22 Nilai RSD tiap tingkatan inokulum dengan perhitungan berdasarkan metode ISO terlihat
pada Gambar 8. Nilai RSD dari masing-masing tingkatan tidak terlihat adanya kecenderungan lebih tinggi ataupun rendah. Cawan yang diinkubasi secara anaerob dihasilkan RSD yang
cenderung lebih tinggi yaitu pada inokulum 10
2
cfumL. Hal ini disebabkan jumlah koloni yang masuk ke dalam kisaran perhitungan lebih tinggi yaitu 15 sampai 300 koloni, sehingga data
menjadi lebih bervariasi. Selain dilakukan perhitungan RSD pada masing-masing tingkatan inokulum juga
dilakukan perhitungan nilai RSD total untuk tiap metode. Berdasarkan hasil penghitungan RSD total untuk metode SNI 2981-2009 inkubasi aerob diperoleh nilai RSD sebesar 1.58 SNI
dan 1.88 ISO. Untuk metode ISO 7889-2003 inkubasi anaerob diperoleh RSD sebesar 1.39 SNI dan 1.97 ISO. Menurut Sac-Singlas 2002 nilai RSD yang melebihi 0.1 atau
10 menunjukkan adanya masalah atau kesulitan tertentu atau dengan arti lain metode tersebut tidak dapat diterapkan. Dari hasil perhitungan RSD kedua metode diperoleh nilai jauh lebih
kecil dibandingkan ketentuan maka metode ini masih memenuhi persyaratan. Presisi yang diperoleh pada penelitian ini adalah presisi yang diukur dari tingkat
repitabilitas. Selain dapat diukur dari tingkat repitabilitas, presisi juga dapat diukur dari tingkat reproduksibilitas dari metode analisis yang dilakukan pada kondisi normal Sac-Singlas 2002.
Tingkat repitabilitas dinyatakan dalam RSD
r
dan tingkat reproduksibilitas dinyatakan dalam RSD
R
. Sebagaimana penelitian validasi metode penghitungan bakteri probiotik pada beberapa media MRSA yang dimodifikasi yang dilakukan oleh Leuschener et al. 2002 diperoleh nilai
RSDr sebesar 1.2 sampai 3.4 dan RSD
R
sebesar 2.2 hingga 5.2. Apabila dibandingkan dengan nilai RSD yang diperoleh pada penelitian ini masih berada pada kisaran hampir yang
sama dengan penelitian tersebut.
4.2.3 Linieritas
Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang menunjukkan bahwa larutan sampel yang berada dalam rentang konsentrasi memiliki respon analit yang proporsional dengan
konsentrasi, secara langsung atau melalui transformasi Harmita 2004. Penetapan linieritas minimal dilakukan dengan lima level konsentrasi inkokulum Chan 2004. Dari kelima
konsentrasi inokulum yang ditambahkan dibuat kurva regresinya. Regresi linear yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan y = bx + a. Selain itu juga akan diketahui nilai R
2
yang menjelaskan hubungan antara inokulum yang ditambahkan dengan hasil yang diperoleh.
Tabel 10. Koefisien determinasi dan persamaan regresi linier n = 5, dengan perhitungan mengacu pada metode SNI 25-250 kolonicawan
Ulangan Metode SNI aerob
Metode ISO anaerob Persamaan regresi linier
R
2
Persamaan regresi linier R
2
1 y = 0.9859x + 0.1306
0.9979 y = 0.9980x + 0.1466
0.9977 2
y = 1.0350x + 0.1327 0.9989
y = 1.0370x + 0.1242 0.9990
3 y = 1.0591x + 0.1380
0.9978 y = 1.0599x + 0.1405
0.9985 4
y = 1.0222x + 0.0057 0.9990
y = 1.0197x + 0.0097 0.9994
5 y = 1.0340x + 0.1561
0.9985 y = 1.0346x + 0.1595
0.9982 Rata-rata
y = 1.0272x + 0.1104 0.9962
y = 1.0298x + 0.1161 0.9968
23 Tabel 11. Koefisien determinasi dan persamaan regresi linier n = 5, dengan perhitungan
mengacu pada metode ISO 15-300 kolonicawan Ulangan
Metode SNI aerob Metode ISO anaerob
Persamaan regresi linier R
2
Persamaan regresi linier R
2
1 y = 0.9859x + 0.1366
0.9978 y = 0.9980x + 0.1466
0.9977 2
y = 1.0350x + 0.1327 0.9989
y = 1.0358x + 0.1283 0.9988
3 y = 1.0558x + 0.1514
0.9975 y = 1.0471x + 0.1525
0.9986 4
y = 1.0222x + 0.0057 0.9990
y = 1.0197x + 0.0097 0.9994
5 y = 1.0398x + 0.1521
0.9986 y = 1.0372x + 0.1532
0.9984 Rata-rata
y = 1.0277x + 0.1134 0.9961
y = 1.0276x + 0.1180 0.9972
Parameter linieritas dari kedua metode ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara jumlah inokulum yang ditambahkan pada sumbu x dan hasil yang diperoleh
pada sumbu y. Tabel 10 menyajikan persamaan linier dan koefisien determinasi R
2
dari lima ulangan yang dilakukan, dengan penghitungan koloni mengikuti metode SNI 25-250
kolonicawan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh regresi linier rata-rata metode aerob dan anaerob secara berturut-turut, y = 1.0272x + 0.1104 dan y = 1.0298x + 0.1161. Rata-rata nilai
koefisien determinasi R
2
dari metode aerob dan anerob secara berturut-turut yaitu sebesar 0.9962 dan 0.9968. Apabila dilihat dari nilai kedua nilai R
2
tersebut metode anaerob memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan metode aerob. Sebagaimana yang disebutkan
AOAC 2002, nilai R
2
dari kedua metode ini telah memenuhi syarat yang diterapkan yaitu 0.9900. Nilai R
2
yang mendekati 1 menyatakan hubungan linieritas yang tinggi.
Gambar 9. Linieritas metode SNI 2981-2009 dan metode ISO 7889-2003 dengan penghitungan mengacu pada metode SNI 25-250 kolonimL, n = 5
y = 1.0272x + 0.1104 R² = 0.9962
y = 1.0298x + 0.1161 R² = 0.9968
1 2
3 4
5 6
7 8
9
2 4
6 8
10
Inokulum log cfumL SNI aerob
ISO anaerob
24 Gambar 10. Linieritas metode SNI 2981-2009 dan metode ISO 7889-2003 dengan penghitungan
mengacu pada metode ISO 15-300 kolonimL, n = 5
4.2.4 Limit deteksi dan limit kuantifikasi