Warna Tanah Sifat Morfologi Tanah di Lapang

berbagai jenis variasi warna dalam satu profil atau horison Wirdjodihardjo, 1953.

2.3.3. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif diantara fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung dalam suatu massa tanah Suwardi dan Wiranegara, 2000. Fraksi pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada fraksi debu dan liat. Pasir berukuran 2 mm-50 µm, debu berukuran 50 µm-2 µm, dan liat berukuran 2 µm. Berdasarkan perbandingan banyaknya butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur : 1. Kasar : pasir, pasir berlempung. 2. Agak kasar : lempung berpasir. 3. Sedang : lempung, lempung berdebu, debu. 4. Agak halus : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu. 5. Halus : liat berpasir, liat berdebu, liat. Tekstur merupakan sifat fisik yang penting dalam menentukan aerasi tanah, konsistensi tanah, permeabilitas dan infiltrasi. Selain itu tekstur berkaitan erat dengan luas permukaan, daya adsorbsi, plastisitas dan daya kohesi yang semuanya merupakan penentu bagi semua reaksi fisik-kimia yang terjadi di dalam tanah Staff Pusat Penelitian Tanah, 1990. Tanah-tanah yang bertekstur pasir dan debu mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menahan air dan menjerap unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar Hardjowigeno, 1995. Penetapan tekstur di lapang dilakukan dengan membasahi massa tanah kemudian dipijid dan dipirid antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan memperhatikan adanya rasa kasar untuk tekstur pasir, rasa licin untuk tekstur debu dan rasa lekatuntuk tekstur liat di antara kedua jari tersebut. Berdasarkan rasa kasar, licin, kelekatan dan gejala piridan dapat ditentukan kelas tekstur di lapang Suwardi, 2000.

2.3.4. Struktur Tanah

Menurut Soil Survey Staff 1993, struktur merupakan gumpalan- gumpalan kecil dari butir-butir tanah yang terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat antara lain bahan organik, oksida- oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan ketahanan yang berbeda-beda. Apabila unit-unit struktur tersebut tidak terbentuk, maka tanah tersebut dapat dikatakan tidak berstruktur. Menurut bentuknya struktur dapat dibedakan menjadi: lempeng, prisma, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat, granular dan remah. Bentuk tanah yang tidak berstruktur disebut lepas dan pejal massif. Ukuran struktur berbeda-beda sesuai dengan bentuknya Hardjowigeno, 1995. Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm, struktur prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm, struktur gumpal antara kurang dari 5 mm sampai lebih dari 50 mm, struktur granular kurang dari 1mm sampai lebih dari 10 mm dan struktur remah kurang dari 1mm sampai lebih dari 5 mm. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi : 1. Tingkat perkembangan lemah butir-butir struktur tanah mudah hancur. 2. Tingkkat perkembangan sedang butir-butir struktur tanah agak sukar hancur. 3. Tingkat perkembangan kuat butir-butir struktur tanah sangat sukar hancur. Ketahanan struktur tersebut ditetapkan sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah Hardjowigeno, 1995.

2.3.5. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk Hardjowigeno, 1995. Menurut Rachim dan Suwardi 1999, konsistensi tanah mencakup :