapal ikan dengan ukuran tertentu dan atau alat tangkap tertentu. 4. Kuota penangkapan, merupakan kebijakan yang memberikan hak kepada industri atau perusahaan perikanan untuk menangkap atau mengambil sejumlah ikan tertentu di perairan berdasarkan kuota yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah. Kuota merupakan alokasi dari hasil tangkapan yang diperbolehkan diantara unit individu dari effort yang ada. Hak kuota dapat berupa jumlah ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap total allowable catchTAC yang dapat dibagi per nelayan, per kapal atau per armada perikanan. 5. Pembatasan ukuran ikan yang didaratkan, yaitu kebijakan yang lebih ditujukan untuk mencapai atau mempertahankan struktur umur yang paling produktif dari stok ikan. Hal ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan pada ikan yang masih muda untuk tumbuh dan bertambah nilai ekonominya serta kemungkinan bereproduksi sebelum ikan tersebut tertangkap.

2.6 Optimasi Sumberdaya Perikanan