ANALISIS SENSITIVITAS HASIL DAN PEMBAHASAN

38

4.5.3 Internal Rate of Return IRR

Nilai IRR akan menunjukkan pada discount rate berapa nilai NPV sama dengan nol. IRR diperoleh dengan pendekatan nilai melalui rumus interpolasi. Dengan perhitungan menggunakan rumus 13, nilai IRR untuk WTP Cihideung 5 dengan sistem UF ini adalah 11.17 . Nilai IRR tersebut berada di bawah discount rate yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya WTP Cihideung 5 tidak layak untuk dilanjutkan, karena dari hasil analisis pengolahan air ini merugikan bagi pengelola. 4.5.4 Benefit Cost Ratio BC Benefit Cost Ratio akan menunjukkan nilai perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya. Nilai BC yang didapat merupakan nilai tambahan manfaat yang didapat dengan penambahan biaya satu satuan. Hasil perhitungan BC terhadap WTP Cihideung 5 yang memiliki nilai NPV negatif, memiliki nilai BC yang positif, yaitu 0.83. Hal ini menunjukkan bahwa pada WTP Cihideung 5 mendapatkan kerugian karena nilai BC kurang dari satu 1, yang menandakan bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.

4.6 ANALISIS SENSITIVITAS

Analisis sensitivitas pada penelitian ini bertujuan mencari alternatif solusi agar pengoperasian WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi tidak mendapatkan kerugian dan dapat dilanjutkan. Pada analisis sensitivitas ini, digunakan asumsi-asumsi bahwa WTP ini dikenakan biaya seperti perusahaan diluar pemerintah pada umumnya, seperti biaya bunga modal dan biaya penyusutan. Skenario dilakukan pada analisis ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan pengolahan air bersih agar tidak mengalami kerugian, namun juga tidak dapat dihindari dalam kurun waktu tertentu terjadi kenaikan harga-harga yang dapat menyebabkan kenaikan biaya operasional dari WTP. Karena itu skenario yang dibuat harus bisa mengatasi kondisi defisit yang terjadi. Ada beberapa skenario yang diajukan diantaranya ialah skenario untuk meningkatkan waktu kerja dan menaikkan harga jual air bersih. Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Meningkatkan Waktu Kerja Spesifikasi Nilai Waktu Kerja Awal menit 330 Waktu Kerja dengan Kenaikan 21 menit 399.3 Biaya Tidak Tetap Rptahun 66,403,416.74 Pendapatan Setelah Kenaikan Rptahun 307,261,350.00 NPV Rp 7,609,642.38 IRR 15.09 BC 1.004 39 Peningkatan waktu kerja berakibat pada peningkatan debit produksi air bersih dari WTP Cihideung sistem UF ini. Hasil penelitian untuk mengukur konsumsi air dari seluruh pengguna air bersih di kampus IPB Dramaga menyatakan bahwa konsumsi air bersih rata-rata perhari untuk jalur distribusi WTP Cihideung adalah 1,959.77 m 3 hari sedangkan hasil pengukuran debit produksi dari WTP Cihideung keseluruhan adalah 2,299.27 m 3 hari. Ini berarti bahwa ada kelebihan produksi air bersih. Sehingga apabila skenario pertama dilakukan akan menambah produksi air yang tidak diperlukan dan akan menambah biaya produksi sedangkan air bersih yang dihasilkan sudah tercukupi. Pendugaan selanjutnya ialah melalui skenario menaikkan harga jual air bersih kepada konsumen. Harga jual normal sebesar Rp. 4,500.00 per m 3 akan dinaikkan sehingga menghasilkan keuntungan. Pada skenario ini, hanya harga jual yang dinaikkan, komponen lain yang berpengaruh tidak naik. Skenario dilakukan dengan melihat kondisi bahwa IPB sudah membangun WTP ini, sehingga tidak ada pertimbangan untuk memilih menggunakan air bersih hasil olahan PDAM. Hasil perhitungan analisis kelayakan dengan perubahan nilai harga jual air bersih tercantum pada Tabel 13. dan rinciannya pada Tabel 14. Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Menaikkan Harga Jual Air Bersih Spesifikasi Nilai Harga Jual Air Normal 4,500.00 Harga Jual Air dengan Kenaikan 20 5,400.00 Pendapatan Rptahun 253,935,000.00 Pendapatan Setelah Kenaikan Rptahun 304,722,000.00 NPV Rp 8,217,313.69 IRR 15.10 BC 1.004 Tabel 14. Rincian Analisis Sensitivitas Menaikkan Harga Jual Air Bersih SKENARIO ANALISIS KELAYAKAN Kenaikan Harga Air Harga Rp. Pendapatan Rp. NPV Rp. IRR BC 5 4,725.00 266,631,750.00 230,202,186.98 12.19 0.879 10 4,950.00 279,328,500.00 150,729,020.09 13.17 0.921 12 5,040.00 284,407,200.00 118,939,753.33 13.59 0.937 14 5,130.00 289,485,900.00 87,150,486.58 13.99 0.954 15 5,175.00 292,025,250.00 71,255,853.20 14.14 0.962 16 5,220.00 294,564,600.00 55,361,219.82 14.34 0.971 18 5,310.00 299,643,300.00 23,571,953.07 14.73 0.988 20 5,400.00 304,722,000.00 8,217,313.69 15.10 1.004 Kenaikan harga jual air per m 3 yang diterapkan ialah sebesar 20 dari harga jual awal, sehingga dapat menaikkan pendapatan menjadi sebesar Rp. 304,722,000.00. Tanpa perubahan dari biaya, hasil skenario ini menunjukkan bahwa produksi air bersih mengalami keuntungan dengan nilai 40 NPV positif, IRR lebih besar daripada DF 15, dan BC bernilai lebih dari satu sehingga pengolahan air di WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi layak untuk dilanjutkan. Analisis kelayakan dan sensitivitas yang dilakukan terhadap WTP Cihideung 5 dengan sistem ultra filtrasi ini hanya dapat dilakukan bila nilai bunga modal dan biaya penyusutan dimasukkan dalam perhitungan. Hasil analisis biaya dan manfaat yang dilakukan, pengelolaan WTP yang saat ini sedang berlangsung masih mengalami kerugian. Bila biaya pengoperasian untuk keseluruhan WTP di kampus IPB Dramaga masih termasuk dalam penganggaran negara, hal ini tidak menjadi sebuah kerugian, melainkan merupakan biaya tambahan. Namun setidaknya dengan mengurangi biaya pengoperasian WTP, sejumlah uang yang dikeluarkan tersebut dapat dialokasikan kepada pembiayaan lain yang bertujuan untuk kesejahteraan civitas akademika dan kemajuan pendidikan di IPB. Ada beberapa solusi untuk menangani defisit pembiayaan operasional WTP di kampus IPB Dramaga, diantaranya adalah : 1. Mengurangi kebocoran jaringan distribusi air bersih, sehingga air yang terbuang dapat dimanfaatkan secara optimal. 2. Melakukan perawatan secara teratur sehingga komponen yang beroperasi terus menerus tidak mengalami kerusakan yang bisa menaikkan biaya pergantian komponen. 3. Menaikkan harga jual air bersih per m 3 -nya kepada unit-unit usaha yang ada di kampus, termasuk kegiatan proyek yang bersifat komersil. 4. Menetapkan tarif air bersih terhadap setiap unit ataupun fakultas dan kepada mahasiswa dengan mengalokasikannya dari biaya perkuliahan. 5. Meningkatkan kesadaran kepada konsumen untuk menghemat pemakaian air bersih. 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

A. Air bersih tersedia di kampus IPB Dramaga diproduksi melalui unit pengolahan air bersih atau water treatment plant WTP yang sumbernya berasal dari dua sungai yaitu Sungai Ciapus dan Sungai Cihideung. Pada Sungai Cihideung terdapat 5 unit WTP meliputi 4 WTP tipe tekanan dan 1 WTP baru bertipe ultra filtrasi. Pada Sungai Ciapus terdapat 2 WTP, bertipe gravitasi dan tekanan. B. Produksi air bersih untuk WTP Sungai Cihideung mencapai 2,299.27 m 3 hari sedangkan produksi air bersih untuk WTP Sungai Ciapus mencapai 2,249.28 m 3 hari-nya. C. Biaya pokok produksi per m 3 yang dihasilkan dari masing-masing WTP adalah Rp. 408.74 untuk WTP Cihideung 1-4 tipe tekanan, Rp. 1,130.02 untuk WTP Cihideung 5 sistem ultra filtrasi, Rp. 614.07 untuk WTP Ciapus Perumahan Dosen IPB dan asrama lain, dan Rp.610.10 untuk WTP Ciapus Asrama TPB IPB. Biaya dan harga air bersih yang ditetapkan oleh IPB masih lebih murah dibandingkan harga jual air bersih yang ditetapkan oleh PDAM Bogor. Yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya pokok produksi adalah kapasitas produksi dan penggunaan air bersih. D. Pendapatan bersih yang diperoleh IPB dari pengolahan air bersih tiap tahunnya adalah Rp.641,246,727.66, sedangkan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 874,344,000.00, sehingga ada biaya tambahan untuk memproduksi air sebesar Rp. 233,097,272.34. E. Analisis kelayakan finansial yang diuji terhadap WTP Cihideung yang bertipe ultra filtrasi, dengan beberapa asumsi menghasilkan nilai yang defisit pada NPV, IRR kurang dari DF 15, dan BC yang kurang dari satu, sehingga produksi air bersih melalui WTP ini tidak layak untuk dilanjutkan. Terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan agar produksi air bersih melalui WTP ini dapat dilanjutkan, namun yang paling sesuai dengan kondisi saat ini ialah menaikkan harga jual air bersih sebesar 20.

5.2 SARAN

A. Perawatan terhadap fasilitas pengolahan air yang sudah ada seharusnya dilakukan lebih teratur agar unit pengolahan air bersih dapat berfungsi dengan baik dan mengurangi risiko kerusakan pada fasilitas tersebut. B. Perlu adanya alokasi dana dari biaya perkuliahan mahasiswa dan penetapan tarif tertentu terhadap unit kampus untuk menutupi biaya produksi air bersih. C. Pengoptimalan kerja WTP yang baru sehingga dapat mengurangi beban kerja WTP yang sudah lebih lama beroperasi dan meningkatkan produksi air bersih. D. Perbaikan terhadap kebocoran pada jalur distribusi harus segera dilakukan agar air yang diproduksi tidak terbuang percuma dan dapat dimanfaatkan dengan baik. E. Peningkatan kesadaran kepada konsumen pengguna air bersih untuk memanfaatkan air bersih dengan baik agar efisiensi penggunaan air meningkat.